Kisworo, salah satu warga Desa Kademangan yang sudah puluhan tahun menjadi perajin cobek. (Donny)


MOJOAGUNG –
Kemasyhuran dari suatu desa tentu tak lepas dari tradisi turun temurun yang menjelma sebagai identitas kultural di masyarakatnya. Namun seiring waktu, tak jarang identitas kultural tersebut tinggal cerita, lantaran gelombang laju zaman yang memaksanya tak mampu bertahan.

Menggunakan teknis pembuatan manual tentunya ada alasan tersendiri meskipun kecanggihan teknologi sudah merambah di pelbagai bidang.

Di Desa Kademangan, Kecamatan Mojoagung misalnya berakar dari pengetahuan serta ilmu secara turun temurun warisan leluhu. Ada tiga dusun mulai dari Dusun Kademangan, Kebondalem hingga Pakunden memang tersohor akan produktivitasnya warganya dalam memproduksi cobek dalam skala industri rumahan.

Baca Juga: Sekolah Sehat? SDN Pandanwangi Diwek Jadi Percontohan

Salah satu perajin cobek dari Dusun Kebondalem, Kisworo, membenarkan hal tersebut. Pengalamannya mewarisi ilmu pembuatan Cobek dari dari kakek dan bapaknya selama ± 15 tahun belakangan, dalam sehari 200 buah Cobek dari ukuran besar, sedang, sampai kecil mampu dihasilkannya bersama sang istri dengan bantuan alat pencetak khusus cobek yang berbahan besi.

“Untuk harganya pun bervariasi mulai dari Rp 1.200, Rp 1.300, hingga berkisar Rp 2.000, untuk ukuran sedang dan besar. Kesemuanya lantas dipasarkan oleh pengepul ke luar kota hingga provinsi, mulai ke Bali sampai Kalimantan. Walaupun pasarnya meluas, tetapi bahan dasar berupa tanah liat pilihan sudah tidak ada lagi di wilayah Desa Kademangan, sehingga harus membeli dari beberapa desa di Kecamatan Mojowarno,” beber Kisworo.



Kepala Dusun Kebondalem, Erwan Susanto menambahkan, tercatat untuk saat ini jumlah perajin cobek berkisar di angka 40. Namun yang masih menekuni hingga kini hanya ada 4 pengrajin saja.

“Menggunakan teknis pembuatan manual tentunya ada alasan tersendiri meskipun kecanggihan teknologi sudah merambah di pelbagai bidang. Baik dari segi kecepatan produksi atas permintaan pasar maupun mempertahankan kualitas dengan teknik produksi yang lama,” imbuh Erwan Susanto.


Beberapa cobek yang sudah dan siap dikeringkan dengan cara dibakar. (Donny)

Disinggung ihwal metode mempertahankan eksitensi para perajin Cobek di desanya, Kepala Desa Kademangan, Drs. Hendro Wahyudi, memaparkan pada tahun 2020 lalu lewat program Desa Berdaya dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Jawa Timur, Desa Kademangan dikukuhkan sebagai Kampung Cobek. Implikasinya Desa Kademangan telah digelontor dana sebesar 100 juta rupiah untuk pengelolaan Kampung Cobek sebagai pilar Desa Mandiri.

Proses penghalusan pola cobek di salah satu rumah perajin cobek Desa Kademangan. (Donny)

Hendro Wahyudi merincikan, “Latar belakang historis inilah yang menjadi dasar utama pemilihan Desa Kademangan untuk dipilih sebagai pengembangan Program Desa Berdaya. Dari prosesnya strategi pengenalan produk Cobek dilakukan pada seluruh kegiatan desa yang mengundang stakeholder lainnya. Sehingga bilamana di tingkat lokal Kampung Cobek mampu bergaung nyaring, setali tiga uang Badan Usaha Milik Desa Demang Sae akan menuai hasilnya berupa keuntungan pengelolaan hasil kegiatan promosi cobek ke lintas sektor.”

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama