“Sekecil apapun sebuah ilmu akan lebih bermanfaat jika mampu berguna bagi masyarakat lain, sebaliknya setinggi-tingginya pengetahuan seseorang apabila tidak disebarkan maka akan berhenti. Tidak akan ada manfaat serta regenerasi selanjutnya.” -Retno Redwindsock-

MOJOAGUNG – Berkaca pada kesuksesan penyelenggaraan di tahun 2017, kini di penghujung tahun 2018 Komunitas Air Kita bersama karang taruna setempat dan para sukarelawan dari Jombang maupun luar daerah menghadirkan kembali Sholawatan Air Hujan dengan konsep berbeda. Di gelaran pertama persiapan dilakukan sangat singkat dengan pengisi acara didominasi tokoh-tokoh asal luar daerah. Tetapi kini sebaliknya, berkat kesuksesan di gelaran sebelumnya akhirnya banyak pelaku seni beserta tokoh budayawan lokal yang sangat antusias untuk berpartisipasi.

Terbukti dari susunan acara yang dilaksanakan pada (16-17/12) ini pun jauh lebih banyak dan padat. Sejak pagi hingga malam diisi berbagai runtutan kegiatan secara bergantian, bahkan beberapa agenda harus dilaksanakan bersamaan di lokasi berbeda. Akibatnya, panitia harus pandai membagi penanggung jawab masing-masing kegiatan supaya acara berlangsung lancar dan pengunjung mendapatkan sajian sesuai jadwal.

Ketua penyelenggara, Purwanto menekankan bahwa tujuan awal terselenggaranya acara tahunan tersebut adalah sebagai bentuk penyebar luasan edukasi terhadap manfaat air hujan yang mengusung konsep festival pesta rakyat dan bersifat sosial. Alhasil walaupun diisi sejumlah seniman beserta tokoh kondang, tetapi penyelenggara tetap tidak memungut biaya sedikit pun bagi pengunjung. Begitu juga pengisi acara, sejak awal sudah dijelaskan bahwa tidak ada upah besar sebagai imbalan.

“Keberlangsungan acara ini ditentukan oleh adanya berbagai pihak yang secara sukarela memberikan dukungan berupa barang penunjang kebutuhan kegiatan. Seperti halnya keperluan beberapa tenda, pengeras suara, lembaga pendidikan setempat, hingga konsumsi suka rela asal warga sekitar. Sedangkan untuk operasional lain, panitia menggunakan hasil penjualan kaos yang dijual belikan sebagai souvenir dan donasi,” imbuh Purwanto.

Meskipun bersifat sosial, masyarakat setempat juga sangat mendukung penuh akan keberlangsungan acara. Terbukti dari tingginya antusias pemuda karang taruna yang bersedia bergabung turun tangan mempersiapkan instalasi di sejumlah sudut desa guna keperluan lokasi beberapa rangkaian acara. Bahkan diantaranya rela meninggalkan rutinitasnya sementara waktu.

Tingginya dukungan masyarakat terhadap keberlangungan acara disebabkan oleh komunikasi yang dibangun antara Komunitas Air Kita terhadap masyarakat sekitar mengenai khasiat mengkonsumsi air hujan menujukkan hasil positif. Banyak masyarakat yang mengkonsumsi air mineral dalam kemasan beralih ke air hujan secara cuma-cuma.

Di lain sisi pertimbangan jangka panjang, bahwa melalui festival ini kelak mampu mengangkat nama desa guna lebih dikenal luas sebagai salah satu lokasi penyelenggara acara bergengsi. Setelah rutin dilaksanakan, nantinya diharapkan desa akan menjadi lokasi jujugan wisatawan dan otomatis mampu menjadi peluang untuk membantu meningkatkan perekonomian warga melalui berniaga maupun penyediaan jasa tertentu.

Sasaran

Selain memberikan edukasi perihal manfaat air hujan, sasaran utama dilaksanakan acara tahunan ini adalah melatih mental serta menumbuhkan minat generasi muda mengenai kebudayaan beserta mengenal cerita sejarah yang ada di Nusantara dan khususnya tempat kelahirannya di Jombang.

Sebagai ajang mengasah mental, panitia memiliki kebijakan supaya persentase pengisi kegiatan harus didominasi anak-anak. Mulai dari sajian sejumlah tarian daerah maupun kreasi, peserta festival, hingga pemberian materi workshop diperankan anak usia peserta didik jenjang SD hingga SMA.

Laki-laki berjenggot tipis tersebut menambahkan, “Khusus pada pemberian materi workshop masih memerlukan pendampingan seorang perwakilan komunitas, sebab kegiatan diikuti masyarakat umum. Tidak semua masyarakat mampu memahami karakter anak-anak, sehingga apabila ada sesuatu hal yang dirasa menyulitkan proses penyampaian materi akan dibantu penanggung jawab saat itu.”




Berikutnya, guna menggugah minat atau kesadaran generasi penerus bangsa terhadap kebudayaan dan sejarah. Panitia menghadirkan sejumlah budayawan lokal yang ada di Jombang guna bercerita serta berinteraksi secara langsung terhadap pengunjung. Melalui terjalinnya interaksi dua arah, kegiatan berjalan lebih aktif dan menyenangkan. Nilai lebihnya di kemudian hari anak-anak bisa mengingat kembali peristiwa cerita itu dan lebih tertarik mempelajari sejarah lebih lanjut.

Bagi pengunjung masyarakat umum tidak perlu khawatir akan bosan jika menghadiri event yang mengusung tema Ngunjuk Tirto Wening ini, karena apabila dicermati pada setiap konten dikemas dengan menyenangkan, bersifat umum dan dapat diterima semua umur. Seperti halnya workshop kuliner air hujan, pengolahan minyak goreng sisa menjadi sabun, membatik menggunakan pewarna alami, pembuatan gerabah, hingga diskusi terbuka mengenai musibah banjir yang menjadi langganan di beberapa daerah sekitar.

Tindak Lanjut

Demi memberikan efek dari terlaksananya setiap kegiatan dalam Sholawatan Air Hujan, komunitas Air Kita bersama semua penyelenggara juga bersedia mewadahi siapapun yang berkeinginan untuk melakukan tindak lanjut atas keterampilan yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pada festival. Panitia akan melakukan pendampingan kepada masyarakat secara cuma-cuma mulai dari tahapan proses produksi sampai pemasaran.



“Adanya pendampingan menjadi nilai tambah tersendiri untuk setiap pengunjung yang hadir. Melalui kegiatan sosial ini diharapkan tidak hanya menjadi satu ajang seremonial semata, tetapi terdapat manfaat lebih bagi masyarakat umum. Sehingga ketika seseorang memilih untuk datang tidak sebatas menghabiskan waktunya sia-sia, tetapi saat pulang membawa sesuatu bekal keterampilan tertentu sesuai minat ataupun kebutuhan,” jelas salah satu sukarelawan asal Bali, Aji.

Supaya mempermudah pendampingan dan semua proses berjalan secara benar sesuai tahapannya, penyelenggara bekerjasama dengan sejumlah pihak ataupun sukarelawan yang berkompeten di bidangnya. Hal itu pun didukung sepenuhnya oleh semua pengisi acara, apabila di kemudian hari dibutuhkan kembali sangat bersedia berbagi pengalaman lagi.

“Sekecil apapun sebuah ilmu akan lebih bermanfaat jika mampu berguna bagi masyarakat lain, sebaliknya setinggi-tingginya pengetahuan seseorang apabila tidak disebarkan maka akan berhenti. Tidak akan ada manfaat serta regenerasi selanjutnya,” imbuh pengisi workshop asal Kebun Kita, Yogyakarta, Retno Redwindsock. fakhruddin
Lebih baru Lebih lama