Salah satu pandai besi yang masih bertahan adalah Aminin. Warga Dusun Ndoro, Desa Karang Dagangan, Kecamatan Bandar Kedungmulyo ini telah menjadi pandai besi sejak limabelas tahun lalu.

BANDAR KEDUNGMULYO – Alat pemotong sekarang ini mengalami perkembangan signifikan. Dari berbahan stanlis hingga bermesin. Meskipun demikian masih juga ada pula yang masih membuat sebuah alat pemotong konvensional. Menggunakan bahan dari besi pilihan, ditempa di atas bara, dan prosesnya sepenuhnya menggunakan keahlian dan hati.

Salah satu pandai besi yang masih bertahan adalah Aminin. Warga Dusun Ndoro, Desa Karang Dagangan, Kecamatan Bandar Kedungmulyo ini telah menjadi pandai besi sejak limabelas tahun lalu.

Baca Juga : KPK Ajak Masyarakat Anti Korupsi

“Awalnya tidak langsung membuka usaha sendiri melainkan ikut nguli di seorang pandai besi di Pucangsimo. Selama enam tahun saya ikut nguli sambil belajar disana. Baru setelahnya mencoba membuka usaha sendiri,” cerita Aminin ketika ditemui di rumahnya.




Dibantu oleh dua orang putra dan dua keponakannya, setiap hari Aminin berkutat dengan pelat-pelat besi dan baja yang kemudian dibuatnya menjadi beragam benda tajam. Meski menguasai dan bisa membuat beragam benda tajam, Aminin mengaku setiap harinya dia lebih fokus untuk membuat sabit hingga mendapat julukan Mpu Gandring Arit (sabit). 

Di belakang rumahnya, Aminin dan para pekerjanya mampu menghasilnya empatpuluh hingga limapuluh sabit setiap harinya tergantung pada jumlah pekerja yang datang. Seluruh prosesnya dilakukan secara manual. Sehingga jika pekerja yang datang bekurang hingga setengah, Aminin memilih untuk meliburkan kegiatan produksi hariannya.

Untuk membuat sebilah sabit, pelat besi yang menjadi bahan utama akan dipotong sesuai ukuran untuk kemudian dibakar pada tungku api yang membara. Setelah mencapai tingkat pembakaran tertentu, bahan besi tersebut kemudian diisi dengan baja kemudian dilebur serta ditempa berkali-kali guna mendapatkan bentuk serta komposisi yang pas untuk sebuah sabit. Selanjutnya sabit setengah jadi yang sudah melalui proses pembakaran dan penempaan selanjutnya dirapikan bentuknya kemudian digerinda dan dikikir untuk proses penajaman. Setelahnya sabit disepuh agar pencampuran besi dan baja menjadi lebih keras dan kualitas ketajaman sabit dapat lebih terjaga, Sabit yang telah jadi dipasangi pegangan yang terbuat dari kayu petai cina atau jati. Dua jenis kayu tersebut dipilih karena berserat cukup berat dan berkualitas bagus sehingga cocok untuk dijadikan pegangan sabit.




“Jika dijual ke pengepul, satu sabitnya kami beri harga 25 ribu rupiah. Sementara jika pesan khusus bisa sampai 75 ribu rupiah karena yang pesan biasanya minta yang lebih bagus, lebih awet ketajamannya dan tidak mudah berkarat sehingga komposisi bahan yang digunakan pun akan sedikit berbeda dengan produksi yang biasanya,” tutur Aminin. 

Selain membuat sabit, Aminin juga menerima pesanan pembuatan pisau dapur, pisau potong untuk sembelih hewan, parang, bahkan hingga pedang. Harganya bervariasi mulai dari 30 ribu hingga 500 ribu rupiah. Tergantung pada permintaan pelanggan. Permintaan pesanan akan meningkat ketika jelang Hari Raya Iduladha dan mendekati masa panen.

Dibantu oleh putranya, produk buatan Aminin tidak hanya bisa didapatkan atau dipesan dengan datang langsung ke rumahnya melainkan juga bisa melalui daring. Pelanggan dapat mengakses Facebook dengan nama pengguna Ara Angin untuk melihat dan memesan produk buatan Aminin.  fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama