Wadah dan pembungkus makanan wajib menggunakan daun. (Donny)


MOJOAGUNG – Dusun Sanan Timur, Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung, pada Minggu pagi (4/9) mendadak ramai dikunjungi ribuan orang dari pelbagai latar. Dari anak-anak, remaja, dewasa hingga senja usia tumpah ruah untuk mengunjungi Pasar Barongan Kali Gunting yang berada di sisi Selatan dusun, tepatnya di sebrang bibir aliran sungai Kali Gunting.

Bertempat di atas lahan seluas ± 2000 meter persegi, Pasar Barongan Kali Gunting menjajakan aneka kudapan, masakan, minuman, kerajinan tangan hingga produk sejenisnya yang bertema tradisional. Senyampang dengan itu, suasana yang terbangun di Pasar Barongan cukup asri, mengingat lahan yang ditempati 40 pelapak dari luar dan dalam Desa Mojotrisno, merupakan kebun bambu yang rimbun. Walhasil dengan suasana tersebut, para pengunjung sengaja diajak untuk larut menghayati nusansa tradisional pedesaan yang khas.

Pantangan menggunakan plastik disini bagian dari komitmen dan upaya penyadaran kolektif bahwa suatu entitas ekonomi dapat menjaga keasrian lingkungan.

Nuansa masa lalu semakin terasa manakala saban pengunjung yang datang wajib menukarkan uang yang hendak dipakai transaksi di Pasar Barongan Kali Gunting dengan bilah bambu seharga Rp. 2000. Bilah bambu ini dijadikan sebagai alat tukar sah yang berlaku selama jam operasional pasar berlangsung mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 10.00 WIB.

Baca Juga: Ada yang Baru dalam RUU Sisdiknas

Ditemui disela kesibukannya memantau kegiatan pasar, Ketua Pelaksana Pasar Barongan Kali Gunting, Nusa Amin membeberkan penentuan harga bilah bambu memang sudah disepakati seluruh panitia dan pelapak. Adapun jumlah nominal yang terbilang dua ribu rupiah dipilih atas dasar penggenapan angka semata.

Beberapa jenis kerajinan bambu yang dijajakan. (Donny)

“Kemudian, untuk sistem dagang yang diberlakukan di Pasar Barongan Kali Gunting, kita kenakan potongan 10-15 % bagi pedagang kerajinan dan kuliner. Potongan ini diterapkan bukan tanpa alasan, sebab menimbang biaya pengadaan infrastruktur sampai operasional pasar mulai kebersihan, sewa lahan dan mengupah 30 panitia yang direkrut dari Desa Mojotrisno, dimana per individu mendapat upah Rp. 95.000. setiap Pasar Barongan Kali Gunting tiap satu bulan sekali sampai (4/12) mendatang,” beber Nusa Amin.

Pengunjung mengunjungi salah satu lapak kriya cukil. (Donny)

Tak hanya melibatkan peran pemuda dan pemudi Desa Mojotrisno, Pasar Barongan Kali Gunting juga mengikutsertakan peran akademisi dari Universitas Kristen Petra Surabaya. Kepala Desa Mojotrisno, Nanang Sugiarto, mengatakan, tugas yang diemban para akademisi tersebut memang cukup signifikan, sebab dalam proses awal perumusan konsep hingga tataran pelaksanaan aspek keilmuan teknik sipil sedikit banyak tercurah dan mampu di aplikasikan ke Pasar Barongan Kali Gunting.

Lapak yang menjajakan aneka rupa Batik Warna Alam. (Donny)

“Jadi perlu diketahui, ide mewujudkan Pasar Barongan Kali Gunting sebagai agenda jangka panjang dalam membentuk wisata desa di tiap dusun yang ada Desa Mojotrisno ini, masih dalam satu tarikan napas bersama para perajin Batik Sentra Alam di Dusun Sanan Timur untuk menguatkan branding yang berbeda serta memiliki ciri khas tersendiri dan secara kebetulan para akademisi yang juga terlibat dalam organisasi Ikatan Batik Jawa Timur. Selanjutnya setelah dilakukan analisa potensi lokasi dan bentuknya, kita selaku pemerintah desa bersama perajin batik warna alam mensosialisasikan konsep serta tujuannya ke semua warga. Syukur warga dengan kompak menyambut seraya mendukungnya,” ujar Nanang Sugiarto.

Penukaran uang dengan bilah bambu sebagai mata uang yang berlaku di Pasar Barongan. (Donny)

Selain berkonsep tradisional, muatan kearifan lain yang nampak di Pasar Barongan ini ialah semua yang diperdagangkan tidak boleh menggunakan bahan/wadah plastik. Baik jajanan, masakan, sampai kerajian.

Salah satu pengunjung berfoto di depan papan nama Pasar Barongan. (Donny)

Perkara pelarangan pemakaian plastik tersebut, Nusa Amin menjelaskan, “Pantangan menggunakan plastik disini bagian dari komitmen dan upaya penyadaran kolektif bahwa suatu entitas ekonomi dapat menjaga keasrian lingkungan. Harapannya tidak hanya pada pedagang, tapi kesadaran ini juga turut dibawa pulang oleh para pengunjung agar di rumah dan dimanapun bisa diet plastik.”

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama