Pembuatan perabot rumah tangga memang memiliki nilai lebih. Artinya, bisa melebihi hasil yang diperoleh dari dijual langsung tanpa di olah terlebih dahulu. Produknya pun seperti dibuat kursi, meja, dan cenderamata berhasil mengambil hati pasar Indonesia.

JOMBANG – Berwirausaha sekarang ini bukan sebatas karena kebutuhan atau menjadi ladang pekerjaan semata. Seolah bermetamorfosis, berwirausaha sudah menjadi gaya hidup. Sehingga meski sudah memiliki pekerjaan, masih ingin melebarkan sayap dengan membuka usaha-usaha baru.

Laiknya yang dilakukan oleh Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas KH. Wahab Hasbullah Jombang, Faisol Hidayatullah yang kini memiliki Usaha Dagang Kayu Apik Jati Belanda. Istilah Jati Belanda digunakan dalam penyebutan kayu dari luar negeri. Sementara jika ditelisik sebenarnya jenis kayunya adalah kayu Pinus.

Sebelumnya dia juga pernah menjajal usaha lain seperti ayam pedaging, ayam petelur, dan burung puyuh. Sayangnya usaha tersebut kandas ditengah jalan karena pelbagai persoalan yang datang. Walaupun demikian tidak lantas memadamkan semangatnya untuk terus mencoba usaha lain. Akhirnya tahun 2016 tibalah peruntungannya usaha dibidang mebeler ini. Selain tren yang saat itu sedang baik, bahan baku yang digunakan tergolong kayu limbah sehingga relatif mudan serta murah didapatkannya.

“Tidak sengaja saat main ke parbik di Jombang melihat kayu pengepakan yang dibiarkan teronggok begitu saja. Akhirnya dibeli begitu saja meski belum tahun untuk apa,” terang Faisol Hidayatullah sambil melempar sebaris senyuman.

Apalagi kayu bekas pengepakan ini terbilang memiliki kualitas yang baik lantaran digunakan untuk membungkus alat-alat berat dari luar negeri. Sehingga lebih terjamin kekuatannya dan sudah teruji untuk digunakan pelbagai bentuk perabot rumah tangga.

Lelaki asal Kota Udang, Siduarjo ini mengakui, “ Mulanya hanya jual beli kayu saja. Jadi mencari di pabrik kemudian di jual kembali. Hingga pangsa pasarnya sudah menembus seluruh Indonesia sehingga mencoba mengembangkan ke bentuk perabot rumah tangga.”

Pembuatan perabot rumah tangga memang memiliki nilai lebih. Artinya, bisa melebihi hasil yang diperoleh dari dijual langsung tanpa di olah terlebih dahulu. Produknya pun seperti dibuat kursi, meja, dan cenderamata berhasil mengambil hati pasar Indonesia. Alhasil dari kreativitas dan kerja keras, lelaki berpawakan tinggi ini menjadi konsultan sekaligus desainer ruangan dengan keuntungan tiap bulannya hingga ratusan juta rupiah.

“Semua usaha yang dijalankan harus dipahami dari hulu sampai hilir. Sehingga benar-benar masif pengetahuannya dan membantu konsumen dalam mendatakan barang sesuai keinginannya. Selain itu terus meningkatkan keahlian di bidang tersebut. Baik dalam hal wawasan soal kayu, desain, dan melebarkan jaringan usahanya. Kalau pun ada masalah nanti bisa langsung diselesaikan dengan solusi yang tepat,” terang ayah dua anak ini. fakhruddin
Lebih baru Lebih lama