Sesi latihan ekstrakurikuler seni tari remo kreasi. (Rabithah)


KUDU – Kesenian tradisional hadir tidak hanya karena zamannya semata. Melainkan ada proses panjang baik itu perenungan hingga penggambaran akan situasi kala itu. Sehingga tak heran bila dibalik setiap kesenian tradisional itu tersimpan banyak makna yang poitif secara mendetail. Selaiknya yang tengah digencarkan di SDN Katemas Kudu yakni Campursari serta Tari Remo.

Dari setiap lirik yang teruntai dalam tembang Campursari tersimpan leksikon yang mendalam. Menyentuh pada batin langsung bila dihayati dan dikupas tiap baitnya. Demikian pun gerakan Tari Remo, menyimpan makna tersirat yang sangat adiluhung serta menjadi sebuah pelajaran penting untuk generasi sekarang maupun akan datang.

Oleh karenanya, wajib untuk dilestarikan jangan sampai punah di telan zaman, tegas Kepala SDN Katemas Kudu, Janah, S.Pd.. Seirama dengan itu di Desa Katemas sendiri, Campursari dan Tari Remo seolah telah mendarah daging. Tak mengeherankan bila tiap ada perayaan selalu menjadi sajian yang dinantikan masyarakat. Jadi, tak ada salahnya juga apabila sudah mengenalkan kepada peserta didik.

Tiada kriteria khusus sebagai peserta ekstrakurikuler Tari Remo. Asalkan ada kemauan, selabihnya bisa dipelajari bersama. Dari menghafal tiap nada hingga gerakan yang luwes.

Janah menguraikan, “Sekilas memang peserta didik pun ikut larut dalam kegandrungan di dua kesenian tradisional tersebut. Sehingga menjadi jalan yang tepat bila menjadikannya sebagai pilihan ekstrakurikuler. Menjadikan bakat sekaligus minat peserta didik tertampung dan dapat lebih di eksplorasi lebih dalam lagi.”

Baca Juga: Menyempurnakan Bahasa Indonesia Lewat EYD

Beruntungnya di SDN Katemas Kudu banyak guru yang menggelutinya juga. Membuat sangat mudah memperoleh praktisi yang bisa membina peserta didik. Seraya itu pula memberikannya motivasi supaya lebih percaya diri dan bangga atas kesenan tradisi yang sedang dipelajarinya.

Jajaran guru dan staf SDN Katemas Kudu. (Rabithah)

Pembina Tari Remo, SDN Katemas Kudu, Arie Sutanti, S.Pd. menuturkan sebenarnya kurun waktu tiga bulan rutin berlatih. Peserta didik sudah bisa unjuk pentas menampilkan kepiawaiannya. Hanya saja memang harus konsisten berlatih dari siang sampai sore.

Salah satu gerakan seni tari remo kreasi yang dipraktikkan peserta didik. (Rabithah)

“Tiada kriteria khusus sebagai peserta ekstrakurikuler Tari Remo. Asalkan ada kemauan, selabihnya bisa dipelajari bersama. Dari menghafal tiap nada hingga gerakan yang luwes,” tegas Arie Sutanti.

Peserta didik berprestasi pada seni macapat. (ist)

Berangkat dari Tari Remo pun bisa dikembangkan lagi menjadi Tari Remo Njombangan yang lebih menekankan gerakan khas Kota Besut ini. Begitu pula untuk kreasinya, sangat lebih terbuka lagi karena bisa dipadukan dengan sejumlah gerakan lain yang memungkinkan menjadi harmoni keindahan tersendiri, tutup perempuan yang juga aktif di Pramuka Kwartir Ranting Kudu ini.

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma

SDN KATEMAS KUDU


Tahun Berdiri : 1912

Jumlah Peserta Didik : 151

Jumlah Guru : 12

Ekstrakurikuler : Pramuka, Tari Remo, modern dance, Macapat, Albanjari, baca tulis Alquran, atletik, dan bola voli.
Lebih baru Lebih lama