Narasumber merupakan pendidik khusus lembaga inklusi. (Rabitha)


MEGALUH – Tahun Pelajaran (Tapel) 2023/2024 sudah di depan mata, tepatnya pada pertengahan bulan Juli para peserta didik telah mulai kembali memasuki tahun ajaran baru. Sehingga sudah seyogyanya pihak instansi pendidikan hingga satuan pendidikan terkait merumuskan bekal pembelajaran yang lengkap untuk menunjang kesuksesan proses belajar mengajar kedepannya. Seperti yang telah dilakukan oleh segenap civitas akademika di lingkup Wilayah Kerja Pendidikan (Wilkerdik) Kecamatan Megaluh tepatnya pada jenjang PAUD.

Pendidikan jenjang PAUD menjadi sebuah gerbang utama untuk mendeteksi anak inklusi. Hampir setiap satuan pendidikan setidaknya menerima anak didik yang mengalami inklusi paling umum dan sederhana yakni Speech Delay atau lambat berbicara.

Penilik Kecamatan Megaluh, Ninik Nur Oktaviani, S.Pd. menyampaikan bahwa Wilkerdik Kecamatan Megaluh yang berkerjasama dengan organisasi terkait seperti Himpunan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) dan Ikatan Guru Taman Kanak-kanak (IGTKI) setiap tahun selalu mengadakan acara peningkatan mutu pendidik. Seperti pada Senin (19/6) yang bertempat di Aula Balai Desa Sudimoro ini yang agendanya fokus pada Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) dan penanganan anak didik inklusi.

Ninik Nur Oktaviani menjelaskan bahwa praktik IKM diawali dengan penyusunan modul ajar yang dilengkapi dengan berkas administrasi kurikulum pendukung lainnya. Menariknya para pendidik PAUD ini tak secara individu menyusun berkas tersebut, namun dikerjakan secara berkelompok untuk mendukung program IKM yang dirancang secara berkolaborasi.

Baca Juga: Minuman yang Bisa Meningkatkan Imun Tubuh, Sehat Saat Cuaca Ekstrem

“Teknisnya, untuk semester satu Tapel 2023/2024 terdapat tujuh belas minggu, sehingga dibagi setiap satuan pendidikan dapat menyusun satu minggu modul ajar yang nantinya dijadikan satu modul ajar lengkap. Hal ini tentu dinilai sangat efektif sehingga setiap satuan pendidikan dapat menyumbangkan gagasan terbaik atau praktik baiknya untuk diaplikasikan pada seluruh satuan pendidikan di kecamatan,” jabar perempuan berhijab itu.



Selain IKM, para pendidik PAUD juga dibekali dengan deteksi dini dan penanganan anak didik inklusi. Narasumber Pendidik PAUD Inklusi Sekaligus Kepala TK Inklusi Pelangiku Jombang, Atma Widya Rahayu, S.Pd. menyampaikan bahwa pendidikan jenjang PAUD menjadi sebuah gerbang utama untuk mendeteksi anak inklusi. Hampir setiap satuan pendidikan setidaknya menerima anak didik yang mengalami inklusi paling umum dan sederhana yakni Speech Delay atau lambat berbicara.

Atma Widya Rahayu menyampaikan, “Kemampuan berbicara atau mengucapkan kata-kata merupakan salah satu tahapan tumbuh kembang anak yang cukup penting khususnya pada usia 2 tahun. Namun anak didik bisa saja mengalami keterlambatan berbicara. Kondisi ini dapat ditangani dengan terapi wicara atau bantuan stimulasi dari orang dewasa baik orangtua, guru ataupun tenaga medis.”


Ninik Nur Oktaviani, saat membuka acara. (Rabitha)

Tanda anak didik mengalami Speech Delay diantaranya adalah jarang meniru perkataan orang lain, tidak bereaksi ketika dipanggil, menghindari kontak mata, kesulitan menyebutkan benda, belum bisa merangkai dua atau tiga kata, memilih menujukan gestur ketika menyampaikan pemikiran atau meminta, tandas Atma Widya Rahayu. Sehingga cara mengatasinya dapat dilakukan dengan sering mengajak bicara, membacakan cerita, teknik tanggapi dan perbaiki ucapan, membantu memahami nama benda, sering mengajukan pertanyaan pilihan hingga meningkatkan interaksi langsung dan membatasi penggunaan gawai.

Reporter/Foto: Rabitha Maha

Lebih baru Lebih lama