Perkiraan lokasi Jurang Jeru. (Donny)

BARENG – Kisah penamaan suatu wilayah, terkhusus suatu desa pasti tidak terlepas dari tradisi tutur yang melatarbelakanginya. Seiring waktu bergulir, tradisi tutur berkembang serta senantiasa dituturkan di tiap generasi. Kendati demikian, tak jarang pula tradisi tutur yang telah beberapa generasi tersebut, terbagi dalam beberapa versi. Seperti halnya awal mula penamaan Desa Mundusewu, Kecamatan Bareng.

Pertama diserap berdasarkan cerita tentang banyaknya Pohon Mundu yang dahulu tumbuh di wilayah Desa Mundusewu. Selanjutnya, versi kedua didasari oleh sebuah cerita yang mengkisahkan adanya sebuah peristiwa perang di era Kolonialisme Hindia-Belanda.

Kepala Urusan Perencanaan Desa Mundusewu, Sutikno, saat dijumpai Majalah Suara Pendidikan pada Selasa (11/22) menuturkan, “Terdapat dua versi tutur yang masih di percaya masyarakat sebagai permulaan penamaan Desa Mundusewu ini. Pertama diserap berdasarkan cerita tentang banyaknya Pohon Mundu yang dahulu tumbuh di wilayah Desa Mundusewu. Selanjutnya, versi kedua didasari oleh sebuah cerita yang mengkisahkan adanya sebuah peristiwa perang di era Kolonialisme Hindia-Belanda. Lalu dampaknya, menyebabkan ribuan penduduk dari pelbagai wilayah sekitaran Desa Mundusewu mengungsi dan bersembunyi di tempat bernama Jurang Jeru.”

Salah satu Pohon Mundu yang berada di Balai Desa Mundusewu. (Donny)
 
Sutikno melanjutkan, adapun versi kedua lebih mendekati kebenaran secara logis untuk diserap sebagai intisari tradisi tutur penamaan Desa Mundusewu. Sebab kawasan Jurang Jeru yang berupa lembah saat ini masih ada dan membentang mencakup wilayah tiga dusun di Desa Mundusewu. Mulai dari Dusun Mindi, Jabaran, dan Banyu Urip.

“Selain itu banyak pini sepuh yang mengatakan, kelanjutan kisah Jurang Jeru tersebut berlanjut pada kepindahan para pengungsi dan lantas mendirikan pemondokan/pemukiman. Maka dipercaya penyebutan nama Mundusewu diserap dari kata mondok atau bermukim dan sewu yang mengacu pada jumlah ribuan pengungsi,” imbuh Sutikno.

Sutikno ketika menunjukkan titik wilayah awal Desa Mundusewu. (Donny)
 
Ditambahkan pula oleh Sekretaris Desa Mundusewu, Sudarmaji, wilayah yang digunakan sebagai pemukiman tersebut dipilih berdasarkan keluasan lahan. Untuk itu di era awal pembentukan pemerintahan Desa Mundusewu yang tercatat dalam buku Rancangan Kegiatan Pembangunan Desa, terpilihlah nama Kek Tisno Kromo yang menjadi pemimpin wilayah tersebut.

“Untuk asal muasal Kek Tisno Kromo sendiri belum diketahui secara pasti. Namun yang jelas beliaulah yang awal menjadi pemimpin di wilayah Desa Mundusewu karena memiliki lahan luas. Senyampang itu pula untuk membuat tetenger desa, kami selaku pemerintah Desa Mundusewu telah menanam ratusan Pohon Mundu di seluruh dusun. Harapannya, meski ada dua versi tutur desa, namun tak sampai menghilangkan salah satu identitas desa,” tandas Sudarmaji.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama