![]() |
Ilustrasi sedang belajar. (ist) |
NASIONAL - Motivasi memicu seseorang mengerjakan tugas sehari-hari dengan baik hingga selesai. Namun, tingkat motivasi ini tidak sama rata pada tiap orang. Emeritus bidang ilmu perilaku dari University College London (UCL), Profesor Robert West menjelaskan, tiap orang menemukan motivasi diri dari sumber-sumber berbeda. Sumber ini meliputi pengalaman nyaman, menyenangkan, seru, atau sebaliknya.
Keinginan abstrak seperti merasa memiliki tujuan atau memiliki kendali pun menurut Robert West bisa jadi motivasi atau pendorong merampungkan tugas sehari-hari. Sumber motivasi sosial juga bisa meliputi cinta, kekuasaan, rasa kepemilikan atau keterlibatan, dan pengakuan. Tiap manusia menjadi berbeda karena punya pandangan masing-masing soal seberapa penting tiap sumber motivasi itu bagi diri sendiri. Kita juga punya prioritas berbeda di tiap jenjang hidup.
Kenapa Motivasi Orang Berbeda-beda?
Pengaruh Dopamin dan Endorfin
Robert West mengatakan, kandungan kimiawi tertentu di otak, seperti endorfin dan dopamin, memengaruhi pengalaman seseorang atas keinginannya dan pembentukan perilakunya. Contohnya, dopamin dirilis di bagian otak bernama nucleus accumbent. Perilisannya bantu mengajarkan manusia tentang apa yang disuka dan tidak. Sementara itu, endorfin memengaruhi perasaan atas kesehatan diri.
Baca Juga: Musim Balik Telah Tiba, Kesehatan Tetap Terjaga
Sementara itu, penelitian di Journal of Neuroscience mendapati, neurotransmitter alias pengirim pesan kimiawi bisa jadi bertanggung jawab atas motivasi tiap orang yang berbeda-beda dalam menyelesaikan tugas sehari-hari.
Studi oleh Michael T Treadway dkk tersebut menunjukkan bahwa orang yang lebih mau bermain game level sulit rupanya merilis dopamin neurotransmitter lebih banyak di bagian otak yang berkaitan dengan reward dan motivasi. Bagian ini bernama striatum dan ventromedial prefrontral cortex.
Sementara itu, orang yang lebih mau bermain game level mudah rupanya merilis dopamin lebih banyak di anterior insula, bagian otak yang berkaitan dengan emosi dan persepsi risiko.
Penelitian John D Salamone dkk di jurnal Neuron mendapati, dopamin rupanya memicu orang melakukan sesuatu sampai tuntas sebelum mendapat reward atau hadiahnya. Nah, tingkat dopamin tiap orang berbeda-beda sehingga beberapa orang lebih tekun merampungkan tugas atau mencapai tujuannya ketimbang orang lain.
Kesenjangan Niat dan Perilaku
Psikolog dari University College London (UCL), Susan Michie mengatakan, intention-behavior gap atau kesenjangan antara niat dan perilaku juga memengaruhi seseorang menuntaskan tugasnya.
Susan Michie menjelaskan meskipun dia mungkin merasa niat banget untuk berubah, perubahan itu tidak terjadi. Ini soal mengubah perasaan jadi tindakan, perasaan saja tidak cukup untuk membuat niat jadi kenyataan. Dia juga harus punya skill mengelola perilaku sekaligus kesempatan mewujudkannya.
Bagaimana Cara agar Termotivasi Menyelesaikan Tugas?
Buat Perencanaan hingga Ajak Teman
Direktur Centre for Behaviour Change, UCL ini menjelaskan, ada cara agar kesenjangan niat dan perilaku ini jadi menurun. Beberapa di antaranya yaitu membuat perencanaan, lalu merinci apa-kapan-dengan siapa tindakan itu dapat dieksekusi.
Menurut Michie, membagikan rencana tersebut dengan orang lain bisa mendorong untuk mengerjakan dan menuntaskannya. Melakukan tugas ditemani orang lain, atau dengan reward bisa bertemu orang lain setelah itu, menurutnya bisa memicu rasa mendapat reward setelah bertugas.
Kerja Kelompok
Penelitian di jurnal Social and Personality Psychology Compass menunjukkan bahwa kerja kelompok bisa mendorong dan meningkatkan kinerja anggota grup yang lebih lemah kemampuan menyelesaikan tugasnya.
Peneliti Norbert L Kerr dan Guido Hertel memperkirakan, kecenderungan tersebut bisa terjadi karena perbandingan sosial dan keyakinan bahwa usaha bersama perlu agar grupnya bisa berhasil. Namun, penelitian keduanya tidak menjelaskan bagaimana kerja kelompok ini memengaruhi anggota kelompok yang lebih kuat kemampuan menuntaskan tugasnya
Buat Kegiatan Pengganti
Jika hal yang ingin dilakukan adalah berkomitmen untuk tidak melakukan sesuatu yang disukai, maka Michie menyarankan agar membuat kegiatan penggantinya. Contohnya, jika ingin berhenti terdistraksi dengan smartphone saat bertugas, pikirkan cara menunda distraksi tersebut dan aktivitas lain yang tidak pakai smartphone.
Sumber/Rewrite: detik.com/Tiyas Aprilia