Muhammad Suyuti bersama satu buku bacaanya. (Donny)

Muhammad Suyuti turut menyadari bahwa, pengembangan maupun penciptaan kapabilitas peserta didik tersebut juga harus diawali dari guru. Dimaksudkan, guru disini berperan sebagai pemberi tauladan kepada peserta didik.

MOJOAGUNG – Peserta didik datang menimba ilmu di satuan pendidikan tentu merupakan suatu kewajiban. Namun, ada pula hak yang mesti diberikan oleh satuan pendidikan pada civitas akademika. Selain sarana prasarana yang mendukung kenyamanan kegiatan pembelajaran, hal esensial lainnya yakni penyediaan wadah pengembangan bakat minat peserta didik.

Bagi Kepala SMP Ainul Ulum Mojoagung, Muhammad Suyuti, S.Pd. poin kedua memang menjadi keabsahan yang tak bisa diganggu gugat. Artinya, terlepas dari dinamika kondisi satuan pendidikan, orientasi pelayanan terhadap pengembangan talenta civitas akademika sebagai esensi tugas pokok tenaga pendidik dan kependidikan tetap harus dijalankan.

Baca Juga: Mbah Sempayang dan Mbah Kromo Awali Merambah Desa Sidokaton, Kecamatan Kudu

“Dari sekitar 113 peserta didik yang ada mulai kelas VII-VIII, rupa pengembangan kecakapan terwujud dalam bidang ekstrakurikuler. Mulai dari pramuka, keagamaan, kesenian, olahraga, hingga keterampilan menjahit. Pilihan kelima ekstrakurikuler tersebut tidak serta merta menjadi kewajiban tanpa melalui proses peminatan. Peminatan ini kami implementasikan saat peserta didik menginjak kelas VII. Bentuknya, pilhan ekstrakurikuler yang ada kita sosialiasikan dan mengarahkan sesuai kompetensi dalam diri peserta didik,” ungkap Muhammad Suyuti.

Muhammad Suyuti saat memberikan pengarahan pada peserta didiknya. (Donny)

Seturut dengan lima bidang ekstrakurikuler yang ada, pengejawentahan prosesnya diimplementasikan saat kegiatan pertengahan semester. Adapun wujud pelaksanannya, mulai dari kelas VII-VIII wajib menampilkan kreasi dari tiap bidang ekstrakurikuler, imbuh Muhammad Suyuti.

Belajar dari Ki Hajar Dewantara

Muhammad Suyuti turut menyadari bahwa, pengembangan maupun penciptaan kapabilitas peserta didik tersebut juga harus diawali dari guru. Dimaksudkan, guru disini berperan sebagai pemberi tauladan kepada peserta didik.

Muhammad Suyuti menegaskan, “Jangan sampai ketika pengembangan talenta ini berjalan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Hanya sekadar program tanpa menancap di sanubari peserta didik. Oleh karenanya motto Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani harus menjadi pedoman guru dalam membina bakat minat peserta didik. Supaya peserta didik juga mendapatkan ruang kenyamanan, serta contoh yang sesuai antara tindakan dan ucapan dari gurunya.”

Dalam menyerap intisari motto tersebut dalam mengarahkan peserta didik sewaktu pembinaan ekstrakurikuler, Muhammad Suyuti juga kerap memberikan contoh kesuksesan para alumus SMP Ainul Ulum. Ini sengaja dilakukannya supaya peserta didik termotivasi dan terpantik untuk meningkatkan kompetensi belajarnya seraya berkembang minat bakatnya.

Foto/Reporter: Donny Darmawan
Lebih baru Lebih lama