Cita rasa sate pecel berbeda dengan sate Madura atau sate lain pada umumnya. Jika kebanyakan sate kambing atau sapi menggunakan daging sebagai bahan dasarnya, sate mbah Khasanah ini hanya menggunakan jerohan sapi yang terdiri dari irisan usus, gajih, dan kleponan (tempat kandungan).

JOMBANG – Indonesia terberkahi dengan kekayaan kuliner yang luar biasa banyak, salah satunya sate. Hampir setiap daerah memiliki sajian kuliner sate dengan ciri khas tersendiri. Selain sate Madura yang hegemonik karena penjualnya hampir ada di penjuru nusantara dan citarasanya yang lezat, ada juga sate pecel dari kota Kebo Kicak yang tidak kalah menariknya untuk dicicipi.

Mbah Khasanah adalah peraciknya. Beliau merupakan generasi kedua pengelola usaha kuliner daging tusuk bakar ini. Sejak kecil dirinya sudah mulai ikut berjualan sate bersama orang tuanya dari tahun 1938. Tetapi sejak tahun 1976 warung tersebut dikelola oleh mbah Khasanah.

Lokasinya berada di jalan KH. Mimbar Gang 2, Desa Sambong Doran atau lebih tepatnya di sebelah utara Pasar Citra Niaga Jombang. Meski terbilang nyempil (Jawa: Tersembunyi), warung yang berada di depan teras rumahnya ini tidak pernah sepi pembeli. Pasalnya awal buka pukul enam pagi, menu sate pecel mbah Khasanah ludes pada pukul sembilan sampai sepuluh pagi.

Cita rasa sate pecel berbeda dengan sate Madura atau sate lain pada umumnya. Jika kebanyakan sate kambing atau sapi menggunakan daging sebagai bahan dasarnya, sate mbah Khasanah ini hanya menggunakan jerohan sapi yang terdiri dari irisan usus, gajih, dan kleponan (tempat kandungan). Susunannya pun berbeda kebanyakan sate di mix dengan berbagai macam daging, di sini satu tusuk sate hanya satu varian saja. Jadi pembeli dapat memilih sate apa yang ia sukai.

Bumbunya pun berbeda. Biasanya sate dibumbui dengan bumbu kacang, kecap dan minyak sayur, tetapi tidak untuk sate buatan perempuan berusia di atas 70 tahun itu. Sebelum dibakar sate diolesi dengan bumbu khusus, sekilas bumbunya seperti kari ayam namun tidak menggunakan santan dan bawang merah. Menurut mbah Khasanah bumbu tersebut adalah resep turun temurun dari orang tuanya dahulu.




Rasa satenya memang benar-benar enak. Meski baru pertama kali mencoba rasa jatuh cinta kepada menu ini akan tumbuh. Bagaimana tidak rasa gurih berpadu dengan rasa khas jerohan sapi bercambur dengan bumbu rempah yang dibakar tidak terlalu kering membuat lidah merasakan sensasi rasa berbeda. Tekstur sate yang empuk dan kenyal menambah setiap gigitan terasa lumer ketika masuk dalam indra pengecap.

Uniknya di warung yang dapat dibilang legendaris ini, bumbu yang diguyurkan ke sate bukanlah bumbu kacang melainkan bumbu pecel yang tidak terlalu pedas. Memang sate pecel, bukan pecel sate sehingga terkesan makan sate dengan bumbu pecel. Komposisi pecelnya pun tidak menggunakan sayuran lengkap seperti kulupan, daun kemangi, dan daun turi. Tetapi hanya kecambah kecil yang masih segar menjadikan rasanya semakin spektakuler. Ditambah lagi dengan sajian nasi putih hangat yang disajikan di atas daun pisang yang ditakir semakin melengkapi kenikmatan laiknya membumi.

Demi menambah cita rasa, mbah Khasanah tidak lupa menaburkan serundeng dan menyediakan peyek beserta kerupuk sebagai pelengkap sate pecelnya. Di sini pembeli dapat memilih sate jenis jeroan yang disukai dan seberapa lama membakarnya. Bisa kering ataupun sedikit basah sesuai selera.

Harga yang dibandrol pun tidak sampai membuat kantong kering. Seporsi sate pecel dihargai tiga belas ribu rupiah dengan lima tusuk sate dan segelas es teh manis seharga dua ribu rupiah. Namun Anda jangan harap menemukan menu lain di warung sate pecel milik mbah Khasanah, karena warung ini hanya khusus menyediakan sate pecel.

Bagaimana? Apakah Anda tertarik untuk sarapan menu sate dengan varian rasa baru? Datanglah sebelum kehabisan.aditya eko
Lebih baru Lebih lama