Peserta SDN Pagertanjung I Kecamatan Ploso rutin setiap hari sebelum pembelajaran di awali dengan berdoa terlebih dahulu.

PLOSO, MSP – Pagi itu seperti biasanya, dering bel sekolah berbunyi nyaring pada pukul 06.50 WIB. Peserta didik SDN Pagertanjung I Kecamatan Ploso segera berbaris di lapangan sekolah. Tidak ada satu pun dari peserta didik yang telat masuk maupun di luar gerbang sekolah. Terlihat juga para guru sedang berdiri di depan sambil memberi aba-aba.

Selang beberapa saat, terdengar lantang suara peserta didik membaca doa dan melantunkan surat-surat pendek Alquran. Namun yang unik di sini, setelah berdoa para peserta didik mengucapkan dengan serempak semboyan dari SDN Pagertanjung I Ploso sebelum memasuki kelas masing-masing.

Kepala SDN Pagertanjung I Ploso, Muhammad Isha, S.Pd. mengatakan kegiatan semacam ini dilakukan rutin setiap hari sebelum pembelajaran di mulai. Selain melatih kedisiplinan, juga membiasakan peserta didik untuk mengawali sesuatu kegiatan dengan berdoa terlebih dahulu.

“Peserta didik juga kami anjurkan supaya setiap hari mengucapkan semboyan sekolah. Tujuannya untuk membangun semangat peserta didik dalam pembelajaran dan meraih cita-citanya kelak. Terkandung maksud dalam semboyan itu motivasi guna memicu ke arah positif bagi diri peserta didik,” tutur Muhammad Isha.

Kegiatan keagamaan juga kerap dilaksanakan di sana. Setiap hari peserta didik diwajibkan mengikuti Salat Zuhur berjamaan di sekolah. Tidak lupa setiap satu bulan sekali tepatnya pada Jumat Legi juga selalu diakan acara Istighosah bersama yang diikuti oleh semua guru dan peserta didik.

Kegiatan yang membangun karakter peserta didik ini tiada berhenti di lingkup sekolah, laki-laki bertubuh tinggi tersebut mengatan bahwa kegiatan keagamaan juga diterapkan di luar sekolah. Peserta didik mulai dari kelas IV sampai kelas VI diwajibkan mengikuti Salat Magrib dan Isha berjamaah di musala atau masjid yang berdekatan dengan tempat tinggalnya. Muhammad Isha selalu memantau absen Salat berjamaah peserta didiknya setiap satu bulan sekali yang ditandatangani imam musala masing-masing.

“Cara seperti ini banyak manfaatnya bagi peserta didik. Diantaranya belajar salat, besosialisasi bersama warga sekitar dan semakin terkesan dengan musala yang ada di lingkungan mereka. Terpenting adalah mereka akan mampu menjadi imam salat,” tegas ayah tiga anak tersebut.

Selain kegiatan keagamaan, ekstrakurikuler olahraga bola voli juga sangat diunggulkan di sekolah ini. Pasalnya, beberapa anak dari tim bola voli SDN Pagertanjung I Ploso ini sering diminta untuk bergabung dalam kejuraan bola voli tingkat kecamatan ataupun kabupaten.

“Meski hanya beberapa anak saja tetapi mereka hebat-hebat dalam permainan volinya. Di sini kami memiliki dua tim bola voli putra dan putri. Biasanya dalam satu minggu mereka berlatih bersama pada hari Rabu, Jumat dan Minggu,” ujar Muhammad Isha yang juga menjadi pelatih voli.



Namun sekolah yang berdiri sejak tahun 1951 ini masih mengalami beberapa kendala. Terbukti karena letak geografisnya yang rendah, sekolah ini sering terjadi banjir. Muhammad Isha mengatakan setidaknya dua kali dalam setahun sekolah mengalami banjir. Meski sebentar dan tidak sampai masuk ke ruang kelas, tetapi kegiatan pembelajaran sering terganggu.

“Beberapa tembok dan atap sekolah juga mulai rusak. Banyak yang mulai retak dan atapnya bocor. Ini kalau dibiarkan juga akan mengganggu peserta didik dalam pembelajarannya. Saya sudah mengajukan pembenahan, tetapi sampai saat ini belum terealisasi,” papar laki-laki asal Desa Rejoagung tersebut.

Salah satu guru agama SDN Pagertanjung I Ploso, Sriwayati, S.Pd.I., menambahkan bahwa kendala lain adalah mengenai peserta didik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di sekolah ini. Kenyataannya dalam keseharian para guru merasa tidak mampu untuk menghadapi ABK dikarenakan tidak ada guru yang sesuai dengan bidang non formal. Akibatnya diantara mereka ada yang tidak naik kelas.

“Sebenarnya kami sudah memberi tahu orang tuanya agar menyekolahkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB), tetapi mereka tetap kekeh menyekolahkan anak mereka di sini. Ya akhirnya kami tetap menerima mereka,” keluh Sriwayati.

Menanggapi permasalahan tersebut, pihak sekolah berharap bahwa nanti akan ada guru pendamping khusus yang mampu membimbing peserta didik ABK agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.  aditya eko
Lebih baru Lebih lama