Didampingi orangtua seorang pelajar mengerjakan PR. (ist)

Sejatinya tujuan utama dari Guru memberikan PR adalah untuk mengasah dan mengukur kemampuan peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan di dalam kelas.

Sebagian peserta didik dan para orang tua peserta didik sering mengeluhkan adanya Pekerjaan Rumah (PR) dari sekolah (guru) dan menganggapnya sebagai beban tambahan bagi anak-anak mereka. Hal ini karena peserta didik dirasa telah menghabiskan banyak waktu di sekolah untuk belajar dengan mendalami materi baik pengetahuan umum hingga perhitungan yang tentu saja menguras banyak energi dan pikiran

Tanpa adanya PR, peserta didik berharap akan lebih memiliki banyak waktu untuk bermain bersama teman-teman dan beristirahat. Hal ini juga senada dengan harapan dari orang tua peserta didik yang menginginkan anaknya memiliki waktu beristirahat, bercengkrama dengan keluarga atau sekedar bersantai-santai bersama di rumah.

Karena merasa terlalu banyak beban dan tidak menikmati mengerjakan PR di rumah maka sering peserta didik akhirnya mencontek dalam mengerjakan tugasnya dan bahkan tak jarang orang tua peserta didik malah yang mengerjakan tugas dari anaknya tersebut dengan berbagai alasan dan tujuan.

Baca Juga: Muhammad Suyuti Filosofi Bapak Pendidikan Bangsa Jadi Pegangan

Padahal sejatinya, tujuan utama dari Guru memberikan PR adalah untuk mengasah dan mengukur kemampuan peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan di dalam kelas. PR yang diberikan oleh guru-pun tentu tidak akan jauh berbeda dengan apa yang telah diajarkan Guru di dalam kelas.

Selain itu, PR yang diberikan oleh guru juga memiliki tujuan baik lainnya yaitu mengurangi kecanduan peserta didik dalam menggunakan gadget seperti bermain game dan lain-lain. Faktanya, hampir semua peserta didik saat ini lebih menikamati bermain smartphone baik menonton Youtube, Tiktok, Game dan lain-lain daripada membaca buku. Hal ini juga diperparah dengan ketidak mampuan para orang tua meng-kontrol anaknya dalam menggunakan gadget bahkan tak jarang mereka sengaja memberikan gadget agar anaknya diam dan tidak menganggu mereka yang sedang asyik bermain gadget atau melakukan pekerjaan lainnya.

Dampak kecanduan gadget sangatlah buruk bagi para peserta didik atau anak dan jika orang tua peserta didik tidak mem-filter konten yang dilihat, maka dampak buruk dari teknologi akan sangat mudah masuk kepada para peserta didik/anak-anak seperti konten pornografti, kekerasan, LGBT dll. Konten-konten buruk di internet saat ini sangat mudah diakses oleh anak-anak baik melalui melalui media sosial seperti Tiktok, Youtube atau langsung berselancar melalui mesin pencari Google.

Kecanduan teknologi setidaknya juga akan membuat peserta didik beranggapan bahwa memainkan gadget akan jauh lebih menyenangkan dibandingkan harus belajar.

Dengan memberikan pekerjaan tambahan di rumah (PR) maka diharapkan peserta didik dapat memiliki rasa tanggung jawab yang lebih dan juga mengurangi kecanduan bermain gadget yang saat ini sayangnya lebih banyak mengarah kepada hal negatif.

Tantangannya adalah bagaimana agar PR yang diberikan dapat dikerjakan dengan menyenangkan oleh peserta didik sehingga peserta didik akan merasa belajar sambil bermain sehingga menyenangkan untuk dilakukan.

Sumber: e-ujian.id
Lebih baru Lebih lama