Pemaparan dari WCC Jombang tentang jenis kekerasan. (Donny)


BARENG - Kekerasan seksual beserta perundungan jika diibaratkan memang menyeruupai fenomena gunung es. Beberapa kasus yang ada, hanya nampak di permukaan. Sedang di sisi lain, realitanya masih cukup banyak yang tak terungkap.

Dalam upaya pencegahan ataupun penyelesaian kasus kekerasan seksual dan perundungan di satuan pendidikan, tidak dianggap sebagai suatu aib yang tabu. Justru harus diselesaikan dan diarahkan dengan tetap memperhatikan kemampuan dan pemahaman peserta didik.

Bagi Kepala SDN Bareng V, Iswahyuni Listyowati, S.Pd.SD, fenomena tersebut menjadi keprihatinannya. Sebagai seorang pendidik, dirinya bersama seluruh guru mengakui bahwa arus informasi yang begitu cepat dalam gawai, maupun kondisi lingkungan menjadi salah satu penyebab maraknya perundungan dan kekerasan seksual yang dialami dan dilakukan oleh peserta didik.

Baca Juga: TK Negeri Pembina Se Jawa Timur Berkomitmen Mengkualitaskan Mutu Pendidikan PAUD

“Perlahan kami perhatikan, terdapat perubahan yang signifikan terhadap beberapa perilaku peserta didik. Terutama sewaktu bergaul dengan rekan sebayanya. Banyak pengucapan, maupun sikap yang bilamana tidak segera ditindaklanjuti secara serius, akan menjadi buah dari perundungan maupun kekerasan seksual itu sendiri. Oleh karenanya, pada (29/9) lalu kami sengaja menggandeng Woman Crisis Center (WCC) Jombang untuk memberikan pengarahan dan sosialisasi ihwal pencegahan tindak perundungan dan kekerasan seksual kepada seluruh peserta didik mulai dari kelas I-VI,” terang Iswahyuni Listyowati.

Dibersamai secara langsung oleh empat perwakilan WCC Jombang, kelas terbagi menjadi dua bagian dan keseluruhannya mendapat materi yang sama. Mulai identifikasi jenis kekerasan seksual dan perundungan, penyebab, hingga dampak yang ditimbulkan.



Iswahyuni Listyowati menambahkan, “Lantas, semua materi dipaparkan lewat contoh dan gambaran bentuk perundungan maupun kekerasan seksual secara langsung dengan media visual. Beserta studi kasus serupa, yang pernah di advokasi oleh WCC Jombang. Diharapkan, dengan pola interaksi yang turut dirupakan dalam bentuk permainan dan yel-yel anti kekerasan seksual serta perundungan, peserta didik dapat lebih mafhum penyebab serta dampak yang ditimbulkan.”

Tak hanya berhenti di lingkup satuan pendidikan, pengenalan dan pemahaman terkait upaya pencegahan kekerasan seksual dan perundungan ini, juga akan melibatkan peran serta wali peserta didik dalam konsep parenting, imbuh Iswahyuni Listyowati. Tujuannya jelas, agar lingkungan terdekat peserta didik, dalam hal ini keluarga, juga mampu menjadi benteng utama dalam mencegah tindak kekerasan seksual maupun segala bentuk perundungan.


Peserta didik mencatat jenis tindakan kekerasan. (Donny)

Staff Pendampingan dan Layanan WCC Jombang, Mundik Rahmawati, S.Kom. membenarkan, parenting memang menjadi urgensi tersendiri bagi satuan pendidikan dalam menyikapi kekerasan seksual dan perundungan. Di sisi lain pula, melalui parenting, komunikasi antara guru dengan wali peserta didik dalam memetakan karakteristik peserta didik baik yang berpotensi melakukan kekerasan seksual maupun perundungan akan terpetakan seraya ditemukan solusinya.

“Selain itu, dalam upaya pencegahan ataupun penyelesaian kasus kekerasan seksual dan perundungan di satuan pendidikan, tidak dianggap sebagai suatu aib yang tabu. Justru harus diselesaikan dan diarahkan dengan tetap memperhatikan kemampuan dan pemahaman peserta didik,” tegas Mundik Rahmawati.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama