“Jadi kami membeli bawang merah yang masih basah, baru dipanen dari sawah para petani kemudian dibawa untuk dikeringkan dan dipotong daunnya baru kemudian dijual kembali kepada para pedagang besar.” - Kaslan -

BANDAR KEDUNGMULYO –
Membicarakan mengenai komoditas unggulan, setiap daerah tentu memiliki produknya masing-masing. Brebes, Tegal, Kendal, Demak, Pati, Nganjuk, Bojonegoro dan Probolinggo merupakan beberapa daerah yang identik sebagai sentra utama penghasil bawang merah. Hampir satu juta ton bawang merah lokal diproduksi di daerah tersebut.

Di Dusun Tinggar dan Dusun Rejosari, Desa Tinggar, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Kabupaten Jombang ternyata juga terdapat sentra bawang merah yang cukup besar. Namun berbeda dengan daerah-daerah yang telah disebutkan sebelumnya, di dusun/desa yang sebelum terjadi pemekaran kecamatan itu termasuk dalam Kecamatan Perak, bawang merah tidak ditanam dan dipanen disana melainkan didatangkan dari luar kota.

“Jadi kami membeli bawang merah yang masih basah, baru dipanen dari sawah para petani kemudian dibawa untuk dikeringkan dan dipotong daunnya baru kemudian dijual kembali kepada para pedagang besar,” ujar salah seorang pedagang bawang merah di Desa Tinggar, Kaslan.

Untuk mendapatkan bawang merah, para pedagang mendatangi daerah-daerah yang tengah dalam masa panen bawang merah. Namun daerah yang kerap menjadi langganan adalah Bojonegoro dan Demak yang masa panennya berlangsung di sekitar bulan Februari dan Maret serta Nganjuk yang masa panen berlangsung di sekitar bulan Juli hingga Agustus.

Namun Kaslan menegaskan bahwa dia dan para pedagang lain tidak hanya mengambil barang dari kota tertentu dan berpatokan pada masa panen yang sudah diprediksikan. Dimana pun ada daerah yang tengah mengalami masa panen akan diambil.

Proses pengeringan memerlukan waktu sekitar tiga hingga empat hari. Setelah kering, daun bawang merah dipotong sekaligus dibersihkan sisa-sisa tanah yang masih menempel. Baru setelahnya dijual pada pengepul atau penjual besar.

“Penjualan bawang merah mayoritas dilakukan ke luar kota bahkan beberapa juga dikirimkan ke luar pulau hingga ke Kalimantan atau Sumatera,” terang Kaslan.

Bawang merah dikatakan memiliki kualitas baik jika ukuran diameternya sekitar empat sentimeter. Warna kulitnya merah mencolok dan masih beraroma segar.

Pedagang bawang merah lain, Sutriyo menjelaskan ilmu berdagang bawang merah dia dapatkan dari pamannya yang mengikuti jejak sang kakek. Setelah dirasa mampu untuk berusaha sendiri, maka berusaha berdagang secara mandiri.

Ketika lebih jauh ditanya sudah sejak kapan warga Dusun Tingga dan Dusun Rejosari berprofesi sebagai pedagang bawang merah baik Sutriyo dan Kaslan sama-sama tidak bisa memastikan. Namun sejak kakek dan buyutnya pun sudah memulai berjualan bawang merah.

“Kemungkinan sudah dilakukan sejak sebelum tahun 1970 atau 1960-an dan masih bertahan hingga sekarang,” ungkap Kuslan.

Dilihat dari banyaknya bawang merah basah yang tertata rapi tengah dijemur di sepanjang jalan Dusun Tinggar dan Rejosari, diperkirakan hampir 60 persen warga dua dusun tersebut berprofesi sebagai pedagang bawang merah. Sehingga tidak berlebihan jika Desa Tinggar menyebut diri sebagai sentra bawang merah di Kabupaten Jombang.

Disamping bawang merah, Desa Tinggar juga menjadi sentra jeruk nipis. Warga Dusun Banjaranyar yang juga termasuk dalam wilayah administratif Desa Tinggar mayoritas berdagang jeruk nipis. fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama