Makhshushotin, S.Pd.*

Agama mengajarkan, bahwa “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertangungjawaban atas kepemimpinannya”. Tanggung jawab pembelajaran menjadi tugas utama seorang guru. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan , akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No. 20/2003). Guru harus mampu menerapkan prapta Ki Hajar Dewantara (KHD) dalam proses pembelajaran.

Sebagai sebuah proses, pembelajaran akan mengalami kendala atau masalah yang dapat menjadi penghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan mengambil keputusan yang baik dalam kepemimpinannya selama pembelajaran.

Guru dalam Pembelajaran

Dalam pembelajaran, guru adalah pemimpin. Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2011:1-7) mengemukakan bahwa kepemimpinan pembelajaran merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Kepemimpinan pembelajaran sangat penting untuk diterapkan di sekolah karena dapat (1) meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan; (2) memberikan dorongan dan arahan terhadap warga sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya; (3) membangun komunitas belajar warganya dan menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar.

KHD memberikan beberapa pedoman dalam menciptakan kultur positif seorang guru/pendidik. Semboyan Trilogi pendidikan memiliki arti yang melibatkan seluruh pelaku pendidikan atau guru dan peserta didik adalah: Tut wuri handayani, dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan. Ing madya mangun karsa pada saat di antara pesetra didik, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, Pendidik memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Ing ngarsa sung tulada, berarti ketika guru berada di depan, seorang guru harus memberi teladan atau contoh dengan tindakan yang baik. guru sebagai pendidik harus respek dan memahami dirinya, serta dapat mengontrol dirinya (emosi dan stabil)

Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menghadapi situasi di mana guru/pendidik perlu mengambil keputusan yang mengandung dilemma etika, yaitu berkonflik di antara nilai-nilai kebenaran yang sama-sama benar. Sebagai pemimpin pembelajaran, Guru akan menghadapi dilema etika (ethica dilemma) dengan bujukan moral (moral templetion) (Nurcahyani, 2002).

Perlu diingat, bahwa kegiatan pengambilan keputusan adalah suatu ketrampilan, semakin sering seorang guru melakukannya, akan semakin terlatih, fokus dan tepat sasaran. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mendasarkan keputusannya pada 3 unsur yang berpihak pada peserta didik, berdasarkan nlai-nlai kebajikan universal, dan bertangung jawab terhadap segala konsekwensi dari keputusan yang diambil. Dasar pengambilan keputusan guru sebagai pemimpin pembelajaran adalah:

Dilema etika adalah tantangan berat yang harus dihadapi guru dari waktu ke waktu. Ketika menghadapi dilemma etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tangung jawab dan penghargaan akan hidup. Empat dilema etika akan dihadapi guru, yaitu (1) Individu lawan kelompok (individual vs community); (2) Rasa keadilan vs rasa kasihan (justice vs mercy) (3) Kebenaran vs kesetiaan (truth vs loyalty) (4) Jangka pendek vs jangka panjang (short term vs long term)

Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru dalam mengambil sebuah keputusan hendaknya sebijak mungkin dengan memperhatikan segala aspek serta merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, sehingga bisa dijadikan rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. Hal ini sejalan dengan semboyan patrap triloka Ki Hajar Dewantara. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memahami tiga prisnsip dalam pengambilan keputusan yaitu: Berpikir berbasis hasil akhir, Berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli. Selain tiga prinsip tersebut pemimpin pembelajaran juga harus mampu memahami konsep pengambilan dan pengujian keputusan dengan melakukan 9 langkah, yaitu: (1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, (2) Menentukan siapa yang terlibat dalam kasus tersebut, (3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini (4) Pengujian benar atau salah (5) Pengujian benar lawan benar (4 dilema etika), (6) Melakukan prinsip resolusi, (7) Investigasi opsi trilemma, (8) Buat keputusan, (9) Lihat lagi dan refleksikan

Segala permasalahan dan tantangan selama kegiatan pembelajaran harus disikapi dengan pengambilan keputusan yang baik dan benar. Hal ini agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dengan segala kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills).

*) Guru BK SMP Negeri 1 Kesamben Jombang, CGP Angkatan 5
Lebih baru Lebih lama