Kekhasan Rawon Purah ini adalah campuran dalam isiannya. Selain pepaya yang dipotong dadu juga ada kubisnya serta irisan gajih. Racikan bumbu yang tepat seraya memilih menggunakan bumbu buatan sendiri, bukan membeli jadi yang banyak dijajahkan di pasar.

Rawon merupakan makanan yang tidak asing bagu lidah kita. Selain sudah banyak rumah makan yang menyediakan menu ini, jamak menjadi masakan di meja makan rumah. Namun tiada salahnya bila menjajal Rawaon Purah yang berada di Jalan KH. Wahab Casbullah, Tambakberas, Jombang.

Sangking sudah teruji kenikmatannya, Rawon Purah terkanal bagi penikmat santapan dini hari ini. Maklum penjualnya sekarang adalah generasi kedua. Kalau terhitung tahun mungkin bisa mencapai tiga dekade.

Model warung terbuka tanpa diding ini pun lazim dikenal rawon lijo (Jawa: Penjual Sayur Keliling) lantaran buka mulai pukul 03.00 dini hari. Sehingga kebanyakan lijo yang menjadi pelanggan utama. Berjalannya waktu sudah meluas, bukan saja lijo tetapi masyarakat umum pun menjadikan jujukan kala lapar mulai melanda saat semua masih terlelap dengan tidurnya.

Sama halnya rawon pada umumnya yang dimasak menggunakan kluwek, sebuah bumbu rempah khas daerah tropis macam Indonesia. Bagi masyarakat Betawi populer di sebut pucung. Demikian di daerah lain seperti di tanah Toraja, Sulawesi Selatan dinamakan Pamarassan.

Dipadukan dengan bermacam-macam bumbu lain membuat sangat sedap bila disantap. Apalagi menggunakan kuah kaldu daging sapi, seakan meningkatkan aroma yang ditimbulkan.



Semakin nikmat dan terasa 'ndesonya' karena penyajiannya tidak menggunakan piring. Melainkan di pincuk atau takir dari daun pisang. Seakan mampu berpadu untuk menggoda selera makan.

Dalam satu prosi selain nasi putih terdapat sambal goreng tahu, toge, sambal terasi, gajih, dan irisan lauk. Lauknya bermacam-macam dari empal gepuk hingga pelbagi jeroan seperti jantung, limpah, dan paru. Tentunya kuah rawon yang panas nan menyegarkan memungkasi dengan disiram rata ke seluruh bagian.

Kalau ingin melengkapi dengan kerupuk, pembeli tinggal mengambil sendiri sebab sudah tersaji di meja.

Kekhasan Rawon Purah ini adalah campuran dalam isiannya. Selain pepaya yang dipotong dadu juga ada kubisnya serta irisan gajih. Racikan bumbu yang tepat seraya memilih menggunakan bumbu buatan sendiri, bukan membeli jadi yang banyak dijajahkan di pasar. Konon lantaran sedapnya yang membekas, orang nomor satu di Jombang pun selalu enggan melewatkan untuk singgah saat ada lawatan di wilayah Utara Kota Santri ini.

Seporsi Rawon Purah lengkap cukup dihargai 12.000 rupiah. Ditambah teh panas atau kopi dijamin aman di kantong hingga mengajak teman, saudara, dan keluarga.

Kalau ingin merasakan Rawon Purah yang memiliki rasa rempah yang kuat ini jangan sampai matahari menyingsing. Tidak sampai pukul 06.00 biasanya sudah habis. Belum lagi sensasi mengantrinya, bisa mengalahkan antrian sembako. Sementara ketika menyantap sebentar sudah habis

Bagaimana tertarik mencoba? Jangan lupa ajak saya ya. Hehehe.  Rahmat Sularso
Lebih baru Lebih lama