Kisah Aroma Karsa bermula dari Raras Prayagung pemilik Kemara perusahaan parfum ternama yang meyakini bahwa Puspa Karsa hanyalah sebuah dongeng ternyata adalah sebuah tanaman sungguhan yang tersembunyi di tempat rahasia.

Judul Buku : Aroma Karsa

Penulis : Dee Lestari

Penerbit : Bentang (PT Bentang Pustaka)

Tahun Terbit : Maret 2018

ISBN : 978-602-291-463-1

Halaman : xiv + 710 hlm

“Aroma objektif. Tapi, penciuman subjektif. Belum tentu kita bereaksi serupa pada bau yang sama.” (hlm. 153)

Aroma, merupakan inti dari karya keduabelas dari Dee Lestari. Di novelnya yang berjudul “Aroma Karsa” pemilik nama asli Dewi Lestari Simangunsong ini mengeksplorasi dunia aroma. Dunia yang berhubungan erat dengan indera penciuman yang diyakini sebagai indera yang pertama terbentuk kala manusia masih berupa janin.

Kisah Aroma Karsa bermula dari Raras Prayagung pemilik Kemara perusahaan parfum ternama yang meyakini bahwa Puspa Karsa hanyalah sebuah dongeng ternyata adalah sebuah tanaman sungguhan yang tersembunyi di tempat rahasia.

Bukan cuma wujudnya yang menjadi teka-teki, pula dipercaya bahwa tidak ada yang bisa mendeteksi aroma Puspa Karsa, terkecuali orang-orang pilihan. (hlm. 10)

Kenyataan ini membawa Raras Prayagung yang berobsesi pada bunga sakti itu bertemu dengan Jati Wesi seorang pemuda dengan penciuman yang luar biasa. Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang tempat Jati tumbuh besar, ia dijuluki si Hidung Tikus. Dari berbagai pekerjaan yang dilakoninya untuk bertahan hidup, satu yang sangat dibanggakannya, yakni meracik parfum.

Kemampuan Jati itu memikat Raras. Ia mempekerjakan Jati tidak hanya pada perusahaannya tetapi juga mengundang Jati ke dalam kehidupan pribadinya sehingga bertemu dengan Tanaya Sukma, anak tunggal Raras yang juga memiliki kemampuan serupa dengannya.

Semakin jauh Jati terlibat dengan keluarga Prayagung dan Puspa Karsa, ia justru menemukan hal-hal lain yang berhubungan dengan dirinya serta masa lalu yang tidak pernah ia ketahui.

Dee Lestari dalam setiap karyanya selalu berhasil menyeret pembacanya masuk dalam dunia imajinasi ciptaannya melalui pilihan diksinya juga caranya dalam membangun plot cerita. Secara perlahan dan sabar, Dee mengenalkan tokoh-tokoh dalam ceritanya serta bagaimana mereka saling berinteraksi yang kemudian terhubung satu sama lain dengan perlahan dan apik. Misalnya tentang seorang Suma yang sedari awal sangat membenci kehadiran Jati namun pada akhirnya justru tidak bisa lepas dari laki-laki yang sanggup membuat Suma memuntahkan semua isi perutnya di pertemuan pertama mereka.

Selain itu, pembaca juga digiring melalui proses penceritaan yang mengalir saling terhubung hingga berpuncak dimana pembaca seolah diajak untuk percaya bahwa keberadaan Puspa Karsa benar-benar ada. Ditambah dengan pemilihan Gunung Lawu, gunung di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah yang sangat terkenal dengan nuansa mistisnya sebagai setting lokasi di sepertiga bagian akhir dimana Raras Prayagung akhirnya melakukan ekspedisi pencarian Puspa Karsa membuat pembaca semakin meyakinkan bahwa keberadaan bunga sakti itu benar-benar ada disana.

Selain berhasil menggiring pembaca larut dalam alur plot cerita, kecerdasan Dee dalam mendeskripsikan dunia aroma pun juga seakan membuat pembaca turut mengembangkempiskan lubang hidung mencoba membayangkan aroma yang tengah dideskripsikan dalam cerita.

Lebih jauh dari itu, ke kebun-kebun kecil yang berbatasan dengan area TPA, Jati mengendus buah-buah pisang yang masih hijau dan mengeluarkan aroma pati getir, kotoran codot yang menempel di kulit buah mangga mengkal, rumpun kemangi yang bergesek dan menebarkan tipis aroma sitral, wangi bunga pepaya jantan yang jika malam-malam begini sering disangka orang sebagai wangi kantil dan cepat-cepat mereka pergi sambil menggumamkan doa karena menyangka ada kuntilanak. (hlm. 95)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pembangunan plot cerita yang berjalan lambat dapat menjadi kelebihan sekaligus kekurangan. Kelebihannya adalah pembaca secara perlahan dibangun kerangka imajinasinya, namun kekurangannya bagi pembaca yang tidak menyukai alur lambat, buku ini akan sedikit membosankan. Karena berdasarkan pengalaman, dalam buku ini dengan setebal hampir sekitar 700 halaman, sepertiga di awal buku dihabiskan hanya untuk perkenalan tokoh.

Terakhir, pelajaran yang dapat diambil dari cerita ini adalah, sedalam dan selama apapun rahasia disembunyikan, pada akhirnya akan menemukan jalan untuk terungkap juga. Manusia dengan segala upayanya tidak akan pernah bisa menguasai dunia. Ada dimensi lain yang lebih kuat yang menguasai dunia, manusia tidak akan sanggup melawannya apalagi jika dasar niatnya adalah kecurangan dan ketidakjujuran.

Suma mengecup kening Raras yang kaku. “Terima kasih untuk semuanya Bu. Betul. Ibu memberikan segalanya untukku, kecuali kejujuran.” (hlm.671) fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama