Pendiri Komunitas Dolan Obak Kanggo Ngopeni Arek-arek (Kodok Ngorek), Dian Sukarno mengatakan bahwa pergeseran minat anak dalam bermain memang tidak dapat dipungkiri karena maraknya gawai. Permainan dalam ponsel atau komputer saat ini memang lebih menarik minat anak-anak.

JOMBANG, MSP – Bermain dapat menjadi salah satu pilihan bagi anak untuk menghilangkan kejenuhan setelah seharian menuntut ilmu di sekolah. Berbagai macam permainan tersedia dan dapat dipilih oleh anak untuk dimainkan sepulang sekolah, bisa dimainkan sendiri atau beramai-ramai bersama dengan teman-teman.

Jika pada era 80-90an jenis permainan anak-anak adalah permainan tradisional yang menuntut anak untuk kreatif dan bergerak aktif di alam atau lingkungan sekitar rumah, seperti bermain petak umpet, layang-layang, gobak sodor, atau bermain gundu (kelereng) maka pada era 2000an tren permainan anak bergeser pada permainan dalam gawai. Permainan (game) dalam ponsel pintar menjadi pilihan untuk bermain.

Pendiri Komunitas Dolan Obak Kanggo Ngopeni Arek-arek (Kodok Ngorek), Dian Sukarno mengatakan bahwa pergeseran minat anak dalam bermain memang tidak dapat dipungkiri karena maraknya gawai. Permainan dalam ponsel atau komputer saat ini memang lebih menarik minat anak-anak.

"Tapi saya masih yakin dan optimis bahwa permainan-permainan tradisional masih diminiati dan masih dapat berkembang di derasnya pengaruh gawai seperti saat ini. Hal ini dibuktikan dengan semakin diminatinya kegiatan outbond dimana kebanyakan materi-materi yang ada di dalamnya adalah materi-materi tentang permainan tradisional," jelas Dian Sukarno.

Peserta didik kelas IV SDN Jombang III, Abrian Wildan Ubaidillah mengatakan sebenarnya ia senang-senang saja kalau diajak bermain permainan tradisional, bahkan ketika disebutkan beberapa jenis permainan tradisional ia mengaku sudah pernah memainkannya. Hanya saja seringkali ketika ia ingin bermain, sebut saja bermain petak umpet ia mengaku kesulitan mendapatkan teman bermain sehingga ia memilih untuk bermain game di ponsel saja.

Teman sekelas Abrian, Rehandika Putra Pratama pun sepakat bahwa sebenarnya ia juga senang-senang saja jika diajak bermain permainan tradisional. Hanya saja permainan tradisional jika tidak dimainkan secara beramai-ramai dengan banyak teman terasa kurang seru.

"Kalau bermain petak umpet hanya berdua saja juga tidak seru," ujar Abrian.

"Kalau saya lebih suka bermain sepak bola jadi jika tidak anak banyak tidak seru juga," tambah Rehandika.

Dian Sukarno menyebut bahwa pengenalan serta pelestarian permainan tradisional merupakan peran orang tua. Sekolah sebagai lembaga pendidikan juga dapat memerankan peran pengenalan permainan tradisional salah satunya melalui permainan olahraga hiburan. Jadi beberapa jenis permainan tradisional yang masuk pada kategori obak (permainan yang fokus pada kegiatan fisik, dilakukan secara berkelompok, dan berstrategi) disisipkan pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesenian (PJOK).

"Karena disamping permainan tradisional, bahasa, dan kebudayaan merupakan benteng yang tepat untuk melindungi anak dari pengaruh negatif di luaran sana. Dalam permainan tradisional, salah satunya diajarkan untuk menerima kekalahan, tidak pendendam, dan tidak ada istilah musuh abadi. Nilai-nilai seperti ini yang seharusnya diteladani anak-anak," tutup Dian Sukarno. fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama