Sudah sepatutnya jika penggunaan bahasa negara lebih diprioritaskan ketika berada di ruang publik. Salah satunya tentu di lembaga pendidikan. - Dian Roesmiati, M.Hum. -

JOMBANG – Indonesia merupakan negeri yang kayak akan bahasa. Hal itu didasari karena banyaknya suku bangsa yang tersebar dari Sabang hingga Merauke sehingga wajar jikalau ragam bahasanya sangat banyak. Namun kondisi ini telah dipersatukan dengan penggunan bahasa negara yakni Bahasa Indonesia seperti yang termaktup dalam Pasal 36 UUD 1945.

Sayangnya dalam perkembangannya, kedudukan Bahasa Indonesia sudah mulai tergeser dengan adanya bahasa asing serta pelbagai jenis bahasa antar komunitas penggunanya. Selain dianggap lebih modern juga banyak perusahaan yang menuntut kepiawaian karyawannya menggunakan bahasa asing. Lambat laun yang terjadi Bahasa Indonesia mulai ditinggalkan oleh penggunanya, bernasib sama seperti bahasa daerah.

Saat Kongres Bahasa Indonesia XI yang berlangsung di Jakarta (28-31/10) tahun 2018 sesuai arahan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla akhirnya muncul sebuah program tindak lanjut yang dikemas dalam program Pengutamaan Bahasa Negara di Ruang Publik. Harapannya supaya Bahasa Indonesia mampu mengikuti segala bentuk kemajuan zaman beserta menjadi satu kebanggaan bagi seluruh masyarakat.

Koordinator Sub Bidang Pembinaan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur dan Penyuluh Bahasa, Dian Roesmiati, M.Hum. mengatakan, “Sudah sepatutnya jika penggunaan bahasa negara lebih diprioritaskan ketika berada di ruang publik. Salah satunya tentu di lembaga pendidikan. Walaupun sebagian besar teks operasional suatu hal atau benda banyak yang telah beralih menggunakan bahasa asing, tetapi intensitas penggunaannya jangan sampai menyisihkan bahasa negara.”




Agar semakin menambah minat dan kecintaan generasi muda terhadap Bahasa Indonesia maka diselenggarakan Lomba Wajah Bahasa yang diikuti seluruh SMP dan MTs negeri termasuk juga di Kota Santri dengan penilai dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Kelahiran program ini bukan berarti menggusur Bahasa Inggris, melainkan untuk mengutamakan bahasa nasional sebagai identitas bangsa. 

Kegiatan dimulai dengan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh tim Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur ke daerah sasaran dengan memotret langsung kondisi ruang publik di lingkungan sekolah. Unsur penilaian meliputi fisik, kaidah, dan tipografi kebahasaan. Adapun penilai dari hasil pemantauan adalah Kepala Balai Bahasa, Praktisi Bahasa dan Praktisi Media.

Bagi lima lembaga terbaik tingkat provinsi akan menerima piagam penghargaan Wajah Bahasa Sekolah Tingkat Provinsi Tahun 2019, uang pembinaan, dan diikutsertakan pada ajang serupa ditingkat nasional. Adapun objek pengutamaan dan pengawasan penggunaan bahasa negara di ruang publik ini meliputi, tulisan nama lembaga dan gedung, nama sarana umum, ruang pertemuan, produk barang atau jasa khas lembaga, nama jabatan, penunjuk arah maupun rambu-rambu umum dan tulisan berbentuk spanduk atau alat informasi.

Dian Roesmiati mengemukakan, “Kuatnya arus informasi dan komunikasi global yang semakin deras melaju bersamaan dengan mobilitas penduduk antar negara semakin intens, sehingga bahasa asing cenderung muncul mendesak bahasa negara. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah melakukan upaya penertiban supaya mengembalikan kekuatan bahasa negara. Seperti slogan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yakni utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan terakhir barulah kuasai bahasa asing.”




Menanggapi mengenai program tersebut, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Negeri Kabupaten Jombang sekaligus sebagai koordinator kegiatan, Alim, S.Pd., M.Pd. mengapresiasi program ini dan mengajak seluruh kepala sekolah untuk memenuhi segala komponen penilaian serta menerapkan semua ketentuan secara berkelanjutan. Walaupun sudah tidak dilakukan penilaian harus tetap dijaga. 

“Jangan sebatas hanya terlena atas kejuaraannya semata, melainkan kesadaran menggunakan bahasa negara harus selalu tertanam di benak seluruh warga sekolah. Sebab keberhasilan program ini memerlukan ketekunan dan komitmen bersama,” ujar lelaki yang menjadi Kepala SMP Negeri 1 Jombang itu. fakhruddin
Lebih baru Lebih lama