Hari Valentine sendiri sering diartikan sebagai hari kasih sayang yang jatuh pada tanggal 14 Februari. Pada hari itu semua orang saling mengungkapkan kasih sayangnya terhadap orang-orang yang mereka anggap spesial, seperti pacar, sahabat atau keluarga.

JOMBANG, MSP – Di era yang serba digital ini, pertukaran informasi dari berbagai penjuru dunia semakin marak dilakukan. Hal ini menyebabkan banyaknya informasi baru yang masuk ke Indonesia. Salah satunya adalah perayaan hari Valentine yang sekarang ini banyak dirayakan oleh sebagian besar masyarakat bahkan dikalangan remaja di Kabupaten Jombang sekali pun.

Hari Valentine sendiri sering diartikan sebagai hari kasih sayang yang jatuh pada tanggal 14 Februari. Pada hari itu semua orang saling mengungkapkan kasih sayangnya terhadap orang-orang yang mereka anggap spesial, seperti pacar, sahabat atau keluarga. Cara mengungkapkannya bermacam-macam, ada yang memberikan bunga, boneka atau cokelat. Hal itu mereka anggap sebagai bukti kasih sayang mereka terhadap orang yang dicintai.

Ketua Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak (LP2A) Kabupaten Jombang, Muhamad Shollahuddin, SH. Mengungkapkan bahwa sekarang ini perayaan hari Valentine tidak cukup sampai di situ saja. Banyak pasangan-pasangan khususnya muda-mudi yang merayakan hari Valentine lebih dari sekedar memberi cokelat atau bertukar hadiah. Tren perayaan hari Valentine dengan berduaan bersama pasangan sampai malam mulai banyak dilakukan oleh para remaja.

“Ketinggalan zaman katanya kalau merayakan hari Valentine hanya dengan memberi cokelat atau bertukar hadiah. Padahal kegiatan seperti itu dapat menjerumuskan mereka pada hal-hal yang tidak baik karena bisa berujung pada perbuatan yang melanggar norma aqidah seperti pesta-pesta sampai seks bebas. Jika sudah seperti itu, apakah hari Valentine tetap dimaknai sebagai hari kasih sayang?,” kata bapak tiga anak tersebut.

Data yang disampaikan LP2A bahwa tingkat pengaduan orang tua terhadap anaknya lebih dominan pada Bulan Februari, Maret, dan Juni. Kebanyakan dari orang tua tersebut mengeluhkan bahwa anak mereka mengalami kejahatan seks atau bahkan hamil sebelum menikah. Menurut Sholahuddin, ini termasuk salah satu kasus yang salah dalam menyikapi hari Valentine tersebut.

Hal yang terjadi pada perayaan hari kasih sayang tersebut merupakan bagian dari kekerasan dalam pacaran (KDP). Modus yang dilakukan pada saat pacaran tersebut, adalah sang cowok (pria) meminta kekasihnya membuktikan bahwa dia mencintai dirinya dengan memberikan izin berhubungan. Dari permasalahan tersebut peran orang tua terhadap anak sangat diperlukan. Orang tua harus mengontrol anaknya supaya tidak melangkah ke sikap negatif.

Kontrasepsi Laris

Beberapa minimarket dan apotek, penjualan alat kontrasepsi (kondom) mengalami peningkatan. Meski belum dipastikan tujuan penggunaan dan kalangan penggunanya, namun yang membeli alat kontrasepsi itu, umumnya usia dewasa dan usia remaja.

“Biasanya pada bulan-bulan tertentu seperti bulan Februari (penjualan kondom) memang meningkat tetapi tidak begitu segnifikan. Tidak tahu, apakah ada kaitannya dengan jelang Valentine atau tidak. Pembeli kebanyakan orang dewasa, tetapi juga tidak jarang kira-kira anak usia 18 sampai 25 tahun juga beli,” kata salah seorang pegawai minimarket di jalan KH. Hasyim Asy’ari, Jombang, Deden (25).

Tidak jauh berbeda dengan keterangan yang disampaikan karyawan apotik di kawasan Jalan PB. Sudirman. Menurut dia, menjelang tanggal 14 Februari memang anak remaja hingga usia mahasiswa, tidak sedikit yang membeli alat kontrasepsi itu, yang dijual mulai harga Rp 25 ribu.

Karyawan yang enggan disebutkan namanya itu mengaku tidak bisa melarang pembelian kondom, meski yang membeli kalangan remaja sekalipun. Dia hanya berharap penggunaan kondom tidak salah sasaran. Meski memang penjualan kondom yang meningkat, tidak bisa digeneralisir bahwa seks bebas di Jombang semakin marak.

“Sekarang mereka (remaja) tidak perlu malu untuk datang membeli kondom ke tempat penjualannya. Cukup dengan memesan secara online mereka sudah mendapatkannya dengan mudah. Ini yang semakin bahaya. Disinilah peran orang tua untuk selalu mendampingi buah hatinya supaya tidak terjadi hal-hal yang buruk. Terlebih dengan penggunaan gadget pada anaknya,” tutup Sholahuddin. aditya eko
Lebih baru Lebih lama