Aktivitas alat berat di area pembangunan penampungan sampah baru TPA Banjardowo. (ist)


JOMBANG – Penanganan sampah sampai hari ini masih merupa semacam benang kusut yang sulit terurai. Tak terkecuali di Telatah Kebo Kicak. Melansir pada data Bidang Pengolahan Persampahan dan Ruang Terbuka Hijau, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jombang, setiap harinya, sampah yang dihasilkan warga sebanyak 527 ton/hari.

Melihat masih tingginya produksi sampah tersebut, tentunya wajib dilakukan kerja nyata dalam merumuskan tata kelola sampah yang ideal. Sehingga tak sampai menjadi bumerang bagi masyarakat di kemudian hari.

Dikonfirmasi perihal tata kelola sampah yang ideal secara berkelanjutan, Kepala Bidang Pengolahan Persampahan dan Ruang Terbuka Hijau, (DLH) Kabupaten Jombang, Mohammad Amin Kurniawan, S.T., M.Ling. menjelaskan, pertengahan Juli tahun ini, DLH Kabupaten Jombang mendapat mandat dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mengubah tata kelola sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Banjardowo yang semula hanya penimbunan terbuka, maka mulai akhir bulan Juli harus beralih ke sistem sanitary landfill. Melalui sistem baru tersebut, dampak buruk sampah seperti gas metana, pencemaran air dan tanah, dan udara dapat diminimalisir.

Upaya mengubah TPA Banjardowo menjadi pengelolaan sampah terintegrasi dari hulu ke hilir, sedikit banyak akan bermanfaat bagi masyarakat.

“Memang untuk konsep kerja TPA Banjardowo sebelum digagasnya metode sanitary landfill, belum maksimal untuk mengelola sampah secara laik. Sebab dari 524 ton/hari, hanya 24% yang mampu ditampung oleh TPA Banjardowo. Sedangkan 13% berada di Bank Sampah masyarakat maupun Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS3R). Sisanya sebesar 60% belum teratasi dalam arti masih terbuang di sungai ataupun di pekarangan warga. Lantas kedepannya, setelah lewat proses sanitary landfill, 35 ton/hari harus kita pilah antara organik dan anorganik. Selanjutnya 15 ton dijadikan kompos,” beber Mohammad Amin Kurniawan.

Baca Juga: Himpaudi Kecamatan Jombang Bertabur Hadiah di Harlah Himpaudi ke-17

Mengutip pada laman https://eppid.pu.go.id/, pengolahan sampah lewat sanitary landfill pada tekniknya akan melapisi tanah pembuangan sampah dengan tiga lapis perlindungan. Pertama, tanah atas/asli dilapisi bahan gel sintetis yang menahan kebocoran air sampah, agar tidak mencemari air tanah. Sedangkan lapisan kedua dan ketiga, berlapis karpet sintetis berserat kasar yang akan menimbun sampah setiap ketinggian 1-2 Meter agar tidak menimbulkan bau dan menghasilkan gas metana.

Mohammad Amin Kurniawan saat ditemui di ruang kerjanya pada (29/6). (Donny)

Dengan demikian, pada akhir tahun 2022 nantinya ditargetkan semua sampah yang masuk ke TPA Banjardowo sudah menjadi residu sampah, imbuh Mohammad Amin Kurniawan. Lalu, guna mencapai kinerja tersebut, juga perlu bantuan dari masyarakat, berupa kesadaran lingkungan dengan memulai memilah sampah rumah tangga, sampai mengurangi konsumsi plastik.

Foto udara penampungan sampah baru yang sudah terbangun 90 %. (ist)

Ditambahkan oleh Staf Bidang Pengolahan Persampahan dan Ruang Terbuka Hijau, DLH Kabupaten Jombang, Praptiwi, S.S, bahwa, upaya mengubah TPA Banjardowo menjadi pengelolaan sampah terintegrasi dari hulu ke hilir, sedikit banyak akan bermanfaat bagi masyarakat. Selain pengurangan risiko pencemaran, terdapat aspek lainnya, yakni perihal ekonomi yang bisa didapat dari hasil kompos.

Praptiwi menguraikan, “Sanitary landfill juga mencakup proses pengomposan yang mengubah wujud sampah memiliki nilai lebih. Senyampang itu pula masyarakat dapat memanfaatkannya untuk pupuk ramah lingkungan.”

Reporter/Foto: Donny Darmawan/Istimewa

Lebih baru Lebih lama