Proses bimbingan pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Makhshushotin*)

Perkembangan peserta didik/konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah peubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup warga masyarakat, termasuk peserta didik/konseli. Pada dasarnya peserta didik/konseli SMP memiliki kemampuan menyesuaikan diri, baik dengan diri sendiri maupun lingkungannya. Proses penyesuaian diri akan optimal jika difasilitasi oleh pendidik termasuk guru bimbingan dan konseling atau konselor. Penyesuaian diri yang optimal mendorong peserta didik/konseli mampu menghadapi masalah-masalah pribadi, sosial, belajar dan karir.

Proses bimbingan pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan bimbingan, pelaksanaan proses bimbingan serta penilaian proses bimbingan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian tugas perkembangan.

Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan efektif adalah mengintegrasikan tiga komponen sistem pendidikan yang meliputi komponen manajemen dan kepemimpinan, pembelajaran yang mendidik serta bimbingan konseling yang memandirikan. Ketiga komponen tersebut memiliki wilayah garapan sendiri-sendiri yang saling melengkapi dalam upaya tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling salah satunya adalah layanan bimbingan klasikal. Dalam layanan bimbingan klasikal guru bimbingan konseling atau konselor memberikan layanan kepada peserta didik/konseli terkait dengan materi yang sesuai perkembangannya. Dalam mengembangkan pemahaman terhadap materi kegiatan layanan klasikal, peserta didik harus melakukan interaksi yang sangat mendalam dengan proaktif terhadap kegiatan bimbingan. Partisipasi peserta didik yang baik akan membantu proses bimbingan lebih kondusif. Selanjutnya pemahaman peserta didik terhadap materi dapat diukur berdasarkan kegiatan peserta didik di kelas. Partisipasi peserta didik dalam kegiatan layanan dapat meliputi kegiatan bertanya, menjawab, beragumentasi, atau presentasi. Tingkat partisipasi inilah yang akan menunjukkan pola kerjasama peserta didik dalam kegiatan kelompok baik secara individu maupun sosial dalam kelompok masing-masing. Interaksi peserta didik dalam kelompok dan antar kelompok juga bersama guru akan menjadi indikator penting pencapaian tujuan kegiatan bimbingan.

Selama ini dalam kegiatan layanan klasikal sangat minim adanya keterlibatan peserta didik dalam kegiatan layanan. Berbagai kesempatan untuk bertanya atau menjawab pertanyaan baik dari guru BK atau dari peserta didik yang bertanya sangat sedikit yang mau terlibat. Kenyataan ini menjadikan kegiatan layanan klasikal menjadi pasif, menjemukan, monoton, dan satu arah. Dari 32 peserta didik kelas VIII A dalam setiap kegiatan layanan klasikal rata-rata partisipasi peserta didik dalam kegiatan layanan tidak lebih dari 5 peserta didik, sedang yang lain hanya menjadi pendengar.

Di SMP Negeri 1 Kesamben, khususnya di kelas VIII A, beberapa permasalahan akibat ketidakmampuan peserta didik dalam menghadapi perubahan sangat berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Untuk mengembangkan tanggung jawab sosialnya, setiap peserta didik secara kolaboratif (kerjasama) mempunyai tugas kebersihan kelas dan lingkungannya. Pembagian tugas secara kerjasama dilakukan dengan dibentuknya jadwal piket. Kelompok kerjasama piket ini dibuat agar anak belajar bersama (bekerjasama/kolaboratif) untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

Keinginan untuk menggerakkan peserta didik lebih aktif baik secara kuantitas atau kualitas terlibat dalam kegiatan layanan. Penggunaan game atau permainan diharapkan mampu meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan layanan BK dan mampu meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kerjasama menjalankan piket kelas. Game atau permainan dalam kegiatan belajar memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan agresi positif dengan cara-cara yang dapat diterima secara sosial (Suwarjo, 2012:4).

Metode bermain dalam kegiatan layanan Klasikal menjadi salah satu pilihan guru BK untuk lebih meningkatkan peran serta peserta didik dalam kegiatan layanan. Suasana yang menyenangkan akan membantu keberhasilan peserta didik dalam menyerap materi yang disampaikan guru. Permainan dalam kegiatan belajar mengembangkan kemampuan multisensory yang dimiliki peserta didik yang meliputi audiotory, visual dan kinestetis (Madden, 2008:163). Game atau permainan yang dipilih dalam pembelajaran ini adalah estafet dengan mengkombinasikan kecepatan mengerjakan soal, sehingga diberi istilah “Game Estafet”.

Pelaksanaan kegiatan layanan klasikal dengan metode Game Estafet mampu meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan layanan BK kelas VIII A di SMP Negeri 1 Kesamben tahun pelajaran 2018/2019. Hasil pengunaan game estafet sebagaimana dalam tabel di bawah ini:


SIKLUS
PARTISIPASI PESERTA DIDIK
PERSEN-
TASE
PARTISIPASI PESERTA DIDIK
PERSEN-
TASE
DLM KEG. LAYANAN
DLM KERJASAMA PIKET KELAS
Pra Tindakan
5
15,6%
13
41%
Siklus 1
25
78,1%
21
65,6%
Siklus 2
30
93,8%
31
96,9%

Berdasarkan paparan data di atas dapat diketahui bahwa pada siklus 1 78,1% peserta didik terlibat aktif dalam layanan . Keterlibatan ini mampu meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kerjasama melaksanakan piket sebanyak 21 peserta didik (65,6%). Daya pemahaman peserta didik terhadap materi pada siklus 1 adalah 75,77%. Sedang pada siklus 2 partisipasi peserta didik dalam kegiatan layanan BK meningkat lagi menjadi 93,8% (30 peserta didik). Keteribatan ini mampu meningkatkan lagi partisipasi dalam kerjasama melaksanakan piket sebanyak 31 peserta didik (96,9%).Daya pemahaman peserta didik terhadap materi layanan pada siklus 2 juga naik menjadi 87,71%. Dengan demikian penerapan game estafet mampu meningkatkan partispasi peserta didik dalam kegiatan layanan BK dan mampu meningkatkan partispasi peserta didik dalam kerjasama melaksanakan piket kelas di kelas VIII A SMPN 1 Kesamben semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.

Game atau permainan estafet dapat digunakan sebagai salah satu alternative mengaktifkan peserta didik dalam kegiatan layanan BK, terutama pada layanan klasikal. Penerapan game atau permainan ini menjadikan peserta didik lebih ekspresif dan aktraktif yang akan membantu proses partisipasi peserta didik dalam kegiatan layanan. Game estafet ini juga mampu meningkatkan partisipasi peserta didik dalam membangun kerjasama kelompok untuk bersama-sama melaksanakan piket kelas. Peningkatan partsisipasi ini selanjutnya dapat meningkatkan kerjasama peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik.

*) Guru BK SMPN 1 Kesamben
Lebih baru Lebih lama