Rumah Joglo tampak depan. (Rabitha)



MOJOAGUNG – Bangunan adat joglo yang bertengger megah tepat di depan Balai Desa Betek Kecamatan Mojoagung itu tak sekadar sebuah rumah bagi penghuninya. Hal ini ditengarai sebab ketulenan arsitektur dan nilai sejarah yang sangat dihargai pemiliknya hingga kini.

Sang pemilik rumah, Teguh Herlambang mengisahkan bahwa rumah ini merupakan sebuah mahakarya yang dibangun oleh kepala Desa Betek bernama Nitirejo. Sedangkan ia merupakan generasi keempat Mbah Nitirejo yang juga menjadi ahli waris rumah tersebut.

Rumah berwarna biru muda ini pernah mengalami renovasi sebanyak dua kali, namun sebatas penguatan dan penggantian beberapa kayu dan bambu yang sudah mulai lapuk pada tahun 1950.

Salah satu usuk yang bertuliskan tahun pembangunan 1922. (Rabitha)

Perihal periode pembangunannya, Teguh Herlambang menjelaskan berdasarkan cerita sesepuhnya rumah joglo ini dibangun sejak tahun 1920. Pernyataan ini diperkuat dengan temuan tulisan yang tertera pada tiang dan usuk (baca: penyangga konstruksi) yang menyatakan tepat selesai dibangun pada tahun 1922.

 
Teguh Herlambang mengatakan, “Bangunan ini memiliki beberapa sudut kesemuanya memiliki filosofi yang mengiringi. Pertama adalah sudut terdepan rumah yang terbuka tanpa sekat bernama pendapa. Fungsinya masih tetap digunakan untuk aktivitas masyarakat umum seperti berkumpul, bermain, agenda keagamaan hingga arisan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga.”

Teguh Herlambang saat menunjukkan Sudut Pringgitan Rumah Joglo. (Rabitha)


“Selanjutnya yaitu ruang tamu yang disebut Pringgitan, menjadi penghubung antara pendapa dan sudut selanjutnya yaitu Ndalem (baca: dalam) merupakan area privasi keluarga. Terus terdapat sudut Sentong atau kamar dan Gandok yaitu tempat penyimpanan barang maupun bahan makanan,” papar pria berkulit sawo matang itu.

Rumah berwarna biru muda ini pernah mengalami renovasi sebanyak dua kali, namun sebatas penguatan dan penggantian beberapa kayu dan bambu yang sudah mulai lapuk pada tahun 1950, imbuh Teguh Herlambang. Berikutnya pada tahun 2012 mengganti lantai semen menjadi tegel. Sehingga dapat dipastikan tak ada yang berubah dari bentuk maupun warna khas bangunan. Hanya saja dulu terdapat kereta kuda terpajang di pendapa namun kini sudah rusak.

Sudut Pendapa Rumah Joglo. (Rabitha)


Teguh Herlambang memungkasi, “Sudut pendapa memiliki jumlah Saka (tiang) berjumlah 24 yang kayunya juga masih asli. Terdapat satu pintu utama bersanding elok dengan dua jendela yang cukup besar. Masih banyak perabot rumah seperti lemari, kaca, meja, dan kursi yang juga dipertahankan fungsinya hingga sekarang. Menghuni rumah ini sungguh membuat betah, atap yang menjulang tinggi membuat hawa sejuk merasuk hingga setiap sudut rumah. Rerimbunan pohon beringin yang dulu ada kini hanya disisakan beberapa saja.”

Reporter/Foto: Rabitha Maha Sukma
Lebih baru Lebih lama