Kover buku berjudul Wisik
Judul Buku: Wisik; Antologi Kalung Pada Lan Geguritan Saka Jombang
Penulis: 39 Anggota MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Jombang
Editor: Puspita Indriani, S.Pd.
Penerbit: Boenga Ketjil
Tahun Terbit: 2021
ISBN: 978-623-5640-26-6
Halaman: xii + 146

Yen kancamu pada lumaku
Awak dewe aja mung turu
Yen kanca buka buku
Awak dewe aja mung pokok tuku
Makna buku simpen ning atimu
Ben ati tentrem tur apik lakumu

Lakone Urip, Kurrotul Insyiah.


JOMBANG – Penggalan parikan berjudul Lakone Urip karya Kurrotul Insyiah di atas merupakan salah satu tulisan yang ada dalam buku berjudul Wisik; Antologi Kalung Pada Lan Gegurtian Saka Jombang. Ini merupakan karya bersama seluruh guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa SMP Se Kabupaten Jombang.

Oerasaan pembaca dibuat berkecamuk ketika merasuki tiap karya. Seperti Rujak Self Sevice karya Ning Yang, seakan mampu menghipnotis pembaca untuk tertawa terbahak. Pembaca diajak menertawakan cerita sederhana yang dihadirkan. Namun ketika berganti membaca Anak Larang karya Farida Wahyu Wulandari tiba-tiba air mata kecil memenuhi pelipis mata. Cerita keseharian dari pengalam hidupnya mampu membawa kita masuk kedalam kisahnya yang penuh akan kesedihan tersebut.

Terdapat sekitar 105 karya diantaranya 71 geguritan atau puisi dan 34 karta kalungan pada (cerpen tiga paragraf/pentigraf) yang dikembangkan oleh Guru Besar Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Surabaya, Dr. Tengsoe Tjahjono. Penikmat Sastra Indonesia lebih mengenalnya dengan sebutan Flash Mini sehingga tak memakan banyak halaman namun sudah mampu merangkum ringkasan cerita yang hendak disampaikan oleh penulis.

Dari halaman pertama yakni kover sekilas tampak sebuah proses kontemplasi. Terlihat sosok yang memandang langit kehitaman yang hanya dipenuhi panorama gemintang. Sehingga seakan mencerminkan bahwa isi daripada buku ini merupakan hasil dari kisah atau perjalanan penulis hingga saat ini baik sebagai insan manusia ataupun ketika menjalankan profesinya sebagai guru.

Dari segi gaya bahasa memang tampak sangat beragam, dari Bahasa Jawa Halus atau Krama Inggil maupun Jombangan yang biasa digunakan sebagian masyarakat di Kota Santri kala berdialog sehari-hari. Meskipun begitu tetap dapat dinikmati oleh pembaca walau masih sangat awam dengan penggunaan bahasa tersebut. Namun karena sering diujarkan dalam percakapan keseharian, masih dapat dimengerti.


Alhasil perasaan pembaca dibuat berkecamuk ketika merasuki tiap karya. Seperti Rujak Self Sevice karya Ning Yang, seakan mampu menghipnotis pembaca untuk tertawa terbahak. Pembaca diajak menertawakan cerita sederhana yang dihadirkan. Namun ketika berganti membaca Anak Larang karya Farida Wahyu Wulandari tiba-tiba air mata kecil memenuhi pelipis mata. Cerita keseharian dari pengalam hidupnya mampu membawa kita masuk kedalam kisahnya yang penuh akan kesedihan tersebut.

Namun ada sedikit kekurangan walau tak terlalu menganggu kenikmatan membacanya yakni dari kesalahan ketik ataupun konsistensi dalam penggunaan spasi pada geguritan. Selain itu tidak adanya keterangan waktu dan tempat, sedikit banyak memengaruhi keingintahuan pembaca yang belum tuntas.

Selebihnya menarik dan bisa dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan pembelajaran Bahasa Jawa di satuan pendidikan. Peserta didik bisa disulut keinginannya dalam membuat karya berbahasa Jawa.


Lebih baru Lebih lama