Yohana Titiek Hariyanti saat mengajar di kelas. (Donny)


JOMBANG – Untuk memahami potensi dan kemampuan civitas akademika, guru juga harus bersedia memposisikan diri sebagai peserta didik. Ungkapan inilah yang menjadi motto Kepala SMP Katolik Wijana Jombang, Yohana Titiek Hariyanti, S.Pd. dalam mengemban amanat sebagai seorang pendidik.

Berkarier di dunia pendidikan selama ± 25 tahun, sejak tahun 1991 silam. Bermula mengajar Kimia di salah satu SMA di Kota Kuala Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, lalu pada tahun 1996 kembali ke Jawa dan melanjutkan jenjang karier pendidikannya, membuat Tietiek sapaan akrabnya, telah matang secara pengalaman. Sebab itulah, bekal pengalamannya ini dijadikan pemantik untuk selalu berupaya meramu formula pembelajaran yang ideal bagi peserta didik.

Guru sebagai cerminan peserta didik tujuannya tetap pada peningkatan mutu satuan pendidikan. Apabila mutu sudah tercapai, maka masyarakat akan merasakan hasilnya berupa pelayanan dan capaian pembelajaran yang maksimal di SMP Katolik Wijana.

Yohana Titiek Hariyanti berkisah, “Gagasan memposisikan diri selaku peserta didik ini saya konsep tatkala masih menjadi guru pengampu Kimia dan Matematika. Kedua mata pelajaran ini tak dapat disangkal memang menjadi momok bagi sebagian peserta didik, oleh karenanya seiring waktu saya sadar bahwa harus ada perubahan mendasar pada pola pengajarannya. Walhasil, pemetaan kemampuan peserta didik dalam menyerap materi, selalu saya lakukan. Sehingga setahap demi setahap, peserta didik tak lagi phobia terhadap pelajaran eksakta.”

Yohana Titiek Hariyanti memeriksa hasil pengerjaan soal oleh peserta didik. (Donny)

Perempuan berdarah Kota Pahlawan ini melanjutkan, metode memposisikan diri sebagai peserta didik dalam diri seorang pendidik tak hanya berlaku dalam penyampaian ilmu dan pengetahuan pada jam pembelajaran. Lebih dari itu, dari segala aspek pelayanan terhadap peserta didik, guru juga mesti menjadi cerminan lelaku. Mulai dari sikap, tindakan, serta ucapan.

Baca Juga: Achmad Yani Keroncong Akan Abadi

“Maka, antara karakter dan kemampuan akademis dan non-akademis tak bisa saling dipisahkan dalam upaya membangun mutu pendidikan. Dari segi karakter, ketika guru mampu membina dan mencontohkan segalanya yang baik, maka peserta didik akan termotivasi menunjukkan potensinya di bidang akademik maupun non-akademik,” ujar Yohana Titiek Hariyanti.

Yohana Tietiek Hariyanti. (Donny)

Oleh karenanya dalam merancang kinerja mutu dan pelayanan di SMP Katolik Wijana Jombang, Yohana Tietiek Hariyanti beserta seluruh dewan guru melandasinya dengan mempersatukan ketiga aspek pengembangan potensi peserta didik tersebut. Mulai pendidikan karakter, akademik maupun non-akademik.



“Untuk bidang pendidikan karakter, pembiasaan kerohanian kita laksanakan dengan menautkan renungan serta refleksi tujuan pendidikan bagi peserta didik. Selanjutnya untuk bidang akademik, klub Bahasa Inggris menjadi unggulan yang telah dicanangkan dan berjalan selama dua tahun dengan menggandeng Prodik Pendidikan Bahasa Inggris STKIP PGRI Jombang. Termasuk pula penguatan literasi dari pembiasaan membaca buku yang ditindaklanjuti dengan meringkas isi bacaan dengan penulisan sederhana, esai dan puisi akan diakomodir oleh perpustakaan untuk nantinya dilombakan secara internal antar kelas. Kemudian pengembangan ekstrakurikuler yang juga tak sebatas kegiatan namun juga akan diaktualisasi di setiap kegiatan SMP Katolik Wijana,” urai Yohana Tietiek Hariyanti.

Bagi Yohana Tietiek Hariyanti, guru sebagai cerminan peserta didik tujuannya tetap pada peningkatan mutu satuan pendidikan. Apabila mutu sudah tercapai, maka masyarakat akan merasakan hasilnya berupa pelayanan dan capaian pembelajaran yang maksimal di SMP Katolik Wijana.

Reporter/Foto: Donny Darmawan
Lebih baru Lebih lama