Dok.MSP


Rahmat Sularso Nh.

Kegiatan di jagad pendidikan kini semakin hari kian cepat dalam menimbulkan gejolak dikarenakan generasi sekarang yang kerap disebut sebagai angakatan Z sangat akrab dengan kemajuan teknologi. Selaiknya yang banyak dibicarakan di pelbagai forum, jika laju teknologi tidak dibarengi dengan benteng etos norma yang kuat. Bisa jadi akan menenggelamkan pelakunya di dasar terdalam hingga lupa keberadaan harfiahnya sebagai manusia.

Harus ada sebuah tindakan yang diberlakukan apabila terdapat peserta didik melampaui batas dalam bertutur bahkan melakukan perbuatan mengarah pada perundungan.

Tak ayal persinggungan dengan kawan sebaya selama di lingkungan pendidikan selalu menjadikan kekurangannya maupun kekeliruan yang tanpa disengaja sebagai bahan candaan. Namun hal itu cenderung ke arah bullying atau perundungan. Apabila dalam Benaknya korban tidak mampu menerima, maka berubah menjadi tekanan yang semakin memojokkan hingga berakibat buruk. Bukan saja terhadap dirinya, tentu juga kepada pelaku hingga ke lingkungan belajarnya seperti satuan pendidikan maupun sosialnya.

Sangat penting sekali ketika membangun kesadaran Generasi Z yang notabene sebagai peserta didik dalam memelihara kesadarannya itu. Jangan mudah larut diperkemangan teknologi yang semakin bebas dan luas hingga hanyut tiada melakukan sedikit perlawanan sebagai wujud perilaku mempertahankan diri.

Baca Juga: Menuju Pemilu 2024 Pemilih Usia Muda Jangan Apatis!

Jadi dapat mengira dan mengantisipasi sejak awal, bilamana sewaktu mengakses kemajuan teknologi tersebut akan memberikan dampak buruk bagi dirinya hingga masa depannya. Maka dengan sendirinya akan beralih dan enggan melakukan ke dalam bentuk pemikiran maupun perilaku. Melainkan cukup membuatnya sekadar informasi yang sangat bermanfaat guna jamuan ketika menghadapi situasi yang hampir bahkan serupa.

Lingkungan Belajar Pegang Peran

Lingkungan belajar atau satuan pendidikan dapat dikatakan sebagai kanal terbesar waktu anak peserta didik di satu hari tersebut. Lebih-lebih jika dihitung dengan satuan pekan hingga bulan, disitu akan jelas tampak bahwa satuan pendidikan telah menyita banyak waktu mereka. Biarpun sekarang ini di Bumi Ludruk telah melakukan efektifitas pembelajaran yakni dengan memampatkan waktu belajar yang semula enam hari menjadi lima hari satuan pendidikan. Tetapi tetap dengan pulang menjelang matahari berpamit pulang.



Dengan demikian, satuan pendidikan harus menjadi pengayak guna mengurangi bahkan boleh juga memungkasi perundungan yang marak berlangsung di tingkatan peserta didik. Bukanlah setangkat sosialisasi yang selalu ada di awal tahun pelajaran baru bagi peserta didik baru, hingga pada selogan-selogan dibagian-bagian ruang satuan pendidikan. Melainkan dengan aksi serius dan nyata sehingga mampu terminimalisir dengan maksimal.

Paling tidak seusai adanya sosialisasi yang telah disampaikan dengan disesuaikan sebagaimana dunia peserta didik, tentu ada tindaklanjut yang bersifat terus menerus. Diharapkan nanti tidak memberikan peluang bagi peserta didik untuk melakukan perundungan. Walaupun dalam konteksnya tidaklah disengaja atau sebatas senda gurau. Hal ini dikarenakan seringkali peserta didik lalai dalam candaan itu sehingga lupa akan batasnya dan menimbulkan luka tersendiri.

Seluruh civitas pendidikan di satuan pendidikan tersebut pun memiliki tanggungjawab yang sama, yakni untuk membendung perlakuan perundungan yang terjadi. Ada pepatah yang mengatakan bahwa Mulutmu, Harimaumu. Dapat diartikan tindak tutur yang kurang tepat maka akan berpeluang menikam kembali.

Untuk itu harus ada sebuah tindakan yang diberlakukan apabila terdapat peserta didik melampaui batas dalam bertutur bahkan melakukan perbuatan mengarah pada perundungan. Begitu pula sebaliknya harus memberikan teladan yang sesuai sehingga akan menjadi cerminan bagi peserta didik.

Lengkap dengan sejumlah penetrasi kegiatan supaya mengarahkan proses pembentukan karakter yang tepat. Sehingga peserta didik akan mengetahui ragam kelaikan sebuah proses interaksi berdasarkan pada sandaran norma yang berlaku di negeri ini karena masih terus memegang teguh adat ketimuran sebagai bekal sewaktu mengarungi mahligai kehidupan bermasyarakat.

*) Pemimpin Redaksi Majalah Suara Pendidikan.

Lebih baru Lebih lama