Ubi jalar yang jika diolah secara konvensional hanya akan digoreng atau direbus, di SPAT Purwodadi, Pasuruan melalui Repoeblik Telo melakukan pengolahan ubi jalar menggunakan proses yang modern hingga dapat menciptakan produk-produk yang jauh dari kesan ndeso.

JOMBANG, MSP – Prihatin dengan banyaknya olahan panganan kurang sehat yang dikonsumsi oleh masyarakat sekaligus untuk mendorong penggunaan bahan pangan lokal sebagai bahan utama pengolahan makanan, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Jombang mengajak Kelompok Wanita Tani Binaan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Jombang untuk studi lapangan ke Terminal Agribisnis Sentra Pengembangan Agribisnis Terpadu (SPAT) Purwodadi, Pasuruan. Disana para peserta studi lapangan diajak untuk melihat pengolahan produk-produk andalan yang berbahan dasar telo (ubi jalar).

Ubi jalar yang jika diolah secara konvensional hanya akan digoreng atau direbus, di SPAT Purwodadi, Pasuruan melalui Repoeblik Telo melakukan pengolahan ubi jalar menggunakan proses yang modern hingga dapat menciptakan produk-produk yang jauh dari kesan ndeso. Aneka bentuk hasil olahan makanan terbut seperti es krim, bakpia, mi, hingga brownies dan pizza yang sebelumnya belum pernah dihasilkan dari bahan baku ubi jalar dapat tercipta.

“Disamping alasan bahwa Repoeblik Telo dapat menghasilkan produk-produk olahan yang modern dari bahan pangan lokal juga karena Repoeblik Telo telah mengembangkan usaha ini mulai dari hulu hingga hilir. Dari proses penanaman dan pengembangan bahan baku hingga menghasilkan produk olahan. Hal inilah yang ingin kita ambil ilmunya,” jelas Kepala Seksi Kemanan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Jombang, Syafriel Yudhi P ketika ditanya alasan memilih lokasi Repoeblik Telo sebagai tujuan studi lapangan.

Ditambahkan pria yang akrab disapa Syafriel ini Jombang sejatinya memiliki potensi besar yang dapat dikembangkan laiknya pada Repoeblik Telo. Hanya saja kebanyakan pengusaha-pengusaha di Jombang masih mengandalkan pengolahan dengan sistem tradisional. Sehingga hasil produk yang dihasilkan belum dapat maksimal.

Disamping itu, pengusaha-pengusaha di Jombang juga kebanyakan masih berfokus pada proses pengolahan saja. Belum merambah pada proses penyediaan bahan baku. Padahal menurutnya untuk menghasilkan produk yang berkualitas juga ditentukan pada kualitas bahan baku.

“Mungkin kedepannya kami akan mendorong para pengusaha di bawah binaan kami untuk bermitra dengan para petani penghasil bahan pangan lokal seperti ubi jalar, singkong, dan yang lainnya untuk meningkatkan kualitas bahan agar dapat memaksimalkan hasil olahan,” tutur Syafriel Yudhi.

Pria bertubuh tambun ini juga menambahkan bahwa pihaknya juga membuka kesempatan bagi berbagai pihak yang mungkin ingin bermitra untuk mengembangkan hasil olahan bahan pangan yang sudah dirintis oleh Dinas Ketahanan Pangan ini. Menurutnya dengan semakin banyak dukungan, dorongan untuk menggunakan bahan pangan lokal sebagai bahan utama berbagai jenis olahan makanan dapat dioptimalkan. Sehingga diharapkan pula bisa muncul produk olahan yang dapat dijadikan andalan di Jombang.

“Karena selama ini, ketika ditanya apa oleh-oleh khas Jombang? Kita selalu merasa kebingungan. Untuk itu semoga melalui salah satu upaya ini jalan untuk memperoleh produk andalan Jombang dapat terwujud,” harap Syafriel Yudhi.

Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) sebagai salah satu bahan pangan lokal potensial sebenarnya termasuk dalam kelompok sayur-sayuran. Berdasarkan warnanya, ubi jalar terbagi menjadi dua macam, yaitu ubi kuning dan ungu. Memiliki kandungan gizi dan vitamin cukup tinggi. Dibandingkan dengan wortel—teman sesama sayuran—ubi jalar ternyata memiliki kandungan vitamin A empat kali lebih tinggi. Ubi jalar diketahui juga memiliki kandungan betakaroten yang berfungsi sebagai zat antioksidan. Selain itu, ubi jalar juga berkadar gula rendah sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Dengan kata lain, ubi jalar cocok menjadi makanan diet. fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama