Ninuk Sumaryasih, S.Pd.SD., sedang membersamai peserta didik SDN Pulosari 1, Bareng, Jombang. (ist.)


Pesatnya perkembangan teknologi digital pada awal abad ke-21 menandai lahirnya era disrupsi informasi dan globalisasi.

 

Dampaknya terasa di hampir seluruh aspek kehidupan, dari pendidikan, ekonomi, budaya, hingga komunikasi. Fenomena tersebut tampak nyata melalui tiga hal: perubahan cara hidup dan belajar, tuntutan keterampilan abad ke-21, serta tantangan yang muncul akibat globalisasi.


Secara harfiah, pengertian literasi digital dapat bervariasi tergantung pada sumber yang dijadikan rujukan. Menurut UNESCO Institute for Statistics (2021) dan UNESCO Global Education Monitoring Report (2023) mengartikan literasi digital memiliki kesamaan yaitu pengguna literasi digital harus memiliki kemampuan berpikir kritis untuk mencari informasi, berkomunikasi, serta memiliki etika berliterasi yang bijak.  Dengan literasi digital diharapkan banyak manfaat yang yang dapat kita ambil, baik untuk kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial dengan mencakup empat aspek yaitu,  kognitif, teknis, etika dan tanggung jawab, serta produksi.


Literasi digital di tingkat sekolah dasar bertujuan membangun fondasi digital yang kuat, meliputi pengembangan keterampilan dasar teknologi, kemampuan berpikir kritis, dan penanaman sikap bijak dalam berinternet. Selain itu, literasi digital mendorong kreativitas, produktivitas, keterampilan komunikasi, dan kolaborasi. Sekaligus menanamkan nilai etika dan tanggung jawab digital sehingga siswa siap menghadapi dinamika dan tantangan kompleks di abad ke-21.


Implementasi literasi digital di sekolah dasar dapat diwujudkan melalui serangkaian strategi komprehensif, mencakup integrasi materi dalam pembelajaran harian, pembiasaan sikap bijak dan etis di dunia digital, serta optimalisasi pemanfaatan media digital di lingkungan sekolah. Selain itu, penguatan karakter siswa menjadi bagian penting dalam proses ini. Keberhasilan program juga didukung melalui kegiatan ekstrakurikuler yang menghasilkan proyek litetasi digital yang diperkuat oleh kolaborasi era tantara siswa, guru, dan orang tua.


Pendapat ini dikuatkan pula oleh berbagai penelitian terdahulu yang menunjukkan perkembangan positif dalam penerapan literasi digital pada jenjang SD. Temuan Anindyah, dkk pada Jurnal Riset Madrasah Ibtidaiyah (JURMIA)  tahun 2024, Vol. 4 dengan judul penelitian “Kemampuan Literasi Digital dalam Pembelajaran Teks Eksplanasi Siswa di SD Negeri 4 Made”, mengungkapkan bahwa siswa telah mampu berliterasi digital dengan baik dan optimal, misalnya dalam mencari serta memverifikasi kebenaran informasi di internet untuk mendukung proses belajar mereka.


Hasil ini sejalan dengan penelitian Putri dan Nanggala pada Journal of Social Science Research  tahun 2023, Vol. 3 dengan judul penelitian “Analisis Penerapan Literasi Digital Dalam Pembelajaran  Di SDN 258 Sukarela”  menyimpulkan bahwa literasi digital membantu siswa memperoleh informasi, mengubah sikap, dan mengembangkan keterampilan dengan cara belajar yang lebih baik, cepat, menyenangkan, dan menantang.


Lebih dari itu, literasi digital kini bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan penting dalam proses pembelajaran modern. Senada dengan hal tersebut, Wahyuni dkk.dalam Jurnal Pendidikan Dasar tahun 2021 Vol. V berjudul penalitian “Pengaruh Literasi Digital Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 02 Ngadiluwih Kecamatan Matesi Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2020/2021”   menegaskan bahwa literasi digital dapat menjadikan proses pembelajaran lebih efektif, memperluas wawasan dan pengetahuan, serta menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar.


Tantangan dan Peluang Literasi Digital

Seiring dengan berkembangnya literasi digital, tantangan yang dihadapi siswa Sekolah Dasar (SD) juga semakin kompleks. Beberapa tantangan utama meliputi akses internet yang tidak terbatas, rendahnya pemahaman dan keterampilan teknologi informasi pada anak usia sekolah dasar, serta maraknya konten negative yang mudah diakses secara bebas. Selain itu, kurangnya etika dan kesadaran dalam berdigital, serta tingginya tingkat ketergantungan terhadap gawai juga menjadi perhatian serius.


Kondisi inilah yang menuntut guru untuk lebih kreatif dan tanggap dalam mencari solusi yang tepat atas permasalahan tersebut. Dalam hal ini, penulis menyarankan beberapa alternatif penyelesaian. Guru dapat memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya pembatasan akses internet, baik dari segi waktu maupun jenis konten yang diakses, agar penggunaan teknologi tetap bijak dan bermanfaat. Pendampingan aktif oleh guru dan orang tua juga menjadi kunci penting untuk memastikan setiap aktivitas digital anak berada dalam pengawasan yang tepat serta diarahkan pada kegiatan positif.


Selain itu, pendidikan etika digital perlu ditanamkan sejak dini melalui metode pembelajaran yang kontekstual dan menyenangkan, misalnya dengan diskusi, permainan edukatif, atau proyek kreatif berbasis teknologi. Pemanfaatan aplikasi edukatif yang relevan dengan usia dan kebutuhan belajar anak juga dapat membantu menyeimbangkan fungsi gawai sebagai alat hiburan sekaligus sarana pembelajaran.


Terakhir, kolaborasi antara guru dan orang tua diperlukan untuk membangun komitmen bersama dalam mengatur durasi, waktu, serta cara penggunaan gawai, sehingga anak mampu menyeimbangkan kegiatan belajar, bermain, dan beristirahat secara harmonis.


Implementasi Teknologi Bagi Siswa SD

Siswa di lingkungan sekolah dasar memiliki kesadaran bahwa teknologi itu penting dalam suatu pendidikan. Hal ini dapat implementasikan melalui berbagai cara, seperti integrasi teknologi dalam proses pembelajaran, penggunaan media digital sebagai tugas kreatif, serta pengenalan etika dan keamanan dalam dunia maya. Guru dapat memanfaatkan video edukatif, aplikasi pembelajaran, dan simulasi interaktif untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan relevan.


Ninuk Sumaryasih, S.Pd.SD, Kepala SDN Pulosari 1, Bareng, Jombang. (ist.) 


Selain itu, proyek kolaboratif berbasis teknologi seperti pembuatan majalah digital atau blog kelas dapat mendorong kreativitas dan kerja sama antar siswa. Keterlibatan orang tua dan komunitas sekolah dalam kegiatan literasi digital membuat anak merasa mendapat dukungan yang lebih luas untuk menjadi pengguna teknologi yang cerdas dan bertanggung jawab. Peluang ini menjadikan literasi digital sebagai bagian integral dari pendidikan karakter dan keterampilan abad ke-21 di lingkungan sekolah dasar.


Kini, sekolah dasar sudah banyak yang mengimplementasikan kegiatan literasi digital. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan proyektor sebagai media pembelajaran serta pemanfaatan berbagai aplikasi digital untuk menyampaikan informasi sekolah. Misalnya, beberapa sekolah telah membuat majalah online yang dapat dibaca dan diakses oleh masyarakat di seluruh Indonesia. (*)


Ninuk Sumaryasih, Nurul Istiq'Faroh, Wahyu Sukartiningsih

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya


Referensi

Putri, D. A., & Nanggala, A,.  (2023). Analisis Penerapan Literasi Digital Dalam Pembelajaran  Di SDN 258 Sukarela . Journal Of Social Science Research, Vol. 3. https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/766/606

 Wahyuni, A., Sari, N. K., & Sutrisno, T,. (2021). Pengaruh Literasi Digital Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 02 Ngadiluwih Kecamatan Matesi Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2020/2021.  Jurnal Pendidikan Dasar, Vol.V.  https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpd/article/download/14565/7371

Wahyuni, A., Sari, N. K., & Sutrisno, T,. (2024). Kemampuan Literasi Digital dalam Pembelajaran Teks Eksplanasi Siswa di SD Negeri 4 Made. Sukoharjo. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 4 , https://journal.unugiri.ac.id/index.php/jurmia/article/download/2714/1359

أحدث أقدم