Nampak depan kediaman Haji Idrus Tubaji yang telah dicat dindingnya. (Donny)


MOJOWARNO – Peninggalan masa lampau jika diwariskan serta dirawat dengan baik maka keasliannya pun masih terjaga hingga sekarang. Membuat generasi masa kini dapat melihat betapa kemegahan yang berlangsung di kala itu.

Hal ini tampak pada rumah yang ditinggali oleh H. Idrus Tubaji serta keluarga kecilnya sejak 1957 yang merupakan warisan dari kakek buyutnya yang dahulunya merupakan seorang saudagar pertanian yang sukses pada era keemasan kolonial Belanda.

Semua ornamen laiknya jendela dan pintu rumah ini masih asli seperti awal pembangunannya dan tidak ada yang berubah.

H. Idrus Tubaji menjelaskan ia adalah generasi keempat yang menempati rumah yang berada di Dusun Kauman, Desa Mojowarno, Kecamatan Mojowarno tersebut. Sebelumnya rumah tersebut ditinggali oleh kakek buyutnya H. Yusuf, lalu kakeknya H. Ali, dan ayahnya H. Fadli.

Baca Juga: Dampak Strict Parents, Pola Asuh yang Membatasi Anak

“Rumah dengan panjang 50 meter dan lebar 150 meter serta memiliki halaman yang sangat luas ini memang khas menggambarkan kesuksesan orang pada masa itu. Bahkan sempat diceritakan oleh kakek saya, apabila kakek buyut mau memasang lantai dengan uang koin namun dilarang oleh pemerintah Hindia Belanda. Dikhawatirkan menjadi pemancing tindak kriminal di wilayah ini,” terang H. Idrus Tubaji.

Terlihat dekorasi berupa cermin kuno di dalam bale rumah. (Donny)

Jelas sekali desain rumah memang bergaya Indis Neo-Klasik. Terdapat perpaduan antara gaya Barat dan Timur dalam detail pembangunannya. Ini ditandai dengan pilar penyangga utama yang berada di teras rumah, menjulang setinggi ± 5 meter. Ditambah pula jendela dan pintu rangkap dua yang ketinggiannya hampir sama dengan pilar penyangga utama. Tetapi kolaborasi ini terlihat apik dan menciptakan suasana yang berbeda daripada rumah kebanyakan.

Tak ayal kesejukan menjadi daya pikat tambahan di rumah yang beralamat di Jalan Raya Mojowarno-Wonosalam ini. Selain faktor ventilasi yang cukup, kesejukan kediaman H. Idrus Tubaji ini juga ditambah oleh lantainya yang masih terpasang tegel dengan motif era Hindia Belanda.

Plafon yang masih utuh dan terbuat dari kayu jati. (Donny)

Keunikan lain yang tak kalah menarik ialah, seluruh atap plafon rumah terbuat dari kayu jati. Keseluruhannya pun masih nampak kokoh dan tidak berlubang. Tak terkecuali satu almari dan dua cermin berukir kuno yang terletak di sudut kiri dan kanan bale, seraya menegaskan jati diri bangunan yang sangat bernilai kesejarahannya.

H. Idrus Tubaji mengakui, “Semua ornamen laiknya jendela dan pintu rumah ini masih asli seperti awal pembangunannya dan tidak ada yang berubah. Hanya saja perawatan yang ada pada pengecatan dinding luar dan dalamnya saja, guna memperindah dan tidak terlihat usang.”

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama