Kasiyati saat merapikan selendang tari anak didiknya. (Donny)

KESAMBEN – Belajar dan bermain pada pendidikan jenjang usia dini memang banyak membutuhkan medium yang mampu membuncahkan kreativitas anak didik. Tentunya, tak hanya mengacu pada bentuk dan jenis Alat Peraga Edukatif. Melainkan pula dapat dieskalasi melalui sebuah kegiatan.

Metode tari berkelompok tersebut sengaja dilakukan untuk mengetahui kemampuan anak didik dalam mengikuti irama musik serta gerakan di setiap jenis tari.  

TK PGRI II Kesamben pun kini tengah mengembangkannya. Salah satunya diimplementasi melalui kegiatan unggulannya berupa Seni Tari. Kepala TK PGRI II Kesamben, Kasiyanti, S.Pd. menjabarkan, Seni Tari sengaja dipilih karena selain dapat memicu kreativitas, juga mampu meningkatkan daya konsentrasi anak didik.

Beberapa gerakan tari yang ditunjukkan oleh anak didik. 
  
“Keduanya memang saling terkait dan tak terpisah satu sama lain. Sebab, setiap gerakan tari selalu kita pacu kreativitasnya dengan pengembangan gerakan dan jenis tarian. Ini dilakukan tak lain agar anak didik tak mudah bosan ketika berlatih saban sepekan sekali di hari Sabtu. Kemudian, ketika beberapa jenis tarian sudah dikuasai oleh anak didik, maka tingkat konsentrasinya akan bertumbuh,” jelas Kasiyati.

Dikembangkannya Seni Tari tersebut, melibatkan seluruh anak didik mulai dari Kelas A dan B. Sebanyak 60 anak didik yang ada, kala berlatih tari dibagi beberapa kelompok sesuai kelas masing-masing dengan didampingi gurunya.
 

Guru Kelas B II, TK PGRI II Kesamben, Nur Kasanah, S.Pd. mengakui metode tari berkelompok tersebut sengaja dilakukan untuk mengetahui kemampuan anak didik dalam mengikuti irama musik serta gerakan di setiap jenis tari. Oleh karenanya, pembaruan jenis tari senantiasa dilakukan dengan banyak melakukan penyesuaian musik pengiringnya.

Nur Kasanah mengatakan, “Selanjutnya, gerakan tari akan disesuaikan dengan tingkatan kelasnya. Bagi anak didik kelas B tentu gerakannya lebih banyak, lantaran usia, kekuatan fisiknya, dan fokusnya telah memadai. Dalam satu tarian, kurang lebih terdapat 8 gerakan yang kami latih. Sedangkan untuk jenis tariannya, kita namakan tari yang sederhana. Semisal Tari Bebek, Jaranan, dan sejenisnya.”

Latihan tari secara mandiri. (Donny)
  
Penamaan jenis tarian nan sederhana tersebut, memang dilakukan agar anak didik mampu mengingat gerakan dan nama tariannya, imbuh Nur Kasanah. Sehingga, waktu yang dibutuhkan agar penguasaan satu jenis tarian paripurna yakni selama tiga hari saja. Dalam tempo tersebut, anak didik sudah mampu mengingat dan menghafal seluruh rangkaian gerakan dalam satu tarian.

Sedangkan bagi Kelas A, porsi dan metode menari yang diberikan berbeda dari Kelas B. Guru Kelas A I, TK PGRI II Kesamben, Aprilia Yuni Pratiwi, S.Pd. mengungkapkan dari waktu berlatih tidak seintensif anak didik Kelompok B. Dikarenakan, mayoritas anak didik masih berusia lima dan beberapa dibawah lima tahun. Taktis, tarian yang ada sifatnya hanya pengenalan semata.

 Nur Kasanah ketika memberikan arahan gerakan tari. (Donny)
  
“Meski hanya pengenalan lewat audio-visual dan berlatih beberapa gerakan tari sederhana, tentu ini cukup penting manfaatnya bagi anak didik. Terutama mengenalkan bentuk khazanah kebudayaan lokal.” ujar Aprilia Yuni Pratiwi.

Terakhir, Kasiyanti menambahkan dari kegiatan unggulan tari ini, turut berdampak pula untuk menarik kepercayaan masyarakat. Utamanya untuk menitipkan buah hatinya di TK PGRI II Kesamben yang menjadi pilihan pengembangan kreativitas sedari usia dini.

“Oleh karenanya di akhir semester dan akhir tahun pelajaran, seluruh tari dari semua kelas kita tampilkan. Guna memotivasi sekaligus menunjukkan kebolehan anak didik dihadapan masyarakat,” tandas Kasiyanti.

Reporter/Foto: Donny Darmawan
Lebih baru Lebih lama