Anak didik belajar bersama. (ist)


NASIONAL - Anak-anak autis termasuk anak dengan disabilitas mental. Meski secara fisik terlihat normal, namun anak autis biasanya mengalami hambatan dalam berkomunikasi hingga berinteraksi sosial. Orangtua yang memiliki anak dengan autisme juga perlu memperhatikan pendidikan yang tepat untuk buah hatinya. Karena memiliki karakter berbeda, anak autis membutuhkan pendekatan dan metode belajar berbeda.

Sebelum memilih sekolah untuk anak autis, orangtua bisa mencari informasi sebanyak mungkin tentang sekolah yang akan dipilih, baik SLB maupun sekolah inklusi.

Melansir dari laman sekolah inklusi di Jakarta, Cherish Academy, menyampaikan informasi mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih sekolah yang tepat bagi anak autis. Sebelum tahu cara memilih sekolah yang tepat, orangtua perlu mengetahui terlebih dahulu karakteristik anak-anak autis. Pemahaman karakteristik anak ini sangat berkaitan dengan proses belajarnya nanti. Karakteristik tersebut di antaranya adalah:

· Senang melakukan suatu hal secara berulang-ulang, misalnya menepukkan kedua telapak tangan (flapping), mengayunkan tangan, atau memutar badan.

· Memiliki sensori terhadap kondisi tak lazim, misalnya pada hal yang berkaitan dengan penciuman dan perabaan, atau benda yang berputar.

Baca Juga: P5: dari Proses hingga Produk

· Mengalami hambatan dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan logika berpikir. Sulit beradaptasi atau bahkan menolak suatu perubahan.

· Mengalami gangguan perilaku, misalnya marah tanpa alasan atau melakukan aktivitas yang membahayakan dirinya sendiri.

Menentukan sekolah terbaik untuk anak autis

Seperti diketahui bersama, anak-anak spesial bisa bersekolah di sekolah inklusi (sekolah umum yang juga menerima anak berkebutuhan khusus), sekolah luar biasa (SLB), atau home schooling. Untuk menentukan sekolah mana yang terbaik bagi anak autis, orangtua perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:

Lingkungan sekolah harus ramah ABK
Salah satu poin penting yang wajib diperhatikan orangtua dalam memilih sekolah untuk anak autis adalah sekolah harus ramah anak berkebutuhan khusus. Jika tidak, anak akan berisiko mengalami tindakan bullying atau disisihkan dari pergaulan.



Sesuaikan dengan kondisi anak
Ada tiga hal pokok yang perlu dinilai dari seorang anak penyandang autis, yaitu hambatan sosialisasi, hambatan komunikasi, dan gangguan perilaku. Hambatan yang dialami juga berbeda, ada yang ringan hingga berat.

Para pakar menyarankan bagi anak yang tingkat autismenya ringan dan memiliki kemampuan kognitif cukup baik bisa bersekolah di sekolah inklusi. Sedangkan mereka yang kondisinya berat dan kemampuan kognitifnya kurang sebaiknya bersekolah di SLB ataupun home schooling.

Lakukan terapi lebih dahulu
Sebelum memasukkan anak ke sekolah, orangtua lebih baik melakukan terapi lebih dahulu. Terapi untuk anak di atas 5 tahun yang akan masuk sekolah lebih difokuskan kepada pengembangan diri anak agar bisa bersosialisasi dengan lebih baik.

Jika hasil terapi memperlihatkan perkembangan yang positif, orangtua bisa memasukkan anak ke sekolah inklusi. Sebaliknya, jika perkembangan anak tidak berhasil mencapai standar yang ditetapkan, SLB adalah pilihan yang lebih baik supaya anak mendapat penanganan yang lebih intensif dan tepat.

Sekolah inklusi negeri atau swasta?
Sekolah inklusi negeri menerima semua ABK, tetapi dengan jumlah sangat terbatas. Biasanya hanya 1 anak dalam 1 kelas. Selain itu juga tidak ada guru khusus untuk mendampingi anak autis, dan tidak memiliki ruangan khusus untuk menenangkan anak yang sedang tantrum.

Sementara itu, sekolah inklusi swasta pada umumnya hanya menerima ABK dengan kondisi yang tidak terlalu parah dan memiliki kemampuan intelektual tertentu. Namun, sekolah ini memiliki kelebihan adanya guru khusus, psikolog pendamping, dan ruangan khusus untuk menangani anak tantrum.

Sebelum memilih sekolah untuk anak autis, orangtua bisa mencari informasi sebanyak mungkin tentang sekolah yang akan dipilih, baik SLB maupun sekolah inklusi. Dengan menerapkan 4 cara tersebut, diharapkan anak akan benar-benar mendapatkan pendidikan yang tepat dan bermanfaat bagi masa depannya.

Sumber/Rewrite: kompas.com/Tiyas Aprilia

Lebih baru Lebih lama