Prosesi gunting rikmo dan siraman. (Rabitha)

KABUH – Tradisi masyarakat khususnya Jawa dapat dikatakan cukup banyak dan beragam. Selaiknya yang digelar pada Minggu (15/5) di Dusun Mujokerep, Desa Genenganjasem, Kecamatan Kabuh yakni Ruwatan Sukerta Massal. Perlu diketahui bahwa Ruwatan Sukerta Massal ialah ritual kuno pembersihan diri yang telah berkembang lama di tanah Jawa sebelum masuknya pelbagai agama samawi di Indonesia. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam laman rapper.com tersebut.

Kegiatan yang dipelopori oleh Kelompok Budaya Dhamar Pinuluh serta berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang melalu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang tersebut juga dilengkapi dengan pelbagai pertunjukkan budaya. Mulai dari wayang kulit, macapat, campursari, lengkap dengan diskusi budaya yang dijalankan berturut sampai puncaknya pada Ruwatan Sukerta Massal.

Orangtua melakukan ngrucak kupat luar. (Rabitha)

 

Ruwatan Sukerta Massal dimulai dengan Sisir Rikmo (menyisir rambut) oleh orangtua, Ngrucak Kupat Luar (menarik ujung ketupat), diikuti peserta duduk dibelakang gentong berisikan air Kembang Setaman guna Potong Rikmo atau mencukur ujung rambut kemudian disiram. Terakhir melarung potongan rambut tersebut ke sungai sekitar.  

Sekretaris Kelompok Budaya Dhamar Pinuluh, Sukri menjelaskan bila peserta ruwatan merupakan buah hati yang tergolong sebagai Anak Sukerta. Dimaksudkan sebagai Anak Sukerta diantaranya Ontang-anting atau tunggal, Pancuran Kapit Sendang ialah anak lelaki diantara kakak dan adik perempuan, Uger-uger Lawang (dua anak laki-laki), Kembang Sepasang (dua anak perempuan), Kendhana Kendhini (dua anak laki-laki serta perempuan), Pendhawa dikenal sebagai lima anak lelaki semua, Mancalputri yaitu anak lima kesemuanya perempuan, terakhir adalah anak kembar.

Bupati Jombang, Hj. Mundjidah Wahab yang hadir pun menilai ini merupakan kekayaan tradisi di Jawa utamanya Kota Santri. Oleh karenanya harus dilihat sebagai sebuah suguhan dalam menyalakan tradisi ditengah gencarnya peradaban modern yang kian menggerus adab adiluhung ini.

Prosesi sisir rikmo. (Rabitha)
 
“Semoga tradisi yang telah ada sejak lama ini menjadi wujud ikhtiar kepada Allah SWT dalam memohon keselamatan serta pembersihan diri. Menolak balak penyakit, dimudahkan dalam menata masa depan, meraih cita-cita, dan pastinya membuka pintu rejeki,” tutur Hj. Mundjidah Wahab dalam sambutannya.

Sementara Kepala Disdikbud Kabupaten Jombang, Senen, S.Sos., M.Si. tak menyangka sebelumnya peserta akan sebanyak itu. Diperkirakan kalau yang turut dalam Ruwatan Sukerta Massal hanya sekitar 50 peserta saja. Sering banyaknya yang ikut dari beberapa wilayah lain di sekitaran Telatah Kebo Kicak membuat membeludak.

Baca Juga: Guru SD Manfaatkan TIK dalam Pembelajaran

Senen mengungkapkan, “Bersyukur hingga akhir gelaran ini dapat berjalan lancar tanpa ada kendala berarti. Peserta Ruwatan Sukerta Massal pun mencapai 204 anak dari 198 keluarga. Mereka berasal dari Kabupaten Bojonegoro, Lamongan, Nganjuk, Mojokerto, bahkan Surabaya pun hadir juga.”

Kepala Seksi Budaya dan Sejarah, Disdikbud Kabupaten Jombang, Anom Antono, S.Sn. menerangkan Ruwatan Sukerta Massal dimulai dengan Sisir Rikmo (menyisir rambut) oleh orangtua, Ngrucak Kupat Luar (menarik ujung ketupat), diikuti peserta duduk dibelakang gentong berisikan air Kembang Setaman guna Potong Rikmo atau mencukur ujung rambut kemudian disiram. Terakhir melarung potongan rambut tersebut ke sungai sekitar.

Reporter/Foto: Rabitha Maha Sukma
Lebih baru Lebih lama