Manusia sudah menikmati (mengunduh) setiap berkah Tuhan dari lahir. Oleh sebab itu sudah selayaknya manusia membalas apa yang diberikan Tuhan dengan mempersembahkan barang-barang yang dimiliki.

DIWEK – Ungkapan rasa syukur dapat diwujudkan dalam beragam bentuk. Dari yang sederhana yakni dengan mengucapkannya secara verbal hingga membagikan rezeki yang kita terima dan miliki kepada orang lain agar memberikan manfaat lebih.

Dalam rangka mewujudkan rasa syukur karena telah diberikan rezeki yang berlimpah, Jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Pasuwan Bongsorejo, Dusun Bongsorejo, Desa Grogol, Diwek mengadakan acara Unduh-Unduh. Dilaksanakan pada Minggu (5/5) ratusan jemaat Kristen Bongsorejo mengikuti dengan khidmat rangkaian kegiatan mulai dari ibadah hingga lelang hasil bumi.

Pendeta GKJW Bongsorejo, Pdt. Tri Kridhaningsih, S.Si dalam khotbahnya mengatakan bahwa sebagai umat sudah selayaknya manusia tidak lupa untuk selalu bersyukur atas nikmat yang Tuhan berikan. Disamping itu, sebagai seorang umat juga harus selalu menjaga keharmonisan serta kedamaian baik di lingkungan sekitar maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


Baca Juga : Kenali Potensi Anak Melalui Mesin Kecerdasan

“Untuk itu tema besar Unduh-unduh atau Hari Raya Persembahan di GKJW Bongsorejo tahun ini adalah Merah Putih. Ini berkaitan dengan lancarnya keberlaksanaan Hari Raya Kristen ini serta Pemilihan Umum (Pemilu) yang lalu. Serta umat Muslim yang akan menjalani puasa di bulan Ramadan semoga diberi kelancaran juga. Momentum hari raya yang saling berhimpitan ini, dengan berbagai perbedaan yang ada kita tetap bersama satu Indonesia,” ujar Tri Kridaningsih.

Perempuan berkacamata ini tidak henti-hentinya menekankan agar tidak lupa untuk selalu bersyukur. Mengingat bahwa apa yang telah manusia dapatkan dan nikmati sejak lahir merupakan berkat dari Tuhan. Manusia sudah menikmati (mengunduh) setiap berkah Tuhan dari lahir. Oleh sebab itu sudah selayaknya manusia membalas apa yang diberikan Tuhan dengan mempersembahkan barang-barang yang dimiliki.

Jenis barang-barang yang biasa digunakan sebagai persembahan umumnya merupakan hasil bumi dari pertanian, seperti misalnya padi bagi warga yang memiliki sawah. Sementara bagi yang tidak memiliki sawah, bisa mempersembahkan wulu pametune karangan (yang dihasilkan di kebun atau pekarangan) seperti palawija, ketela, pisang, ubi.

Tetua Dusun Bongsorejo, Widianto menuturkan pemilihan jenis barang yang digunakan untuk persembahan merupakan hasil bumi hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara agraris. Sehingga apa yang dipersembahkan kepada Tuhan sesuai dengan apa yang dihasilkan di wilayah setempat.

“Namun sekarang barang yang menjadi persembahan juga sudah mulai berkembang. Barang-barang seperti kerajinan dan masakan juga bisa menjadi persembahan,” terang Widianto.



Wakil Bupati Jombang, Sumrambah yang juga turut hadir dalam acara tersebut menyampaikan pesan terima kasih dari Bupati karena telah melawati masa Pemilu dengan aman serta tenteram. Terkait dengan pelaksanaan Unduh-unduh yang selalu berlangsung meriah dan tenang, Sumrambah juga bersyukur bahwa hal ini semakin membuktikan bahwa Jombang layak menjadi barometer sumber belajar mengenai kerukunan antar umat beragama.

“Dalam waktu dekat, Jombang akan didatangi oleh perwakilan dari beberapa negara untuk melakukan kajian mengenai bagaimana menjalin hubungan antar umat beragama tanpa ada permasalahan. Perbedaan yang ada justru menjadi kebersamaan, kebersatuan, harmoni, saling menghargai, dan toleransi yang luar biasa. Sehingga mari apa yang kita laksanakan sekarang diniati bersama semata-mata untuk kebaikan bersama, menjaga kerukunan,” ujar Sumrambah dalam sambutan singkatnya.

Dalam sesi lelang persembahan hasil bumi warga, beberapa paket lelang berhasil dilelang dengan harga tinggi. Seluruh jemeaat yang hadir dipersilahkan untuk menawar paket barang yang ditawarkan. Bahkan Wakil Bupati Jombang juga turut menawar dalam beberapa sesi.

Seluruh pendapatan dari hasil lelang akan diterima kemudian dikelola oleh pihak gereja. Dana tersebut selanjutnya akan digunakan kembali dalam kegiatan-kegiatan jemaat.

Hari Raya Unduh-unduh digelar sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen setiap tahunnya. Berasal dari kata unduh atau dalam bahasa Jawa disebut ngunduh, yang jika diterjemahkan berarti memetik atau memanen. Perayaan unduh-unduh sudah menjadi tradisi yang diperingati turun-temurun di GKJW.

Tradisi ini merupakan perpaduan antara ajaran Alkitab dengan budaya Jawa. Dari proses akulturasi ini, nampak bahwa keberadaan agama tidak memudarkan budaya asli. Adanya kebudayaan justru menjadi salah satu cara untuk beribadah. Lebih jauh, ritual keagamaan ini menjadi media dalam mempertahankan kearifan lokal.

Arti penting tradisi unduh-unduh adalah menghargai karunia dari Tuhan. Antara lain, berupa hasil yang diperoleh dari pekerjaan para jemaat sehari-hari. Rasa syukur yang diwujudkan dalam perayaan unduh-unduh, dilakukan dengan cara berbagi kepada sesama. fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama