Kebun Toga SDN Pandanwangi Diwek yang digunakan sebagai wahana belajar lingkungan. (Donny)


JOMBANG – Dalam dunia filsafat, lahirnya sebuah ilmu memang bertujuan untuk merubah seluruh aspek kehidupan menjadi lebih baik. Dari semula yang tidak mengerti menjadi memahami. Usai memahami, maka harus diwujudkan pada ranah implementasi sebagai bukti bahwa pemahaman atas ilmu telah bertransformasi menjadi pengetahuan yang menentukan solusi dan tindakan yang diambil dalam suatu perubahan.

Tema projek Gaya Hidup Berkelanjutan memang dapat disusun menjadi proyeksi bekal peserta didik dalam menghadapi tantangan zaman kedepannya.

Merangkum ulasan di atas, tentu sudah sunter bahwa Kurikulum Merdeka bersama Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dijadikan landasan untuk menstimulus peserta didik dan guru dalam mewujudkan proses perubahan di lingkungannya. Salah satunya melalui tema P5 dengan tajuk Gaya Hidup Berkelanjutan. Menelisik dari pelbagai sumber, tema projek Gaya Hidup Berkelanjutan substansinya memang menanamkan pendidikan sadar dan cinta lingkungan pada peserta didik.

Mencoba mendalami ihwal tujuan dan esensi tersebut, Majalah Suara Pendidikan menghubungi Staff Kampanye dan Jaringan Publik Walhi Jawa Timur, Lucky Wahyu Wardhana, S.Hum. via sambungan WhatsApp pada (17/10). Menurutnya untuk konteks hari ini, pendidikan sadar dan cinta lingkungan tidak cukup sebatas pengenalan istilah krisis lingkungan, global warming, krisis iklim, ataupun istilah sejenisnya. Melainkan harus disertai dengan penjelasan yang memuat peristiwa, data, dan fakta mengenai penyebab dan dampak perubahan iklim saat ini.

Baca Juga: Jika Ingin Tidur Usai Sahur, Beri Jeda Satu Jam Sesudah Makan

“Sebenarnya pendidikan sadar dan peduli lingkungan dalam keterkaitannya pada perubahan iklim bukan sesuatu yang baru. Sehingga untuk mendetailkan polanya di tema Gaya Hidup Berkelanjutan, juga mesti senyampang dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung penanaman sikap dan perilaku peserta didik dalam menerapkan pendidikan cinta dan sadar lingkungan. Sebagai contoh, tatkala projek Gaya Hidup Berkelanjutan mengangkat persoalan pengurangan sampah plastik dengan mengajak peserta didik membawa tumbler, ataupun tidak jajan dengan wadah plastik, maka satuan pendidikan mesti menyediakan wadah penggantinya atau mengharuskan peserta didik membawa sendiri dari rumah,” ujar Lucky Wahyu Wardhana.



Menurut Lucky Wahyu Wardhana selain perkara teknis tersebut. Hal lain yang dapat dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam mendasari Gaya Hidup Berkelanjutan ialah dengan melakukan observasi tentang gejala dan perubahan pada lingkungan, yang sesuai dengan karaktertistik tempat tinggal peserta didik.

Lucky Wahyu Wardhana mencontohkan, “Semisal, peserta didik daerah pegunungan maka bisa diajak mengamati dan mengkaji fenomena tanah longsor, penggundulan hutan. Sebaliknya jika wilayah kota bisa mengambil soal sampah dan banjir, begitupula di wilayah pesisir bisa meneliti soal abrasi maupun banjir rob. Semua harus berangkat dari analisis sebab dan akibat.”


Peserta didik SMP Kristen Petra mengelola sampah daur ulang. (Donny)

Sementara itu Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar, Bidang Pembinaan Ketenagaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang, Heri Mujiono, M.Pd. menambahkan, tema projek Gaya Hidup Berkelanjutan memang dapat disusun menjadi proyeksi bekal peserta didik dalam menghadapi tantangan zaman kedepannya. Oleh karenanya selain dimensi pengetahuan alam, penanaman etika sosial juga perlu diinternalisasi dalam Gaya Hidup Berkelanjutan.

“Sebabnya, Gaya Hidup Berkelanjutan sebagai pijakan kehidupan di masa mendatang meski merajut kompetensi dan karakter untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Tak terkecuali membangun adab etika sosial. Bagaimana peserta didik berkomunikasi, lalu berkolaborasi, bergotong-royong, semuanya harus dirajut di dimensi Gaya Hidup Berkelanjutan. Maka penguatan dimensi alam dan sosial menjadi penting untuk menambah pengalaman belajar peserta didik untuk hari ini hingga seterusnya,” tandas Heri Mujiono.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama