Imam Ghozali bersama sederet karyanya. (Donny)


JOMBANG – Di suatu pagi menjelang siang, bel istirahat telah berdentang di SDN Sengon Jombang. Segera saja, peserta didik menghambur keluar kelas, memenuhi halaman dan beranda sekolah. Beberapa memilih bermain bola dan permainan tradisional. Namun diantaranya juga ada yang menghabiskan waktu istirahat untuk membaca buku, yang dibawa oleh Guru Kelas VI SDN Sengon Jombang. Pak Kasno namanya.

Literasi berupa karya sastra maupun seni memiliki hakekat untuk menghasilkan karya dari akses informasi yang dianalisis, dikritisi, lalu dikreasi melalui pelbagai bentuk.

Sosok Pak Kasno, bagi peserta didik SDN Sengon Jombang kala itu di awal tahun 1970-an, memang dikenal memiliki dedikasi tinggi terhadap dunia baca anak. Hingga hari ini, memorabilia tentang kegemaran membaca buku semenjak duduk di bangku SD dan peran Pak Kasno, masih melekat di benak Imam Ghozali AR. Sebagai salah satu peserta didiknya, Imam Ghozali AR yang saat ini mengajar Bahasa Indonesia di SDN Jombatan III Jombang, mengakui bahwa jika dahulu tanpa ada kegigihan Pak Kasno, maka dirinya tidak akan mencintai buku dan dunia literasi.

Baca Juga: Cara Tepat Mencuci Pakaian Berbahan Sifon

Imam Ghozali AR berkisah, “Masih teringat, novel pertama yang saya baca waktu itu berjudul Caca Pencetak Gol, ceritanya cukup menarik dan mudah dipahami anak usia SD. Oleh karenya tak dapat ditampik, pribadi Pak Kasno merupakan guru yang saya idolakan. Selain rutin menyediakan bacaan pada peserta didik, beliau juga seorang cerpenis anak dan karyanya dahulu telah diterbitkan oleh Balai Pustaka. Sehingga, dari apa yang telah dikaryakan beliau menjadi pemantik awal saya untuk berkecimpung di dunia literasi hingga era kiwari saat ini.”

Tugas Manusia adalah Membangun Peradaban Baru

Setelah menyesap ilmu dari pelbagai jenjang pendidikannya, guru cum pekerja seni ini, telah banyak menelorkan pelbagai karya sastra, buku, riset, hingga seni pertunjukkan. Seluruh karya tersebut mulai dikaryakannya sejak berkiprah di dunia pendidikan dan panggung seni yang sudah digelutinya, nyaris empat dekade lamanya.



Kemudian, lewat konsistensi karya intelektual yang merentang beberapa zaman tersebut, pada (5/10) lalu, Imam Ghozali AR berhasil dianugerahi penghargaan Sutasoma 2023 oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Anugerah Sutasoma merupakan penghargaan karya sastra yang diberikan pada penulis yang berdedikasi terhadap bidang kesusastraan Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Atas dasar inilah, Imam Ghozali AR dinobatkan sebagai Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Berdedikasi.

“Mekanisme perolehan Anugerah Sutasoma, bukan seperti kompetisi yang membuka pendaftaran peserta lalu diseleksi melalui pelbagai tahapan, dan lantas ditetapkan pemenangnya. Akan tetapi, dalam Anugerah Sutasoma memang memotret aktivitas maupun karya sastra yang produktif serta berdampak dan menggerakkan lingkungan setempat untuk menghasilkan karya sejenis,” terang Imam Ghozali AR.

Malam penganugerahan Sutasoma 2023. (Donny)

Ditanyai ihwal dampak karyanya, Imam Ghozali AR mengakui bahwa latar belakang karyanya dijadikan sebagai subjek peradaban. Sebagaimana di SDN Jombatan III Jombang, antologi puisi maupun cerpen guru dan peserta didik banyak lahir dan diorkestrasinya.

“Sehingga dari zaman ke zaman, literasi berupa karya sastra maupun seni memiliki hakekat untuk menghasilkan karya dari akses informasi yang dianalisis, dikritisi, lalu dikreasi melalui pelbagai bentuk. Merunut nilai ini, maka tugas guru ialah membentuk hasil belajar peserta didik untuk menjadi bagian dari upaya membangun peradaban baru kedepannya,” tandas Imam Ghozali AR.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama