Pada dasarnya jelang Ramadan, masyarakat memiliki sebuah kebiasaan atau prinsip mengucapkan maaf menghampiri tetangga serta saudara dengan berkunjung ke rumah membawa makanan atau masakan, salah satunya apem. Hal ini sebagai bentuk rasa saling menghargai serta menjaga komunikasi dengan baik kepada sesama.

JOMBANG – Memasuki Bulan Ramadan 1440 Hijariyah, Pemerintah Kabupaten Jombang selalu menggelar Grebeg Apem. Berbeda pada penyelenggaraan sebelumnya, pada tahuin ini menghadirkan sedikit konsep berbeda. Kegaiatan yang berlangsung pada Jumat (3/5) ini akan di mulai dari Ringin Conthong dan finish di Aloon-aloon Jombang. Ditambah melibatkan Bupati, seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, Guk Yuk Jombang dan peserta pawai ta’aruf sebanyak 880 peserta didik dari SMP, MTs, SMA,SMK, dan MA negeri.

“Selain mencoba menghadirkan inovasi dan kebaharuan. Kuantitas peserta jauh lebih banyak. Sehingga greget untuk menyongsong bulan Ramadan lebih semarak dan meriah guna menciptakan gaungnya pun mampu menjadi ikon Jombang kedepan,” ungkap Kepala Seksi Konsumsi Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Jombang, Syafriel Yudi Pratama, S.P.




Belajar dari pengalaman sebelum melaksanakan doa, gunungan apem sudah habis digrebek masyarakat yang hadir di lokasi acara. Maka panitia akan menyediakan apem gratis di sepanjang jalan pawai yang berada di duapuluh titik pembagian. Namun sebenarnya lebih barokah, ketika memperoleh apem usai dilaksanakan doa bersama.

Tetapi lain defenisi menurut Pemerhati Budaya Jombang, Nasrullah, “Pemberian nama pawai ta’aruf dirasa kurang tepat, hal ini karena sebuah tradisi ini sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Didasari dari kata ta’aruf yang artinya pengenalan, sejatinya masyarakat luas sudah mengetahui dan mengenal kegiatan ini. Berbeda halnya dengan pengenalan sesuatu yang baru, maka perlu untuk disematkan dalam nama kegiatan dengan kata ta’aruf’.

Pria yang akrab di sapa Cak Nas itu juga menambahkan, jika acara grebek apem 2019 ini bentuk pengenalan akan tradisi yang hampir hilang dan ditinggalkan kemudian dikemas lebih menarik. Namun kegiatan ini diketahui sudah beberapa waktu terlaksana. Sehingga akan lebih bagus jika diberikan nama pawai afwan (memaafkan).

“Berdasarkan penelusuran kata atau sebutan apem, berasal dari kata afwan, dan afuwu yang artinya memaafkan. Dahulu masyarakat Jawa memberikan nama makanan ini berdasarkan arti dari kalimat tersebut. Penyebutannya juga disesuaikan dengan lingkungan serta memilih menggunakan kata yang mudah untuk diingat dan mudah untuk mengucapkannya. Kini lebih populer dengan kata apem. Sehingga muncullah pengucapan nama makanan tradisional apem sebagai lambang permintaan maaf kepada sesama jelang Ramadan,” terang Pria yang pernah mendapatkan penghargaan Pemerhati Budaya Jombang 2013 dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.



Pada dasarnya jelang Ramadan, masyarakat memiliki sebuah kebiasaan atau prinsip mengucapkan maaf menghampiri tetangga serta saudara dengan berkunjung ke rumah membawa makanan atau masakan, salah satunya apem. Hal ini sebagai bentuk rasa saling menghargai serta menjaga komunikasi dengan baik kepada sesama.

“Kalau apem sendiri berasal dari Pulau Jawa yang terbuat dari tepung beras. Selain itu Pulau Jawa ialah penghasil beras yang cukup besar. Jawa itu penghasil jawawot (padi), padi dijadikan beras, beras dihaluskan menjadi tepung yang kemudian diolah menjadi bahan utama apem. Setelah matang, apem diberikan hiasan potongan daun pandan agar wangi. Daun pandan difilosofikan ketika seseorang tersebut sudah mengkonsumsi apem, diharapkan akan harum baik bertutur kata, berperilaku dan segala hal dalam bersosial,” tandasnya.

Adik budayawan Mh. Ainun Nadjib itu juga membeberkan filosofi gunungan apem yang dipergunakan untuk perarakan. Arti dari gunungan apem ialah pengadopsian dari Sunan Kalijaga sebagai pencetus pertama. Susunan gunungan tersebut terdapat dua tempat, yakni yang di bawah berbentuk lingkaran dan kerucut. Lingkaran di bawah yang diisi oleh beberapa jumlah apem secara melingkar dan rapi serta teratur. Didefenisikan sebagai manusia yang hidup saling berdampingan dan rukun. Kemudian tengah dibuat kerucut yang meruncing di bagian paling atas, sebagai simbol bersyukur kepada Tuhan atas karunia yang telah diberikan. chicilia risca
Lebih baru Lebih lama