Dengan adanya tol, waktu tempuh antar kota menjadi semakin singkat. Sehingga beragam bentuk perdagangan dapat terjaga kualitasnya. Intensitasnya waktu pendistribusian juga dapat semakin ditingkatkan.

TEMBELANG – Guna meningkatkan serta memeratakan pertumbuhan perekonomian bangsa, pemerintah saat ini tengah menggenjot pembangunan infrastruktur. Jalan tol sebagai salah satu sektor yang diprioritaskan dalam pembangunan infrastruktur, manfaatnya sudah mulai dapat dirasakan dalam beberapa tahun terakhir.

Kota atau kabupaten yang dilintasi oleh keberadaan tol tentu sangat merasakan perubahannya. Kabupaten Kabupaten Jombang sebagai wilayah yang dilintasi oleh proyek Tol Trans Jawa setidaknya telah merasakan dampaknya. Hal yang paling mudah untuk diamati salah satunya adalah waktu tempuh yang dibutuhkan dari atau menuju kota-kota lain di sekitar Jombang menjadi lebih singkat dibandingkan sebelum. Contohnya saja perjalanan dari Jombang menuju Surabaya atau sebaliknya, sebelum adanya tol membutuhkan waktu lebih kurang dua jam setengah hingga tiga jam, ketika sudah ada tol perjalanan cukup ditempuh dengan waktu 30-45 menit. Hal ini tentu sangat menghemat waktu sekaligus juga bahan bakan yang dikeluarkan.

Manajer Pelayanan Operasi Tol Astra Infra Toll Road Jombang-Mojokerto, Zanuar Firmanto mengemukakan bahwa sejak adanya tol, Jombang seolah telah menjadi kota satelit atau kota penyangga untuk Surabaya. Orang-orang yang bekerja di Surabaya namun berdomisili di Jombang kebanyakan lebih memilih untuk pulang. Begitu juga sebaliknya orang-orang yang berdomisili di Surabaya namun ditugaskan di wilayah luar Surabaya namun masih bisa mengakses tol memilih untuk melakukan perjalanan pergi pulang mengingat waktu yang ditempuh juga semakin efisien.


Baca Juga : Pawai Budaya Jombang 2019 Jombang Banget

“Indikator lain bahwa Jombang telah beranjak menjadi kota satelit adalah dengan beranjak naiknya harga tanah di sekitar Jombang. Karena diprediksikan dengan hadirnya tol, pembangunan dan perekonomian akan bergeser ke kota-kota di sekitar kota besar dan Jombang memiliki potensi untuk ke arah sana,” jelas Zanuar Firmanto.

Saat disinggung mengenai manfaat tol terhadap keberlangsungan sektor perdagangan di masyakarat, Zanuar Firmanto menyebut jika tol tentu bisa memberikan keuntungan. Waktu tempuh yang lebih cepat, pendistribusian beragam bentuk perdagangan dapat ditingkatkan intensitasnya. Penghematan untuk biaya akomodasi-transportasi pun jika diukur secara ilmu, biaya pengeluaran antara menggunakan tol dengan menggunakan jalan nasional (jalan biasa) masih murah ketika menggunakan tol. Meski saat ini biaya tol masih dianggap mahal namun jika diakumulasikan dengan biaya bahan bakar, konsumsi serta perawatan kendaraan jangka panjang harga tersebut dapat terbilang murah.

Menurut pria yang berdomisili di Surabaya ini dari data yang ada, pengguna tol khususnya tol Mojokerto-Jombang hampir 95 persen didominasi oleh kendaraan pribadi (kendaraan penumpang). Lima persen sisanya merupakan kendaraan barang yang mengangkut beragam keperluan perdanganan.

Dari lima persen jumlah angkutan barang yang terdata tersebut, 2,5 persennya didominasi angkutan bahan bakar. Sementara sisanya terdiri atas angkutan barang yang mengangkut bahan-bahan pertanian, pupuk, hewan ternak, dan bahan-bahan dapur serta kebutuhan rumah tangga.

“Untuk dampak atau perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah adanya tol terhadap barang-barang yang terjual di pasar, pihak kami belum menganalisis hingga ke tahap sana. Namun jika dari segi distribusi bahan bakar, pihak Pertamina memberikan data jika dulu sebelum adanya tol untuk distribusi bahan bakar hanya dapat dilakukan sekali sehari, setelah adanya tol distribusi bahan bakar bisa dilakukan hingga tiga kali dalam sehari. Sehingga dampaknya saat ini di wilayah Jombang dan sekitarnya sudah hampir tidak pernah lagi ada kekosongan bahan bakar,” urai Zanuar Firmanto

Menyesuaikan Keperluan

Sementara itu menurut salah seorang Pengusaha Sepatu asal Jombang, Dani Prasetyawan mengatakan bahwa dengan adanya tol diakui sangat mengefisiensikan waktu tempuhnya saat mendistribusikan sepatu buatannya pada distributor langganannya. Biaya tol yang saat ini masih dirasakannya cukup mahal sudah masuk dalam perhitungannya dan hal tersebut tidak mengurangi jumlah keuntungan yang didapatkannya.




Akan tetapi karena keperluannya tidak selalu hanya dropping pada distributor melainkan juga diiringi dengan penjualan langsung di beberapa pasar yang dilewati, maka dia tidak selalu menggunakan tol untuk melakukan kegiatan distribusinya. Dia juga menggunakan jalan nasional untuk memenuhi target penjulan langsungnya.

“Jika dihitung, nominal yang harus dikeluarkan hampir setara antara menggunakan tol dengan tidak. Jika menggunakan tol, biaya jelas keluar untuk bahan bakar dan biaya tolnya maka saat menggunakan jalur nasional biaya habis selain untuk bahan bakar juga untuk biaya makan dan tak terduga,” ujar Dani Prasetyawan.

Namun pria berusia 28 tahun ini mengatakan meski dirinya tidak selalu menggunakan tol dalam kegiatan perdagangannya namun dia merasa sangat diuntungkan. Keuntungan utama yang dirasakannya adalah semakin singkatnya waktu tempuh. Sehingga meski dia baru saja mengirimkan barang dagangannya ke daerah yang jauh, dia masih memiliki waktu istirahat yang cukup sehingga tenaga saat produksi selanjutnya bisa lebih terjaga.

Hal serupa juga dirasakan oleh pemborong semangka asal Tegal, Jawa Tengah, Hariyono. Pria yang biasa memborong semangka di Kecamatan Kesamben dan Plandaan, Kabupaten Jombang ini mengatakan dengan adanya tol sangat membantu usahanya. Semangka-semangka borongannya dapat terjaga kesegarannya.

“Meski secara mendasar pengeluaran masih tetap mahal jika menggunakan tol, namun itu tergantikan dengan waktu tempuh yang lebih singkat memberikan dampak pada kualitas barang (semangka) yang lebih terjaga. Tidak banyak semangka pecah ataupun busuk yang harus dibuang sehingga semakin banyak pula semangka bisa dijual kembali dengan harga tinggi,” terang Hariono usai memborong sekitar empat ton semangka di daerah Kesamben.

Saat ditanya berapa keuntungan yang didapat antara sebelum dan sesudah adanya tol, kedua pengusaha tersebut tidak bersedia menyebut jumlah nominal pasti. Hanya saja keduanya mengaku keberadaan tol telah memberikan dampak positif terhadap kegiatan perdagangannya. fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama