Aneka jenis kopi jenis robusta yang tersedia di Kopi Mimbar. (Donny)


JOMBANG – Lika-liku roda kehidupan memang tak satupun orang mengetahuinya. Termasuk yang dialami oleh Harianto. Pada medio 1990-an, permulaan karier kerjanya di dunia kontraktor begitu gemilang. Tak berselang lama, berbarengan dengan memuncaknya reformasi di akhir tahun 1998, membuat harapan untuk melanjutkan kariernya mesti sirna seketika karena banyaknya pengurangan pekerja akibat krisis moneter saat itu.

Untuk pemasaran berfokus di wilayah Jombang, karena untuk menjaga kualitas kopi dan keuntungannya sudah sesuai.

Tak patah arang, bersama istrinya Harianto memulai lembaran baru dengan memulai usaha penggilingan bumbu masak. Selang berjalannya waktu, dari laba penggilingan bumbu masak dikumpulkan untuk menambah modal usaha ke penggilingan kopi. Pandangannya untuk merambah usaha kopi saat itu dilatarbelakangi oleh rekan sejawatnya yang memiliki mesin roasting (baca: pengeringan) kopi namun tak bisa mengoperasikannya. Walhasil Harianto memutuskan untuk memproduksi mesin penggilingan yang dulu masih manual.

Baca Juga: Merger: Efektifitas Kinerja

Harianto berkisah, “Dulu ketika masih menggunakan cara manual, kapasitas giling kopi per harinya maksimal 10 Kg dan hanya dua jenis kopi yakni, Robusta Jember dan Lampung. Tetapi 10 Kg tersebut masih mencukupi penjualan ecer saban harinya. Berbeda jauh dengan permintaan konsumen saat ini yang mencapai 60-70 Kg setiap harinya. Kenaikan ini juga tak terlepas dari menjamurnya gerai-gerai kopi yang sudah menjamur dan diminati segala segala usia, baik remaja hingga dewasa.”

Proses penggilingan kopi oleh pekerja Kopi Mimbar. (Donny)

Ditengah tingginya permintaan itu, sekarang Harianto sudah rutin menyediakan stok kopi robusta medium sebanyak 500 Kg per minggunya. Jumlah tersebut terbagi untuk persediaan aneka jenis robusta, mulai dari Jember, Lampung, Tulungagung, Lanang Wonosalam, Banyuwangi, Dampit, dan Bestak.

Harianto saat menunjukkan hasil kopi gilingan yang sudah dikemas. (Donny)

Menariknya dari sekian banyak jenis kopi dan tingginya permintaan, Harianto tetap kukuh tidak memasarkannya melalui market place. Menurut pria berkacamata ini, kopi memiliki ke khasannya tersendiri yang harus dijaga kualitasnya. Sehingga jika dipasarkan secara online dan memakan waktu distribusi lebih dari tiga hari, maka akan menghilangkan kesegaran kopi itu sendiri.

Toko Kopi Mimbar yang berada di Jln. KH. Mimbar Gang V Nomor 199, Jombang. (Donny)

“Oleh karenanya untuk kopi yang saya dapat dari pengepul/paguyuban memang sengaja saya pilih Robusta Medium yang ciri fisiknya kemerahan dan sudah benar-benar kering. Sehubungan dengan itu pula, untuk pemasaran berfokus di wilayah Jombang, karena untuk menjaga kualitas kopi dan keuntungannya sudah sesuai yakni berkisar 10 juta per bulannya,” tandas Harianto.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama