Kepala Seksi Budaya dan Sejarah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang, Anom Antono mengatakan, Parade tersebut sangat baik untuk kemajuan seni dan budaya daerah. Dalam memeriahkan JNSC tahun ini, peserta dari Kabupaten Jombang mengambil tema Dadung Awuk dengan melibatkan lebih kurang lima puluh personil.
 
JOMBANG – Pelaksanaan Jatim Specta Night Carnival (JSNC) Tahun 2019 di Alun-alun Kota Situbondo berlangsung meriah. Sebanyak 30 peserta dari sejumlah Kabupaten/Kota di Jawa Timur menampilkan berbagai seni dan budaya di daerahnya masing-masing. Menariknya, selain dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, yang didampingi Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Timur Arumi Bachsin. Kegiatan JSNC ini juga dihadiri dan dipantau langsung Konsulat Amerika Serikat di Surabaya Jawa Timur.

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Eliastanto Dardak mengatakan, JSNC 2019 merupakan ajang pelestarian budaya daerah di Jawa Timur, sekaligus memperkenalkan destinasi wisata unggulan tuan rumah. Ada dua hal yang melatar belakangi acara tersebut, yaitu satu sisi mempersatukan budaya dan menjadikan potensi di tuan rumah semakin dikenal.

Baca Juga : Sinau Seni Komunitas Seni Arek Jombang Senang Belajar Seni Bersama


Emil Eliastanto Dardak juga mengapresiasi tarian khas Situbondo, Tari Landhung yang menggambarkan garis pantai terpanjang, membentang dari ujung barat hingga ujung timur di jalur pantura yang mempunyai panjang 115 kilometer. Dirinya bersyukur masyarakat Jawa Timur sangat menjaga budaya. Oleh karena itu, JNSC ini merupakan salah satu cara untuk menjaga seni dan budaya khususnya di Jawa Timur.

Kepala Seksi Budaya dan Sejarah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang, Anom Antono mengatakan, Parade tersebut sangat baik untuk kemajuan seni dan budaya daerah. Dalam memeriahkan JNSC tahun ini, peserta dari Kabupaten Jombang mengambil tema Dadung Awuk dengan melibatkan lebih kurang lima puluh personil.


“Dadung Awuk adalah raksasa kerdil anak buah Bathari Durga, raja makhluk siluman yang bertahta di Kahyangan Setragandamayit. Dadungawuk tinggal di hutan Krendayana, dan bertugas menggembalakan kerbau milik Bathari Durga. Kerbaunya berjumlah 100 ekor, semuanya berwarna hitam, berkaki putih (pancal panggung/Jawa). Karena indahnya pernah dipinjam keluarga Pandawa untuk memenuhi persyaratan permintaan Dewi Sumbadra, putri Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi Badrahini dari negara Mandura, ketika dipinang oleh Arjuna,” papar Anom Antono ketika menjelaskan konsep dari penampilan Kabupaten Jombang.

Pada mulanya Dadungawuk menolak, lanjut ceritanya, tetapi setelah dikalahkan oleh Bima, Dadungawuk bersedia menyerahkan kerbaunya, yang akan digunakan untuk memeriahkan pawai perkawinan Dewi Subadra dengan Arjuna yang pestanya diselenggarkan di negara Dwarawati. Atas seijin Bathari Durga, Dadungawuk sendiri bertindak sebagai pawangnya.

“Dalam penampilannya juga melibatkan mobil hias. Mobil tersebut disesuaikan dengan tema yang diusung dan menjadi ikonnya. Penampilannya juga diserasikan dengan tarian dan musik yang semakin memperindah estetika dari setiap penampilan,” ujar Anom Antono.

Sebagai upaya pengembangan dan pemanfaatan kesenian, membuka secara luas bagi seniman dan seluruh lapisan masyarakat yang berkepentingan dibidang kesenian untuk menyalurkan bakat dan kreatifitasnya dalam berproses kesenian. Menurut Anom Antono, kesenian akan tetap hidup apabila di dalamnya ada proses kreatif. Namun, pihaknya sangat menyayangkan dalam Parade Seni Budaya JSNC 2019 di Situbondo, tata artistik dalam menghias mobil masih didominasi oleh material stereoform yang sudah umum digunakan beberapa tahun ini.

“Semoga kedepan diharapkan, tata artistik tidak melulu dan didominasi oleh material stereoform, karena material stereoform sangat tidak ramah lingkungan dan juga setelah acara selesai kemudian dibongkar dan dibuang. Semoga akan muncul ide-ide kreatif selain material stereoform,” harapnya. aditya eko
Lebih baru Lebih lama