Aksi Mulyono sewaktu mengontrol Tari Jepaplok punggawa Joko Soroh. (Donny)


MOJOAGUNG –
Sejumlah rapalan doa dibalik wewangian asap kemenyan dimunajatkan oleh Pimpinan Jaran Dor Joko Soroh, Mulyono sebelum memulai pentas pada Minggu (13/3) di Desa Kademangan, Kecamatan Mojoagung. Selain sebagai penanda bahwa pertunjukan akan dimulai juga memohon keselamatan dan kelancaran kepada Tuhan Yang Maha Esa selama berlangsungnya pementasan.

Mulyono mengatakan Jaran Dor Joko Soroh sudah ada sejak tahun 1957 didirikan oleh Mbah Satir di Dusun Kebondalem, Desa Kademangan, Kecamatan Mojoagung. Tak ada yang berubah dalam tahapan pementasan Jaran Dor Joko Soroh, semua prosesi yang dilalui serupa seperti awal terbentuk. Selain menjaga pakem, tentunya menghormati leluhur Joko Soroh itu sendiri.

“Kalau pun ada perubahan hanya pada Tarian Jepaplok yang ditaruh saat pembukaan untuk menarik antusias penonton menyaksikan. Namun kemudian tahapannya dilanjutkan dengan Kepang, Topeng/Gendruwon, dan kembali ke Jepaplok,” terang kakek tiga cucu ini.

Selain memberikan kebebasan anggota dalam belajar, prinsip kekeluargaan terus ditegakkan sehingga ada kedekatan yang terjalin antar anggota dengan harmonis.

Selain itu dalam metode belajar para anggotanya pun dibuat bebas tetapi tetap bertanggungjawab atas yang didalaminya. Jadi para anggota boleh berlatih tarian hingga musik, sehingga kalau ada yang urung ikut pentas bisa digantikan oleh lainnya.

Baca Juga: Optimisme KSN SD Tahun 2022

Kalau dulu pada awal Mulyono terjun dalam Jaran Dor Joko Soroh pada 1980-an, para anggota sudah didapuk sebagai penari atau pemusik maka selamanya menempati peran itu dan tak dapat tergantikan. Sehingga kalau ada yang berhalangan maka kesulitan mencari penggantinya.

Mulyono saat menunjukkan cemeti Joko Soroh. (Donny)

Mulyono menyampaikan, “Saya baru memimpin Jaran Dor Joko Suruh pada 2018 menggantikan kakak yang meninggal dunia. Selain memberikan kebebasan anggota dalam belajar, prinsip kekeluargaan terus ditegakkan sehingga ada kedekatan yang terjalin antar anggota dengan harmonis.”

Menyan untuk pengantar doa keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. (Donny)

Selain itu juga dibutuhkan keikhlasan dalam mempelajari Jaran Dor Joko Soroh, itu adalah modal dasar terpenting agar hasilnya pun cemerlang. Tak hanya soal rupiah, melainkan merajut kebersamaan agar nama besar Jaran Dor Joko Soroh tetap lestari.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama