Tampah merupakan alat dapur tradisional yang berbentuk bundar dengan diameter antara 36 hingga 70 sentimeter (cm). Pada bagian tepi diberi lapisan irisan bambu melingkar lebar sekitar 3-5 cm, dalam posisi tega yang menandai ketinggian tampah.

KABUH – Anyaman bambu merupakan salah satu jenis dari berbagai macam hasta karya yang ada di Indonesia. Di tambah lagi iklim tropis yang ada di Indonesia sangat mendukung perkembangan tanaman bambu sehingga ketersedian bahan baku untuk membuat anyaman sangat melimpah. Selain digunakan sebagai anyaman, bambu juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan alat-alat rumah tangga. Contohnya tampah dalam bahasa Indonesia disebut nyiru.

Tampah merupakan alat dapur tradisional yang berbentuk bundar dengan diameter antara 36 hingga 70 sentimeter (cm). Pada bagian tepi diberi lapisan irisan bambu melingkar lebar sekitar 3-5 cm, dalam posisi tega yang menandai ketinggian tampah.

Jenis kerajinan bambu satu ini sering dipakai untuk menampi beras. Oleh warga Desa Kedung Jati, Kecamatan Kabuh menjadi industri skala rumahan turun temurun yang hampir punah namun tetap saja menjadi unggulan di wilayah Utara Sungai Brantas tersebut. Hal itu ditengarai oleh perkebangan industi rumah tangga yang beralih menggunakan bahan plastik, stainless stee dan enamel.

Salah satu warga Desa Kedung Jati serta pengrajin perkakas rumah tangga dari bambu, Sumiati menuturkan bahwa sudah sejak lama desa ini dikenal sebagai sentra kerajinan bambu. Saking lamanya, tidak ada yang tahu persis kapan sentra ini berdiri. Mayoritas perajin adalah generasi penerus usaha yang sudah dirintis orang tuanya.

“Saya tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Usaha kerajinan ini sudah turun temurun juga. Istilahnya sudah dari nenek moyang. Tetapi memang di sini banyak tanaman bambu. Hal itu yang mendorong warga di sekitar daerah ini untuk mengolahnya menjadi aneka kerajinan,” jelas Sumiati.

Meskipun di era sekarang banyak peralatan rumah tangga berbahan dasar plastik, tetapi tampah buatannya masih diminati banyak konsumen. Pasalnya hasil ayaman bambu selalu habis diserbu para pelanggannya. Seperti halnya salah satu pengrajin tampah di Desa Kedung Jati, Pardi (56) yang kesehariannya membuat kerajinan anyaman bambu ini.




Demi menjaga kualitas tampah buatannya dia tidak sembarangan dalam memilih bambu yang akan dibuat kerajinannya. Menurutnya, tampah berkualitas bagus terbuat dari anyaman kulit bambu. Bahan itu akan lebih awet. Sementara tampah yang terbuat dari daging bambu, kurang begitu awet, karena mudah rusak. Salah satu jenis bambu yang dipakai sebagai bahan membuat tampah, adalah bambu apus. Jenis bambu ini sangat lentur dan mudah ‘diirat’ atau dibelah. 

“Setelah dibelah, bambu disebit dengan ukuran tipis agar mudah untuk di anyamnya. Kemudian bambu perlu dijemur dengan sinar matahari, tetapi jika cuaca tidak memungkinkan bisa dengan cara di ganggang di atas tungku agar tampah nantinya tidak gampang rusak,” jelas Pardi.

Jika bahan sudah siap maka proses terakhir adalah menganyam. Butuh teknik khusus agar pada waktu menganyam bambu tidak gampang berantakan dan terkesan rapih. Tahap akhir adalah merapikan bagian sisi anyaman dan pemasangan tepi tampah. Merekatkan anyaman dan tepi tempah juga dengan cara dianyam melingkar.

Mengenai harga jual, bervariasi tergantung ukuran. Contohnya produk tampah ukuran besar dihargai 10.000 rupiah per buah di tingkat pedagang pengumpul (pengepul). Dalam seminggu Sumiati dapat mengerjakan 20 sampai 30 tampah, dengan omzet lebih kurang 250.000 rupiah.

“Alhamdulillah keuntungannya lumayan. Biasanya Biaya produksi membuat lima tampah hanya sekitar 15.000 rupiah. Biaya murah karena saya punya kebun bambu sendiri. Bambu yang sudah berumur satu tahun sudah bisa dijadikan bahan baku. Tetapi pembuatan barang dapur ini tergantung dari ketersediaan bahan baku dan cuaca pada saat mengeringkan bambu yang sudah dibelah,” terangnya.

Tidak seperti dahulu, dari segi pemasarannya warga Desa Kedung Jati tidak mengalami kesulitan lagi. Banyak tengkulak dan pelanggan tetap yang mengambil sendiri langsung kerumah-rumah pengarjin anyaman bambu ini. Hingga saat ini, tampah masih banyak digunakan oleh para ibu rumah tangga atau petani. Bahkan para pedagang tradisional yang menjajakan makanan juga kadang menggunakan tampah untuk menaruh makanan. aditya eko
Lebih baru Lebih lama