“Kecerdasan individu bisa dibagi menjadi kecerdasan Sensing yang lekat dengan mengingat atau memori, Thinking yang lekat dengan analitis, Intuiting yang kreatif, Feeling yang pandai mengatur emosi, dan Insting yang kuat terhadap naluri.

JOMBANG – Secara periodik, ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang seharusnya diperbarui. Ilmu pengetahuan yang terus menerus mengalami perkembangan tentu juga harus untuk diketahui sekaligus dipahami. Apalagi bagi seorang guru yang dalam kesehariannya menghadapi peserta didik yang berasal dari generasi berbeda.

Guru Bimbingan dan Konseling (BK) meskipun bukan guru yang secara rutin berhadapan dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, namun keberadaannya memiliki peran penting pada tumbuh kembang serta pengoptimalan potensi peserta didik. Untuk itu guru BK harus memiliki pemahaman mengenai beragam karakteristik peserta didik dan bagaimana cara terbaik untuk menekan sifat negatif dan mengembangkan sifat positif.

Hal inilah yang ditangkap oleh sebuah lembaga penyedia tes intelegensi, STIFIn Malang. Bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang. STIFIn menggelar seminar yang diikuti oleh hampir seratus guru BK Se Kabupaten Jombang pada Senin (29/4).

Baca Juga : 
Belajar Bahasa Isyarat Merobohkan Diskriminasi Komunikasi

Menghadirkan Doktor Psikologi Pendidikan tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sebagai trainer nasional, Dr. Asriana Kibtiyah, S.Psi., M.Si para guru BK tersebut mendapatkan bekal pengetahuan tambahan tentang konsep mengenali potensi diri peserta didik. Guru-guru tersebut diajak mengenali potensi diri peserta didik melalui teori lima mesin kecerdasan dalam konsep STIFIn yang dikembangkan oleh Farid Poniman merujuk pada teori Psikologi Carl Gustaav Jung, Ned Herrman, dan Paul D Maclean.

“Kalau mengetahui mesin kecerdasan banyak sekali paket informasi yang bisa dikuak, mulai dari metabolisme tubuh, struktur tubuh, kekuatan dan kelemahan diri, pasangan kemistri unsur alam, cara belajar, kesesuaian profesi, cara bekerja, cara berhubungan, dan cara sukses menjalani hidup,” jelas Asriana Kibtiyah.

Lima mesin kecerdasan dalam konsep STIFIn yang merupakan singkatan dari Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, dan Insting). Sensing dikenal dengan kecerdasan indrawi, Thinking sebagai kecerdasan logika, Intuiting sebagai kecerdasan indra keenam, Feeling sebagai kecerdasan emosi, dan Insting sebagai kecerdasan indra ketujuh.




Asriana Kibtiyah menjelaskan bahwa setiap mesin kecerdasan dapat dihubungkan dengan kecenderungan (dominasi) bagian otak yang kerap digunakan. Pada kecerdasan Sensing yang memiliki kelebihan pada panca indra yang lebih sensitif sehingga stimulus yang diterima melalui panca indra cenderung lebih mudah ditangkap dan direspons, bagian otak yang dominan digunakan adalah limbik kiri. Pada limbik kiri terdapat talamus yang berfungsi sebagai pusat pengaturan indrawi.

Kecerdasan Thinking memiliki kelebihan pada berpikir analistis dan logis. Cara berpikir individu Thinking merujuk pada sebab dan akibat. Oleh karena itu, semua informasi yang masuk harus rasional dan masuk akal. Kecerdasan Thinking menunjukkan dominasi neokorteks kiri yang di dalamnya terdapat lobus frontal yang berfungsi dalam kemampuan berpikir dan konsentrasi.

Kecerdasan Intuiting memiliki kelebihan pada indra keenam yang muncul berdasarkan proses berpikir atau istilah lain adalan intuisi. Intuisi itu dapat berwujud kreativitas yang tiada batas. Kecerdasan Intuiting mengantongi kemampuan berpikir jangka panjang sehingga mudah menemukan terobosan baru. Kecerdasan Intuting menunjukkan dominasi neokorteks kanan yang terdapat lobus oksipital yang berfungsi sebagai interpretasi visi.

Kecerdasan Feeling mempunyai kelebihan pada emosinya yang membuat individu mudah memahami orang lain sehingga mudah dikenal dan disenangi karena kepedulian dan empati. Kecerdasan Feeling menunjukkan dominasi limbik kanan yang didalamnya terdapat amigdala yang berfungsi sebagai pusat emosi manusia.

Kecerdasan Insting keunggulannya pada indra ketujuh yang merujuk pada naluri. Kecerdasan Insting menunjukkan dominasi otak reptilia atau di serebelum yang berfungsi sebagai pusat keseimbangan dan koordinasi gerakan tubuh. Oleh sebab itu, tipe kecerdasan ini mudah merespons atau spontan dan serba bisa.

“Setiap kecerdasan memiliki keunggulannya masing-masing. Misalnya individu dengan kecerdasan S memiliki keunggulan dalam menyimpan memori atau menghafal. Individu T jago matematika dan analisis. Sementara individu I luar biasa kreatif dan imajinatif, individu F mudah bergaul, sedangkan individu In suka menolong. Dengan keunggulannya masing-masing maka cara belajar mereka pun berbeda. S dengan menghafal berdasar urutan, T memahami rumus dan kerangka dengan baik, I menangkap konsep pola dengan visualisasi gambar, F dengan sering berdiskusi, dan In menggunakan cara gabungan yang nyaman,” ujar Asriana Kibtiyah.

Untuk itu, dapat disimpulan bahwa setiap individu memiliki potensi berprestasi dengan caranya masing-masing. Potensi dapat berwujud prestasi jika dikembangkan dengan cara yang benar.

Sementara itu, menurut Ketua Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) SMP Kabupaten Jombang, Drs. Fatkur Roji menyampaikan bahwa penjelasan yang diberikan selama seminar masih merupakan sebuah intro. Masih banyak materi serta ilmu yang harus dikorek lebih dalam.

“Hal itu membuat guru-guru BK yang ikut seminar menjadi penasaran. Jika hanya berbekal penjelasan yang diterima dalam seminar tersebut, para guru masih memperoleh informasi saja dan belum bisa untuk segera dipraktikkan di sekolah untuk menangani peserta didik. Untuk itu, direncanakan akan ada diklat atau workshop lanjutan guna mempelajari konsep yang ditawarkan tersebut lebih dalam lagi.” jelas Fatkur Roji.

Fatkur Roji menambahkan bahwa sebenarnya dalam penanganan individu dalam hal ini adalah peserta didik di sekolah, konselor (guru Bimbingan Konseling (BK)) memiliki metodenya masing-masing. Hal ini disebabkan lantaran kondisi setiap anak berbeda satu sama lain. Penanganan masalah hingga pengoptimalan bakat dan minat peserta didik tidak bisa disamakan satu sama lain. Oleh karena itu sangat penting bagi guru BK untuk selalu menambah ilmu serta pengetahuannya.

“Jika selama ini guru BK melihat potensi peserta didik melalui asesmen Angket Kebutuhan Peserta Didik (AKPD) yang dilakukan peserta didik saat pertama kali masuk sekolah, maka sekarang dimulai untuk mencocokkan, mengklarifikasi, sekaligus mengklasifikasi potensi yang peserta didik miliki dengan metode-metode yang dikuasai. Semakin beragam metode yang dikuasai oleh guru BK akan semakin beragam juga bentuk penanganan tidak hanya terhadap masalah yang dihadapi oleh peserta didik, tetapi juga untuk pemaksimalan potensi, bakat, dan minat yang mereka miliki,” tutur Fatkur Roji. fitrotul aini
Lebih baru Lebih lama