Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa Kabupaten Jombang, Toni Budiman, S.Pd mengatakan bahwa itu adalah salah satu dari permasalahan jika anak sekarang kurang mengetahui budaya jawa.

WONOSALAM – Ketika jam istirahat tiba, ada beberapa peserta didik menghampiri gurunya di ruang guru. “Bu, digoleki Pak Kepala”. Miris, ketika mendengar peserta didik saat ini tidak bisa menggunakan unggah ungguh Bahasa Jawa. Memang hanya masalah sepele, hanya bahasa, dan khususnya Bahasa Jawa. Namun dengan kenyataan seperti ini sungguh besar sekali pengaruh dari unggah ungguh Bahasa Jawa.

Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa Kabupaten Jombang, Toni Budiman, S.Pd mengatakan bahwa itu adalah salah satu dari permasalahan jika anak sekarang kurang mengetahui budaya jawa. Pengenalan budaya jawa terhadap generasi saat ini dinilai sudah luntur karena banyaknya orang tua dan lingkungan yang tidak mengajarkan mengenai budaya jawa tersebut.

Agar tidak terjadi hal yang seperti disebutkan sebelumnya, MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Jombang menyelenggarakn ‘Jambore Budaya Jawa 2019’ yang dilaksanakan di Padhepokan Wonosalam Lestari (15-16/11). Kegiatan tersebut dihadiri oleh 89 peserta didik dari perwakilan SMP/MTs Negeri/Swasta se Kabupaten Jombang dengan tujuan mengenalkan dan melestarikan budaya Jawa kepada generasi saat ini.

“Pastinya perlu beberapa pencegahan agar generasi sekarang kelak tidak lupa akan budaya aslinya sendiri. Salah satunya adalah dengan mengajarkan budaya sejak dini. Jangan sampai orang-orang tua kelak menyebut generasi penerus sebagai orang jawa yang sudah tidak ‘njawani’,” kata Toni Budiman disela-sela acara Jambore Budaya Jawa.

Baca Juga : Pelatihan Android bagi Tuna Netra Ikuti Perkembangan Teknologi

Ada beberapa materi yang diajarkan untuk membuat peserta kegiatan lebih mencintai dan tertarik dengan budaya Jawa. Diantara ialah mendongeng, cangkriman, geguritan, dan uyon-uyon. Selain itu, terdapat juga permaianan tradisional yang juga dilakukan oleh seluruh peserta Jambore Budaya Jawa 2019.

Menekuni aksara Jawa juga menjadi fokus dalam kegiatan tersebut. Pasalnya banyak anak sekarang yang tidak bisa membaca ataupun menulis dengan aksara Jawa karena lebih memilih mengenal tulisan latin biasa daripada aksara jawa. Pembiasaan membaca aksara Jawa inilah yang akan nantinya membuat mereka (peserta) dapat menguasai dan menulis aksara Jawa.

“Mendongeng juga menjadi sarana alternatif untuk membuat si pendengar menyukai budaya Jawa. Asalkan dengan tema yang diangkat dari dongeng-dongeng lokal. Tetapi gaya bahasanya harus menggunakan bahasa lokal atau Jawa. Harapannya dengan sering mereka mendengar bahasa Jawa, mereka juga akan terbiasa. Meskipun dengan bahasa yang tidak terlalu halus ‘kromo inggil’,” ujar laki-laki yang juga sebagai guru di SMP Negeri 4 Jombang.

Tidak hanya itu, peserta dalam acara tersebut juga dituntut untuk membuat karya seputar budaya Jawa. Karya-karya mereka meliputi geguritan (puisi), cerita pendek dengan bahasa Jawa, kaligrafi aksara Jawa yang ditampilkan di depan seluruh peserta jambore. Untuk membuat mereka semakin bersemangat maka ada hadiah yang diberikan bagi karya terbaik.

Sementara itu, Guru bahasa Jawa SMP Negeri 1 Wonosalam, Heri Hendro Wahyudi berpendapat, “Kemampuan anak menggunakan budaya Jawa tidak akan berhasil ketika hanya diterapkan di sekolah. Sedangkan ketika sudah di rumah tidak ada lagi. Fakta tersebut tidak hanya bersumber dari anak saja namun orang tua di rumah juga sangat berperan.”

Melestarikan budaya Jawa, tambah Heri Hendro Wahyudi, tidak perlu dengan hal besar, cukup dengan yang sederhana saja. Seperti halnya panggilan ‘papa dan mama’ dirubah menjadi ‘mak dan pak’ serta menggunakan bahasa Jawa, meski bukan bahasa Jawa yang halus itu tidak mengapa. Terpenting mereka bisa berbahasa Jawa.

Lunturnya bahasa Jawa membuat kualitas budi pekerti dan tata krama para pemuda di Jawa semakin menurun. Karena cenderung tidak bisa berbahasa Jawa halus mereka lebih memilih berbahasa Indonesia yang dianggap lebih mudah. Oleh karena itu, pendidikan berbahasa Jawa yang baik dan benar perlu ditanamkan sejak dini supaya bahasa Jawa tetap terjaga kelestariannya dan karakteristik mayarakat suku Jawa yang dikenal berbudi luhur dan memiliki tata krama yang baik tetap terjaga. 
 aditya eko
Lebih baru Lebih lama