BARENG - Sudah menjadi rahasia umum, bahwa kebanyakan anak-anak di Indonesia sedari bangku sekolah cukup susah menguasai keterampilan berbicara di depan umum, atau Public Speaking. Penyebabnya tentu beragam, mulai dari kurangnya keterampilan ilmu komunikasi. Sampai ketidakpercayaan diri.
Melihat hal ini, SMP Muhammadiyah Boarding School (MBS) Bareng tak tinggal diam. Lewat program terbarunya yang bertajuk Voice In Action (VIA), para siswa-siswi digembleng kemampuan Public Speaking-nya dalam pelbagai metode dan tahapan implementasinya yang beragam.
Wakil Kepala SMP MBS Bareng sekaligus pencetus VIA, Amm Qurrota A’yun, M.Pd. menjabarkan, VIA ini sendiri memiliki beberapa tujuan. Diantaranya, mengasah kemampuan siswa-siswi dalam berkomunikasi secara verbal maupun non-verbal, melatih seni ekspresi diri, serta membentuk karakter kepemimpinan melalui kepercayaan diri berbicara di depan umum.
“Secara garis besarnya memang demikian, tujuan dari VIA di SMP MBS Bareng. Sedangkan, untuk latar belakangnya, kami melihat bahwa kedepannya, kemampuan berkomunikasi dan penguasaan bahasa menjadi keterampilan yang penting di dunia global. Terlihat sederhana memang. Tetapi jika tidak dipersiapkan mulai saat ini, maka tidak menutup kemungkinan siswa-siswi akan semakin berkurang kepercayaan dirinya,” ujar Amm Qurrota A’yun.
VIA Digembleng Dengan Banyak Cara
Disinggung mengenai bentuk pelaksanaan dari VIA ini sendiri, Amm Qurrota A’yun, menambahkan, bahwasannya, format kegiatan VIA dirupakan dalam bentuk ekstrakurikuler yang bebas diikuti oleh siswa-siswi dari seluruh kelas.
“Implementasinya, kami bagi dalam 4 pertemuan. Pertemuan pertama ada latihan pidato dan ceramah inspiratif yang temanya dan isinya bebas. Sesuai keinginan para siswa-siswi. Lalu, pertemuan kedua VIA diisi dengan kegiatan Qi’roah atau Tilawah Quran. Di sini siswa-siswi menampilkan nasyid dan syair-syair islami. Berlanjut, pertemuan ketiga diisi dengan debat tematik lewat Bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab, lalu wajib berkelompok dan mengemas isu terkini. Terakhir, di pertemuan keempat, siswa-siswi bebas mengekspresikan diri dengan menyanyi, membaca puisi, pantu dan penampilan sejenisnya. Jadi dari metode ini, VIA tidak terkesan membosankan. Tetapi mendorong kemampuan komunikasi, seni, dan pendalaman literasi,” imbuh Amm Qurrota A’yun.
Kegiatan yang Senapas dengan VIA
(ist)
Meski sudah berlangsung bertahap, Amm Qurota A’yun tak menampik adanya tantangan teknis selama pelaksanaan VIA. Mulai dari yang sifatnya teknis hingga non-teknis.
“Untuk
hal teknis, pengaturan jadwal pertemuan di pondok dan sekolah. Maka sudah kami
siapkan pemilihan waktu sesuai kesepakatan bersama. Untuk non-teknis, seperti
bingung memilih tema debat, maka siswa-siswi kami berikan kebebasan memilih
tema sesuai penguasaan individu maupun kelompok,” tandas Amm Qurrota A’yun.
Ditambahkan
pula oleh Kepala SMP MBS Bareng, Imam Fauzi Rohman, S.Pd. bahwa, VIA menjadi
program yang menggabungkan beberapa unsur pembelajaran.
“Soal berbicara, berkomunikasi di depan umum pada anak-anak memang membutuhkan dasar pembiasaan berliterasi. Ketika kemampuan literasinya sudah terasah, maka karakter dari segala ini akan terlihat. Bagaimana merespon argumentasi, memberikan gagasan dan pendapat, semuanya akan tercakup. Maka ini juga bagian penting dalam memberikan keterampilan pembelajaran di abad 21,” tutup Imam Fauzi Rohman. ❏ donny darmawan