Rendahnya budaya membaca dan menulis pada siswa khususnya kelas IV menjadi masalah yang perlu dikaji penyebab dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Karena bagi mereka membaca dan menulis adalah kegiatan yang membosankan dan kurang menarik bagi anak-anak.

Ulin Ni’mah, S.Pd.SD. *)

Jombang merupakan salah satu Kabupaten Literasi artinya pemerintah daerah Jombang mengadakan kebijakan tentang pentingnya literasi bagi masyarakat. Literasi bukan hanya membaca tetapi juga menulis dan mengkomunikasikan kepada orang lain. Sejalan dengan kebijakan pemerintah terutama di bidang pendidikan, Ulin Ni’mah seorang guru kelas IV SDN Sukosari Kec.Jogorto juga ikut mensukseskan gerakan literasi yang dikenal ”Bucalis 15” (Budaya Membaca dan Menulis selama 15 Menit) sekaligus ini merupakan salah satu best practise yang pernah dialaminya.

Rendahnya budaya membaca dan menulis pada siswa khususnya kelas IV menjadi masalah yang perlu dikaji penyebab dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Karena bagi mereka membaca dan menulis adalah kegiatan yang membosankan dan kurang menarik bagi anak-anak. Sehingga” Bucalis 15” tersebut perlu diterapkan untuk mengetahui (a) Mengapa budaya membaca dan menulis kurang diminati anak-anak?, (b) Apakah pentingnya membaca dan menulis sejak dini?, dan (c) Bagaimana upaya meningkatkan budaya membaca dan menulis pada anak-anak?

Alasan pemilihan Strategi tersebut adalah karena melihat anak didik saya yang kurang senang membaca dan menulis, saya teringat dengan metode yang pernah dilakukan teman guru (Tebar Ilmu). Karena strategi tersebut membuktikan adanya peningkatan minat anak untuk membaca dan menulis serta rasa percaya diri anak.

Selain itu strategi yang saya pilih bersifat luwes, dalam arti mereka bisa mendapatkan informasi dari mana saja. Tidak hanya dari apa yang mereka baca secara tertulis tetapi juga dari apa yang mereka dengar, amati dan mereka lihat. Sekaligus karena SD Sukosari mendapat DAK Buku Tahun 2017 yang sangat menarik dan berkualitas dari Pemerintah sehingga sangat mendukung gerakan Literasi.

Kegiatan ini dilaksanakan 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Sesudah berdo’a, melafalkan pancasila, menyanyikan lagu Indonesia raya dan melafakan Asmaul Husna maka disusul kegiatan Bucalis 15. Langkah pelaksanaan “Bucalis 15” adalah siswa membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai, buku bisa diambil dari sudut baca kelas. Siswa menulis apa yang telah ia baca di kartu literasi dengan bahasa sendiri. Beberapa siswa membacakan hasil tulisannya (Tebar ilmu) siswa yang lain menanggapinya. Kartu literasi dipajang di sudut baca dan saya memberikan penghargaan/pin smile pada siswa yang berani. Kegiatan ini dilakukan setiap hari agar siswa terbiasa melakukan sendiri tanpa perintah dari guru.

Hasil akhir menunjukkan bahwa penerapan Bucalis 15 dapat meningkatkan budaya membaca dan menulis anak-anak. Hal tersebut terlihat bahwa dari 12 siswa yang semula membaca setiap hari hanya 2 anak. Sekarang justru hanya sekitar 1 anak saja yang jarang membaca setiap hari. Bucalis 15 membiasakan siswa membaca dan menulis sejak dini, mengasah berpikir,menalar dan keberaniannya tampil di depan kelasnya maupun percaya diri dari wujud aktualisasi di dalam masyarakat nantinya.

Berdasarkan pengalaman tersebut, dapat disarankan kepada guru khususnya, perlu memberikan contoh budaya membaca dan menulis pada siswa sebagai promotor dari salah satu gerakan penanaman budi pekerti yaitu membaca dan menciptakan desain kelas yang menumbuhkan budaya membaca dan menulis sejak dini.begitu juga bagi Kepala Sekolah, perlu memfasilitasi budaya membaca dan menulis dengan lebih memperbanyak literatur buku bacaaan, mendesain ruang sekolah yang menumbuhkan semangat anak untuk membaca dan menulis sejak dini dan perlu menyarankan bagi semua guru untuk mendukung gerakan “Bucalis 15” sehingga berkelanjutan.

*) Guru Kelas IV SDN Sukosari Jogoroto.
Lebih baru Lebih lama