Cincau Hitam yang sudah disaring. (Donny)


JOMBANG – Ramadan 1443 Hijriyah memang sudah berlalu. Namun masih banyak kisah yang mendapatkan berkah di bulan nan suci tersebut. Salah satunya adalah pengusaha cincau hitam atau masyarakat Jombang lebih mengenalnya dengan sebutan Janggelan yang dikelola H. Abdul Rohim besama puteranya Mohammad Saifudin.

Walaupun diakui tiap harinya selalu membuat cincau hitam, namun berbeda ketika memasuki Ramadan. Pemintaan semakin bertambah lantaran sebagai sajian menu berbuka puasa. Selain segar untuk dibuat minuman dingin, cincau hitam dipercaya dapat menjadi obat juga.

Mohammad Saifudin menjelaskan dalam membuat cincau hitam sudah di mulai selepas subuh hingga menjelang tengah hari. Diawali dengan merebus daun cincau hitam, kemudian dicampur dengan tepung aren sebagai bahan pemadatnya. Bila sudah dirasa matang, kemudian disaring sekaligus dimasukan kedalam kotak. Kemudian didiamkan selama lebih kurang empat jam untuk pendinginan juga pemadatan.

Biarpun sukar di masa kemarin, selalu diupayakan untuk dihidupi karena sudah menjadi bagian dari kisah keluarganya dan sejarah tersendiri.

Mohammad Saifudin menceritakan, “Usaha yang dirintis ayahnya ini sudah sedari 1987. Semua proses yang dikerjakan dari memasak cincau hitam dan distribusi, berpusat di Dusun Plandi, Desa Plandi, Kecamatan Jombang. Semua sengaja dikerjakan sendiri guna menjaga kualitas dari cincau hitam buatannya.”

Baca Juga: Ini Tipsnya Agar Anak Percaya Diri di Hari Pertama Sekolah

Memang secara kualitas cincau H. Abdul Rohim ini terbilang jempolan. Karena tiap hari selalu memproduksi baru dan dapat bertahan kisaran empat hingga lima hari. Pelanggannya pun sudah tidak dari Jombang saja, melainkan kabupaten/kota lain pun sengaja mengambil cincau hitam racikan resep H. Abdul Rohim yakni dari Kediri sampai Trenggalek.

Mohammad Syaifudin saat memeriksa perapian dapur pembuatan Cincau Hitam. (Donny)

“Walaupun merasakan imbas dari dampak Covid-19, kami tetap bersyukur masih bisa berproduksi meski permintaan turun. Kalau sebelumnya dalam sehari mampu memproduksi hingga 100 kotak cincau hitam, kini kisaran setiap harinya hanya 50 kotak cincau hitam saja dengan harga per kotaknya Rp 50.000. Sehingga keuntungannya pun yang diperoleh relatif naik turun tergantung hasil penjualan per harinya,” pungkas Mohammad Saifudin.

Rupa daun janggelan yang menjadi bahan utama Cincau Hitam. (Donny)

Betapa sulitnya melawan badai himpitan Covid-19, Mohammad Saifudin mengaku tak patah semangat dan tetap menjual dengan harga yang sama. Baginya ini adalah usaha keluarga yang telah turun temurun. Sehingga biarpun sukar di masa kemarin, selalu diupayakan untuk dihidupi karena sudah menjadi bagian dari kisah keluarganya dan sejarah tersendiri.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama