Sebuah Ogoh-ogoh terbuat dari kertas pembungkus semen yang dibalutkan kepada rangka tertentu agar terbentuk laiknya karakter-karakter jahat di Agama Hindu. Ukuran setiap patung pun berbeda, antara 3 sampai 5 meter dengan dasar dibuat dari bambu sebagai tumpuan mengangkat replika makhluk halus tersebut.

WONOSALAM, MSP -
Pawai Ogoh-ogoh kembali dihelat masyarakat Hindu di Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam pada (16/3) guna menyambut Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka. Beragam replika patung makhluk halus pun hadir memeriahkan acara untuk dibakar sebagai simbol mengusir sifat buruk manusia.

"Ogoh-ogoh sendiri dibuat langsung oleh beberapa kelompok umat Hindu yang ikut berpartisipasi. Satu replika makhluk halus rata-rata bisa diselesaikan selama 20 hari, karena pengerjaan tidak dilakukan secara berkrlanjutan," ujar salah satu personil kelompok partisipan, Andi.

Acara kali ini diikuti 5 kelompok umat Hindu di Desa Galengdowo, tetapi jumlah Ogoh-ogoh sendiri terdapat 6 replika. Karena ada kelompok yang menghadirkan 2 replika. Peserta diperbolehkan membuat beberapa jumlah patung, asal tidak menjadi beban kelompok-kelompok tersebut.

Arak-arakan Ogoh-ogoh dimulai dari Dusun Wonomerto serta finis di Dusun Wates, Desa Galengdowo dengan jarak tempuh lebih kurang sejauh 3,5 kilometer dengan keadaan jalan tanjakan dan turunan secara bergantian menjadi sajian hingga tiba di lokasi pembakaran.

Sebuah Ogoh-ogoh terbuat dari kertas pembungkus semen yang dibalutkan kepada rangka tertentu agar terbentuk laiknya karakter-karakter jahat di Agama Hindu. Ukuran setiap patung pun berbeda, antara 3 sampai 5 meter dengan dasar dibuat dari bambu sebagai tumpuan mengangkat replika makhluk halus tersebut. Alhasil kreatifitas kelompok pun begitu diuji dalam memadupadankan setiap bahan agar patung bisa jadi sesuai harapan.

Alasan pembakaran sejumlah karakter jahat tersebut merupakan simbolisasi menghilangkan sifat buruk umat manusia, khususnya bagi masyarakat Desa Galengdowo agar selalu diberi keberkahan dari sang pencipta. Juga menghindari terjadinya suatu musibah yang tidak diinginkan.

Selain pengarakan patung Ogoh-ogoh, acara juga diikuti oleh pawai beberapa kelompok masyarakat setempat. Tidak hanya diperuntukkan kepada masyarakat Hindu semata. Wujudnya banyak yang membantu mengamankan jalannya pawai Ogoh-ogoh hingga sampai ke lokasi pembakaran.

Kepala Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam, Wartomo, S.Sos menambahkan, "Tua muda pun boleh ikut meramaikan event tahunan itu. Tidak ada batasan umur bagi para peserta. Semua usia dan gender bisa mengikuti acara."

Sebelum arak-arakan dimulai, ada prosesi khusus yang harus dilakukan. Umat Hindu akan melakukan sembahyang sebagai rangkaian upacara pensucian buana atau jagad raya. Prosesi sembahyang sendiri dipimpin langsung oleh salah satu pemuka agama umat Hindu, begitu juga saat persiapan pembakaran patung Ogoh-ogoh.

Kepala desa berkacamata tersebut mengungkapkan, "Itu adalah wujud kerukunan beragama yang terjalin di Desa Galengdowo, sehingga dari berlangsungnya kegiatan ini membawa berkah bagi seluruh warga desa." fakhruddin
Lebih baru Lebih lama