Abdul Kharis (berkemeja putih) menjelaskan riwayat Desa Temuwulan di Makam Kik Tunggak. (Donny)


PERAK – Menyibak latar nama sebuah tempat, tak dapat dipisahkan dari cerita tutur yang berkambang dan dipercaya oleh sebagian besar masyarakat. Selain itu sangat dimungkinkan sekali akan terjadi banyak varian, sebab prinsip dasar cerita tutur selalu mengalami perkembangan dari penutur pertama, kedua, dan seterusnya.

Desa Temuwulan, Kecamatan Perak misalnya. Dikenal oleh masyarakat setempat berawal dari gabungan dua dusun yakni Temon dan Tondowulan. Dikisahkan oleh Kepala Dusun Temon, Abdul Kharis penggabungan tersebut sudah lama sekali terjadi. Tepatnya pada masa pemerintahan Hindia-Belanda masih berkuasa di tanah ijo dan abang ini.

Terjadi pelesapan dalam penyederhanaan pengucapan sehingga menjadi Tondowulan. Namun beberapa masyarakat yang sudah sepuh biasa mengucapkannya namanya Ndowulan karena sudah melekat lama.  

“Kalau tidak salah sekitaran tahun 1910 terjadinya penggabungan dua dusun tersebut. Namun kala itu masih belum memiliki nama seperti sekarang. Setelah penggabungan, dipilihlah kepala desa pertama yakni Tariyo,” jelas Abdul Kharis.

Sementara disematkan nama desa menjadi Temuwulan terjadi pada tahun 1931, imbuh Abdul Kharis. Saat itu dipimpin oleh Prapto Mihardjo sebagai kepala desanya.

Mbabat Alas Dusun Temon dan Tondowulan

Dusun Temon ada ketika pengembara dari Lamongan bernama Kik Tunggak membuka lahan untuk pemukiman. Ketika menemukan mata air yang mengalir keempat penjuru mata angin, terbesit menaminya menjadi Temon. Temon sendiri serapan dari Patemoning Bantu (Jawa: Pertemuan mata air).

Seorang warga melintas di depan Balai Desa Temuwulan. (Donny)

Sedangkan Tondowulan sendiri pun mempunyai cerita yang hampir sama. Namun kini yang membuka atau mbabat alas adalah Kik Singo dan Kik Ipah asal Bojonegoro. Menurut keterangan sesepuh di Tondowulan yang termuat dalam catatan sejarah desa, pembukaan lahan bertepatan dengan malam bulan purnama sehingga diberikan nama Tondho Mbulan atau tanda bulan.

Baca Juga: KB Ar-Rohim Diwek Bentuk Karakter Literasi Baca Tulis dan Finansial

Abdul Kharis menjelaskan, “Terjadi pelesapan dalam penyederhanaan pengucapan sehingga menjadi Tondowulan. Namun beberapa masyarakat yang sudah sepuh biasa mengucapkannya namanya Ndowulan karena sudah melekat lama.”

Kini masyarakat Desa Temuwulan hidup sejahtera dan rukun. Kebanyakan mereka bekerja di sektor peternakan, pertanian, perdagangan, abdi negara dan ada memilih merantau. Meski begitu masih terasa betul kebersahajaan di desa yang cukup luas hamparan sawahnya ini. 

Reporter/Foto: Donny Darmawan
Lebih baru Lebih lama