Makam Mbah Kadut, pembabat alas Desa Keplaksari yang masih sering dikunjungi warga. (Rabithah)


PETERONGAN – Berbicara terkait Desa Keplaksari Peterongan pasti sekilas pikiran kita tertuju pada kawasan rekreasi Kebon Ratu dan Tirta Wisata. Terlebih dengan adanya pesawat tempur yang bertengger gagah membuat desa yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Jogoroto itu terlihat kian menawan.

Namun tak lengkap rasanya bila melancong ke Desa Keplaksari tetapi belum mengenal asal-usul penamaan desa tersebut. Dijelaskan oleh Kepala Seksi Pemerintahan Desa Keplaksari, Luluk Maria Ulfa bahwa banyak versi perihal sejarah Desa Keplaksari. Untuk itu apabila terdapat ketidaktepatan sangat diperlukan adanya pembuktian lebih lanjut.

Desa Keplaksari tercatat menjadi pemerintahan secara resmi pada tahun 1918 dengan kepala desa pertama yaitu Koniman. Terdapat tiga dusun dengan rincian Keplak, Pagotan, dan Kalangan.

Diceritakan oleh Luluk Maria Ulfa, “Bila dahulu terdapat orang yang berjasa membabat alas desa yang dijuluki Mbah Kadut. Merupakan seorang pendatang dari Madura yang akhirnya menikah dengan warga Desa Keplaksari. Hingga kini makam Mbah Kadut dan istrinya terabadikan dengan baik dan terbilang masih sering dikunjungi warga untuk mengirim doa.”

Dilain sisi, Bendahara Desa Keplaksari, Ari Wahyuni, S.E. mengemukakan bahwa Desa Keplaksari tercatat menjadi pemerintahan secara resmi pada tahun 1918 dengan kepala desa pertama yaitu Koniman. Terdapat tiga dusun dengan rincian Keplak, Pagotan, dan Kalangan. Meskipun proses pemilihan masih sederhana dengan cara hukum rimba, yang berarti calon kepala desa jika memiliki kekuatan atau kekuasaan paling tinggi akan mendapat pemilih terbanyak.

Baca Juga: Lomba Bahasa dan Seni Siswa 2022 Hadirkan Lomba Tari Remo

“Semula nama Desa Keplaksari hanyalah “Keplak” atau yang berarti Tepuk. Selanjutnya kata “Sari” berasal dari pekerjaan penduduk pada waktu itu banyak menanam Pohon Tom yang kemudian direbus dan diambil sarinya dengan cara menepuk-nepuk. Membuat sari dari Pohon Tom tersebutlah yang saat itu menjadi pekerjaan utama warga. Sehingga terbilang semua warga dapat hidup makmur dan sejahtera berkat kegiatan tersebut,” kisah Ari Wahyuni.

Ari Wahyuni (Kanan) dan Luluk Maria Ulfa saat menjelaskan asal usul Desa Keplaksari. (Rabithah)

Penggabungan nama keplak dan sari menjadi Keplaksari yang kemudian mengilhami nama nama lembaga yang ada di desa, imbuh perempuan berhijab itu. Diantaranya adalah TK Tunas Sari, Organisasi Himpunan Petani Pemakai Air diberi nama Tirta Sari, dan nama terminal Jombang pun bernama Kepuhsari.

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma

Lebih baru Lebih lama